Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SEBAGAI negara yang terdiri dari berbagai suku, Indonesia dikenal memiliki beragam budaya lokal. Sayangnya, seiring perkembangan, banyak budaya dan tradisi lokal yang mulai terlupakan. Berangkat dari situ Laskar Indonesia Pusaka bersama Swargaloka dan OhmmYogya siap kembali menggelar Festival Bedhayan III di Ohmmstay Bendan Tirtomartani Sleman, pada pada 13-4 Mei nanti.
"Salah satu perbedaan festival Bedhayan sebelumnya dengan sekarang, kalau dua festival sebelumnya dilangsungkan di Gedung Kesenian Jakarta, Festival kali ini digelar di Yogyakarta," kata Ketua Pelaksana Festival Bedhayan, Shari Semesta di Auditorium Jaya Suprana School of Performing Arts, Jumat (5/5).
Baca juga: Ramaikan Sail Teluk Cenderawasih 2023, Festival Budaya Biak ...
Sari yang didampingi Ketua Dewan Penasehat Festival Bedhayan Dewi Sulastri, dan anggota panitia lain yakni Lila Noviastantri, Ria Wulandari, Rury Avianti, Liana Reiterer menjelaskan latar belakang diselenggarakan ini. Menurut dia, seni tradisional Indonesia begitu kaya dan beragam. Keberadaannya bisa menghilang bila tak dilestarikan oleh generasi muda.
"Karenanya tujuan dilaksanakan Festival Bedhayan adalah untuk makin menggelorakan semangat cinta budaya Indonesia, khususnya melestarikan budaya keraton."
Penyelenggaraan Festival Bedhayan diharapkan bisa memopulerkan tari Bedhaya secara lebih luas kepada wisatawan dan warga. Selama ini wisatawan yang datang di kawasan wisata hanya berjalan-jalan. ”Sembari berjalan-jalan dan berbelanja, masyarakat umum, termasuk pelancong, bisa menikmati suguhan pentas tari Bedhaya,” ujar Shari.
Tari Bedhaya adalah tarian klasik Jawa yang dikembangkan di kalangan istana atau keraton pewaris takhta Mataram. Adapun tari Bedhayan adalah pengembangan, kreasi baru dari tari Bedhaya, di mana inovasi atau kreasi baru yang diterapkan bisa dalam gerakan atau iringan gamelan.
Dalam dua kali festival sebelumnya, Festival Bedhayan digelar dengan melibatkan sepuluh kelompok tari yang menari dalam satu hari. Hal itu disebut membuat penonton lelah.
Mengacu pada kondisi tersebut, maka konsep penyelenggaraan Festival Bedhayan III kali ini diubah. Pada pertunjukan tari yang digelar pada 14 Mei 2023, 12 kelompok tari akan bergantian menampilkan pentas tari dalam tiga sesi. Tiap sesi akan ditampilkan empat pentas dari empat kelompok berbeda.
Mayoritas tari yang ditampilkan, menurut Shari, adalah tari Bedhayan dengan variasi tari yang berbeda-beda. ”Banyak kelompok menampilkan dengan variasi yang beragam, di mana sebagian tarian ada yang ditampilkan dengan semua penari laki-laki, ada yang semua penarinya perempuan. Variasi, inovasi baru juga dilakukan pada gerakan hingga musik gamelan.”
Sehari sebelumnya, Festival Bedhayan III menggelar acara workshop, bedah tari Bedhaya, yang wajib diikuti oleh 12 kelompok tari penampil. Acara ini sekaligus dilakukan sebagai persiapan agar para penari bisa menari dengan lebih baik ketika menampilkan setiap gerakan, sesuai dengan makna yang diterangkan dalam workshop.
Dalam festival itu juga digelar bazar UMKM dengan melibatkan sepuluh pelaku usaha. Keberadaan bazar ditujukan agar suasana festival lebih cair dan meriah.
Dewi Sulastri, penasihat Festival Bedhayan III, mengatakan, tari Bedhaya adalah tarian keraton. Beberapa jenis tarian Bedhaya tertentu harus tampil sesuai pakem dan tidak boleh ditampilkan di luar istana. Namun, di luar jenis tarian tersebut, ada tarian Bedhaya yang juga tetap bisa disentuh dengan balutan inovasi dan kreativitas baru.
”Ada kelompok yang bahkan menampilkan tari Bedhaya dengan kombinasi iringan musik gamelan Bali,” ujarnya. Oleh karena itu, dia pun berharap agar festival kali ini bisa benar-benar memberi pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat tentang tari Bedhaya. (RO/A-1)
Sejak awal berdirinya, Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) selalu menjadi tempat favorit bagi para seniman di Solo Raya untuk mengekspresikan karya mereka.
Sang Kembang Bale adalah pertunjukan yang mengangkat kesenian Ronggeng Gunung dari Ciamis dan Pangandaran yang menawarkan nuansa spiritual bagi penontonnya.
Pementasan ini terinspirasi dari kesenian Ronggeng Gunung, seni klasik dari Jawa Barat.
Beberapa event yang bisa jadi pertimbangan untuk dikunjungi yakni Festival Lembah Baliem hingga Dieng Culture Festival
Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan meningkatkan nilai estetika produk, tetapi juga membantu seniman lokal untuk lebih dikenal.
Kegiatan Residensi Pemajuan Kebudayaan 2024 merupakan pengembangan dari kegiatan Belajar Bersama Maestro, yang sebelumnya hanya melibatkan pelaku budaya di bidang kesenian saja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved