Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
JUMLAH balita terindikasi kekurangan gizi (malnutrisi) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berdasarkan data pada 2018 sekitar 19,6% atau lebih kurang 210.750 orang. Kondisi tersebut jadi perhatian sekaligus keprihatinan sejumlah pihak. Sebab berdasarkan batas maksimal yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (Wolrd Health Organization), jumlah penderita kurang gizi tak boleh lebih dari 10%.
"Kalau berhitung angka, jumlah balita yang terindikasi kekurangan gizi di Kabupaten Cianjur relatif masih tinggi," kata anggota DPR dari Fraksi PKB, Neng Eem Zulfah Hiz, Kamis (17/10).
Eem fokus menyikapi kondisi tersebut. Sebab, Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor merupakan basis konstituen yang mengantarkannya ke Senayan. Bersamaan Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap 16 Oktober, Eem pun mengajak masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat dalam jumlah cukup dan tidak berlebihan.
Indonesia menghadapi persoalan pangan yang hampir sama dengan berbagai kasus di dunia. Permasalahannya cukup kontras. Di satu sisi sebagian masyarakat mengalami obesitas atau kegemukan. Di sisi lain terdapat masyarakat yang masih menderita gizi buruk, kurang gizi, ataupun stunting," sebut Eem.
Data yang diperolehnya dari Kementerian Kesehatan RI, pada 2019 menunjukkan Indonesia berada pada posisi 10 di antara deretan negara dengan jumlah penderita obesitas terbanyak. Di sisi lain, lanjut Eem, pada 2018, tercatat sebanyak 17,7% balita di Indonesia mengalami masalah gizi.
"Salah satunya masalah kekurangan gizi balita di Kabupaten Cianjur. Kondisi ini harus menjadi keprihatinan kita semua," terangnya.
Obesitas dan malnutrisi ataupun stunting, kata Eem, masalahnya sama, yakni asupan gizi. Obesitas dipicu pola makan yang kurang baik, berlebihan, dan kurang aktivitas terutama olahraga. Sementara penyebab stunting, gizi buruk, dan kurang gizi, lebih banyak dipicu faktor ekonomi dan pengetahuan masyarakat.
"Masyarakat yang punya kelebihan makanan diharapkan memanfaatkannya secukupnya, tidak berlebihan, sehingga tidak berpotensi untuk mengalami obesitas. Sementara itu, di sisi lain, kita dorong perbaikan ekonomi masyarakat kurang mampu yang masih mengalami kekurangan gizi," tandas Eem.
Plt Bupati Cianjur, Herman Suherman, mengatakan masalah kesehatan anak di Kabupaten Cianjur, selain kurang gizi, juga stunting dan gizi buruk. Namun berbeda dengan malnutrisi yang angkanya masih cenderung tinggi, kasus stunting dan gizi buruk bahkan menunjukkan kecenderungan penurunan.
"Kondisi stunting sebelumnya 41,7%, sekarang turun jadi 14,9%. Begitu juga gizi buruk sekarang 3,9% dari yang diprasyaratkan tak boleh lebih dari 5%. Artinya, soal stunting dan gizi buruk, di Kabupaten Cianjur sudah lebih baik," ungkapnya.
baca juga: Dampak Kekeringan, Dinas Sosial Flotim Salurkan Beras Cadangan
Banyak faktor penyebab terjadinya stunting, gizi buruk, maupun kurang gizi. Utamanya lebih disebabkan faktor ekonomi keluarga.
"Tapi yang pasti pemerintah akan fokus menangani masalah gizi anak," pungkasnya. (OL-3)
Hasil inovasi mereka, disosialisasikan kepada para ibu anggota Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Bangsri, Kecamatan Bulakamba, Brebes.
Jika subsidi BPJS Kesehatan dipangkas demi Makan Bergizi Gratis, perbaikan kinerja keuangan yang sedang dilakukan BPJS Kesehatan juga berpotensi terganggu.
Mahasiswa IPB membuat inovasi berupa abon telur agar anak-anak balita bisa mengonsumi telur dalam bentuk lain guna pemenuhan gizi mereka. Ini upaya pencegahan stunting di Kabupaten Brebes.
Perlu kerja pentahelix dan sinergi kolaborasi untuk membangun komitmen yang kuat dalam penanganan dan pencegahan stunting. Termasuk dukungan regulasi
Pada Hari Anak Nasional (HAN) tahun ini, fokus utama adalah melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya dan stunting.
Kementerian Kesehatan mengatakan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 adalah momentum untuk memperkuat perlindungan terhadap anak-anak Indonesia, terutama dari stunting dan polio.
Salah satu fungsi yang sangat berguna adalah pelacakan langkah. Penelitian menunjukkan bahwa menetapkan target langkah harian dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan kematian dini.
Penerbitan PP Kesehatan ini akan mengancam keberlangsungan hidup 9 juta pedagang di pasar rakyat yang menyebar di seluruh Indonesia
Maka dari itu, kalian perlu menghilangkannya dengan beberapa cara di bawah ini. Cara mengatasinya pun tidak sulit dan bisa dilakukan sendiri.
Biasanya oatmeal ini dikonsumsi saat pagi hari untuk sarapan. Tidak heran oatmeal dikonsumsi sebelum memulai aktivitas, karena dalam kandungannya makanan ini memiliki nutrisi tinggi.
Dokter spesialis penyakit dalam Rudy Kurniawan mengatakan sarapan dengan karbohidrat tetap diperlukan untuk membantu mempersiapkan metabolisme tubuh.
Terlepas dari kemajuan dalam sektor kesehatan, masalah over treatment atau perawatan berlebihan tetap menjadi isu signifikan di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved