Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KETIKA satu atau lebih anggota badan mengalami kelumpuhan, mungkin sebagian orang mengiranya sebagai gejala stroke. Ya, penyakit momok masyarakat itu memang identik dengan gejala tersebut. Tapi sejatinya, ada jenis penyakit lain yang punya gejala mirip, salah satunya yaitu multiple sclerosis (MS). Stroke dan MS sama-sama penyakit saraf, tapi penyebabnya berbeda. Stroke dipicu oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak, sementara MS merupakan penyakit autoimun, yaitu kelainan yang membuat sistem daya tahan tubuh justru merusak selubung saraf.
Lebih jelasnya, mari simak penjelasan dokter spesialis neurologi, dr. Rocksy Fransisca V Situmeang, Sp.N, pada acara edukasi memperingati Hari MS Sedunia yang digelar Merck dan Siloam Hospitals Lippo Village di Jakarta, baru-baru ini.
MS adalah penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini disebabkan oleh rusaknya myelin atau selubung pelindung saraf, oleh sistem kekebalan tubuh. Kerusakan pada myelin menyebabkan hubungan antara otak dan bagian tubuh lainnya terganggu.
Baca juga : Vertigo Mendadak Bisa Jadi Gejala Stroker
“MS sering kali sulit didiagnosis karena gejalanya mirip dengan kondisi medis lain seperti stroke dan gangguan penglihatan pada mata, dan dapat berbeda-beda antara satu individu dengan lainnya. Oleh karenanya diagnosis MS bisa jadi cukup menantang karena tidak dapat ditegakkan hanya dengan satu tes khusus. Hal ini untuk mengantisipasi kesalahan diagnosis yang dapat memperburuk kondisi dan mengakibatkan hilangnya fungsi pada salah satu anggota tubuh secara permanen,” ujar dr. Rocksy.
Salah satu jenis MS yang paling sering ditemukan adalah Relapsing-Remitting MS (RRMS), yaitu MS dengan gejala-gejala tertentu yang muncul, lalu hilang, dan setelah itu muncul kembali. “Kemunculan, hilang, dan kemunculan kembali suatu gejala bisa menjadi sebuah gejala MS yang cukup khas dan patut diwaspadai. Penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf jika mengalami tanda tersebut. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, individu dengan MS dapat menjalani hidup yang produktif dan berkualitas,” kata dr. Rocksy.
MS masih kurang dipahami baik oleh masyarakat umum maupun tenaga kesehatan di Indonesia. Data Atlas of MS menunjukkan di Asia Tenggara terdapat 9 dari 100.000 orang terdiagnosis MS. Namun, di Indonesia ‘baru’ tercatat 160 orang yang terdiagnosis MS. Hal ini mengindikasikan adanya potensi kasus MS yang belum terdiagnosis di Indonesia.
Baca juga : Mengenal Tanti Damayanti, Sosok Inspiratif Penyintas Autoimun
“Oleh karenanya, peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang MS menjadi krusial untuk meminimalkan risiko diagnosis yang terlewatkan dan keterlambatan penanganan, yang dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup individu penyandang MS,” imbuh dr. Rocksy.
Salah satu penyandang MS, Jessy, mengisahkan pengalamannya. Ia menuturkan, memiliki MS telah mengajarkannya banyak hal tentang ketabahan, ketekunan, dan menghargai setiap momen dalam hidup. “Perjalanan saya hingga mendapatkan diagnosis MS bisa dirangkum dalam tiga kata: tidak mudah, tidak singkat, dan melelahkan. Saya menyadari bahwa MS merupakan kondisi permanen dan menyadari hidup dengan MS akan ada keterbatasan fisik dan bahkan kemunduran. Maka yang saya lakukan adalah embrace it dan terus produktif menjalani kegiatan sehari-hari. Dengan MS saya jadi lebih menyadari nilai-nilai hidup 4Gs (Grit, Gift, Grace dan Gratitude). Dengan mengombinasikan nilai tersebut dan penanganan medis serta obat membantu saya tetap bisa produktif menjalani kegiatan sehari-hari,” paparnya.
Jessy rajin berbagi konten tentang MS di akun media sosialnya. Ia mengemasnya menjadi konten yang informatif namun tetap ringan dan menarik. Ia juga sudah menulis buku berjudul Jessy and the $G’s yang memuat pengalamannya menghadapi MS. “Saya berharap, konten di media sosial saya dan juga buku yang saya buat dapat menginspirasi dan memberikan semangat bagi orang lain yang juga menyandang MS,” ucapnya.
Baca juga : Viral! Diserbu Ribuan Orang, Ibu Ida Dayak Batalkan Pengobatan Alternatif
Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang MS di Indonesia sekaligus memperluas akses terhadap penanganan MS yang inovatif dan berkualitas agar individu penyandang MS dapat menjalani hidup yang lebih baik, PT Merck Tbk dan Siloam Hospitals menjalin kolaborasi. Kolaborasi ini meliputi berbagai kegiatan seperti peningkatan kompetensi klinisi, di antaranya melalui workshop dan webinar bagi para praktisi kesehatan secara berkala. Selain itu, juga dilakukan edukasi MS bagi masyarakat awam.
“Hidup dengan MS tidaklah mudah, untuk itu penting bagi kita di momentum World MS Day, yang tahun ini jatuh pada 30 Mei, untuk saling mendukung agar dapat bersama-sama menghadapi tantangan MS dan terus berbagi informasi untuk meningkatkan kesadaran akan MS secara lebih luas lagi,” kata Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin.
Hospital Director Siloam Hospitals Lippo Village, dr. Jeffry Oeswadi, MARS, mengungkapkan hal senada. “Kolaborasi ini mencerminkan visi bersama kami untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi individu dengan MS, di mana mereka bisa melakukan deteksi, hingga mendapat diagnosis dini dan penanganan yang efektif guna meningkatkan kualitas hidup mereka.” (X-8)
PEMERINTAH menyasar minuman berpemanis dalam kemasan sebagai objek cukai baru. Ini mencakup minuman yang mengandung gula, pemanis alami, hingga pemanis buatan.
Dampak lain dari polusi udara adalah bisa memperparah penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Stroke, yang sering kali dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya terjadi pada orang tua, juga dapat menghantui anak muda.
Perokok dua kali lebih tinggi terkena stroke. Sebab, merokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah lebih mudah menggumpal.
Stroke, kondisi medis serius ketika aliran darah ke bagian otak terganggu, menjadi perhatian utama dalam ranah kesehatan di Indonesia.
Kelelahan dan dehidrasi sering dialami jemaah bahkan tanpa disadari membuat jemaah tersebut alami stroke.
Mengetik terlalu lama dan duduk di posisi yang sama dalam waktu lama, termasuk mengendarai motor, bisa memicu munculnya neuropati.
Neuromuskular Center atau Pusat Neuromuskular untuk gangguan saraf dan otot yang umum maupun langka atau rare disease.
Penyebabnya adalah gangguan pada saraf fasialis yang letaknya dekat telinga dan biasanya muncul pada orang yang pernah cacar air atau terkena infeksi herpes.
Berdasarkan hasil dari penelitiannya, kelompok dengan terapi tambahan vitamin D menunjukkan perbaikan nyeri yang lebih signifkan.
Obat untuk mengatasi kantuk atau microsleep ialah beristirahat atau tidur yang cukup dengan kualitas yang baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved