Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Arab Saudi.
Pasalnya, Washington tidak menghendaki sekutu kayanya itu memangkas produksi minyak yang diikuti orginasi negara pengekspor minyak. OPEC+.
"Akan ada beberapa konsekuensi atas apa yang telah mereka lakukan, dengan Rusia. Saya tidak akan membahas apa yang saya pertimbangkan dan apa yang ada dalam pikiran saya. Tapi akan ada akan ada konsekuensinya," kata Biden.
Diketahui OPEC+ yang dipimpin Riyadh berniat memangkas produksi minyak. Selain ancaman sanksi, AS melalui anggota parlemen asal Partai Demokrat menyerukan pembekuan kerja sama dengan dengan Arab Saudi.
Pengurangan produksi minyak OPEC+ akan memberikan keuntungan kepada Rusia untuk mendanai perang di Ukraina. Selain Arab Saudi, Rusia juga termasuk negara kaya minyak.
Baca juga: Andalkan Ekspor Migas, Rusia Bertahan dari Sanksi AS dan Sekutunya
Senator Partai Demokrat dan Republik, Richard Blumenthal dari Connecticut dan Ro Khanna dari California memperkenalkan undang-undang yang akan segera menghentikan semua penjualan senjata AS ke Arab Saudi selama satu tahun.
Jeda ini juga akan menghentikan penjualan suku cadang dan perbaikan, layanan dukungan dan dukungan logistik. Namun rancangan sanksi itu harus disetujui Biden yang belum pasti menandatanganinya.
Yang pasti, kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, Biden menginstruksikan untuk meninjau ulang hubungan diplomatik dengan Riyadh.
"Inilah waktunya untuk melihat kembali hubungan ini dan memastikan bahwa itu melayani kepentingan keamanan nasional kita," katanya.
Sementara Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan AS tidak memiliki batas waktu untuk peninjauan hubungan dengan Arab Saudi. Pasalnya Riyadh memiliki peran sentral yang dalam mengatasi masalah keamanan nasional yang lebih luas di Timur Tengah.
Blumenthal dan Khanna meluncurkan rancangan sanksi untuk Arab Saudi berupa rancangan undang-undang. Itu setelah Senator Robert Menendez dari Partai Demokrat mengatakan tidak dapat diterima bahwa OPEC+ telah bergerak untuk memangkas produksi minyak dan secara efektif membantu Moskow dalam perangnya terhadap Ukraina.
Menendez berjanji untuk menggunakan posisinya sebagai ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat untuk memblokir penjualan senjata ke Saudi di masa depan.
Menendez tidak memperingatkan Gedung Putih sebelum mengumumkan niatnya untuk memblokir penjualan senjata Saudi di masa depan.
OPEC+, yang mencakup Rusia serta Arab Saudi, pekan lalu mengumumkan akan memangkas produksi sebesar dua juta barel per hari. Pengurangan produksi juga merugikan upaya yang dipimpin AS untuk membuat perang tidak berkelanjutan secara finansial bagi Rusia.
Menteri Luar Negeri Saudi, Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan pengurangan produksi minyak adalah murni urusan ekonomi.
Biden dan para pemimpin Eropa telah mendesak lebih banyak produksi minyak untuk menurunkan harga bensin dan menghukum Moskow atas agresinya di Ukraina.
Putin telah dituduh menggunakan energi sebagai senjata melawan negara-negara yang menentang invasi Rusia.
"Mereka tentu saja menyelaraskan diri dengan Rusia. Ini bukan waktunya untuk bersekutu dengan Rusia," kata Jean-Pierre.
Adapun Saudi, Senator Blumenthal mengatakan, “Kami tidak dapat terus menjual teknologi senjata yang sangat sensitif ke negara yang bersekutu dengan musuh teroris yang menjijikkan.”
Namun, Gedung Putih mencatat bahwa penjualan senjatanya ke Riyadh berfungsi sebagian sebagai penyeimbang penting di kawasan itu ke Iran, yang dengan cepat bergerak menuju kekuatan nuklir.
"Ada 70.000 orang Amerika yang tinggal di Arab Saudi sekarang, belum lagi semua pasukan lain yang kami miliki di seluruh wilayah itu,” kata Kirby. (AFP/Cah/OL-09)
Sinyal pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat menjadi perhatian bagi Bank Indonesia.
AMERIKA Serikat akan terus mengupayakan gencatan senjata di Jalur Gaza meskipun ketua biro politik Hamas Ismail Haniyeh meninggal. Ini dikatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
PEMBUNUHAN terhadap Kepala Biro olitik kelompok perjuangan Palestina, Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, dapat mengakibatkan perang masif di Timur Tengah.
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (31/7) sore ditutup menguat di tengah pelaku pasar bersikap wait and see terhadap kebijakan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed).
NILAI tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (31/7) ditutup menguat saat pasar menunggu kebijakan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate.
Kamala Harris membawa kampanye presidennya ke Georgia, sebuah negara bagian yang kini dianggap sebagai kunci dalam pemilihan mendatang.
THE Federal Reserve (Fed) mengeluarkan revisi proyeksi terbaru. Menurut proyeksi terbaru ini, The Fed mengakomodasi penurunan suku bunga sekali dan mengakui bahwa inflasi menjadi sticky.
Tidak ada disrupsi atas tewasnya presiden Iran sehingga dampak terhadap harga minyak masih relatif minimum.
Rencana kerja Pemprov DKI tahun ini turut memperhitungkan terjadinya berbagai gejolak global seperti konflik Iran dan Israel.
Associate dari Indef sekaligus dosen Universitas Bakrie, Asmiati Malik, berasumsi bahwa perang antara Iran-Israel tidak akan berakhir dalam jangka pendek.
Saat ini konflik di Timur Tengah semakin memanas, tidak hanya antara Palestina dengan Israel. Kini konflik di Timur Tengah bertambah meluas antara Iran dan Israel.
Penyerangan Israel ke Iran dinilai berdampak naiknya dolar AS, harga emas dunia, dan harga minyak dunia, serta melemahnya rupiah terhadap dolar AS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved