Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
AMERIKA Serikat (AS) mengatakan kesepakatan dengan Iran mengenai program nuklirnya kemungkinan ada, tetapi kesepakatan itu harus segera diselesaikan saat Teheran meningkatkan kemampuannya, pada malam pembicaraan baru.
Perundingan yang dihadiri oleh Tiongkok, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, Iran, dan Amerika Serikat itu akan dilanjutkan di Wina setelah terhenti pada akhir bulan lalu.
Mereka datang setelah pihak-pihak dalam beberapa pekan terakhir mengutip kemajuan dalam upaya menghidupkan kembali perjanjian 2015 yang seharusnya mencegah Iran memperoleh bom atom, tujuan yang selalu dibantahnya.
"Kesepakatan yang membahas masalah inti semua pihak sudah di depan mata, tetapi jika tidak tercapai dalam beberapa minggu mendatang, kemajuan nuklir Iran yang sedang berlangsung akan membuat tidak mungkin bagi kami untuk kembali ke JCPOA," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS pada Senin (7/1), merujuk dengan kesepakatan kerangka kerja 2015.
Baca juga: PM Israel-Presiden AS Bahas Masalah Nuklir Iran Via Telepon
Para pihak telah bernegosiasi di Wina sejak tahun lalu dengan partisipasi tidak langsung AS.
Mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari pakta pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang keras terhadap Iran, mendorong republik Islam itu untuk mulai menarik diri dari komitmennya berdasarkan kesepakatan dan meningkatkan kegiatan nuklirnya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan jawaban bahwa "apa yang Amerika Serikat bawa besok ke Wina akan menentukan kapan kita dapat mencapai kesepakatan."
"Kami telah membuat kemajuan signifikan di berbagai bidang negosiasi Wina, termasuk jaminan bahwa Iran berusaha agar pemerintahan baru AS tidak akan melanggar kesepakatan sekali lagi,” kata Khatibzadeh kepada wartawan.
Momen yang menentukan
Para ahli mengatakan Iran telah menyimpang begitu jauh dari pembatasan kesepakatan 2015, bahwa mereka hanya beberapa minggu lagi untuk memiliki bahan fisil yang cukup untuk membuat senjata atom.
Washington telah mengupayakan negosiasi langsung di wilayah dalam negeri ini, tetapi mengatakan pembicaraan tetap digelar tidak langsung atas permintaan Iran.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebutnya momen yang menentukan, dalam sebuah wawancara dengan Washington Post yang diterbitkan Senin.
"Kami memberi mereka pesan yang jelas bahwa sekarang saatnya untuk mengambil keputusan dan untuk kemajuan, dan bukan untuk memperpanjang prosesnya," katanya.
"Kami berharap mereka akan menggunakan kesempatan itu."
Pada hari Jumat (4/2), Washington membuat isyarat dengan mengumumkan bahwa pihaknya melepaskan sanksi terhadap program nuklir sipil Iran, sebuah langkah teknis yang diperlukan untuk kembali ke Rencana Aksi Komprehensif Bersama 2015, atau JCPOA.
Pengabaian tersebut memungkinkan negara dan perusahaan lain untuk berpartisipasi dalam program nuklir sipil Iran tanpa memicu sanksi AS terhadap mereka, atas nama mempromosikan keselamatan dan non-proliferasi.
“Langkah itu harus memfasilitasi diskusi teknis yang diperlukan untuk mendukung pembicaraan tentang kembalinya JCPOA di Wina," kata perunding Inggris, Prancis dan Jerman dalam sebuah pernyataan bersama Sabtu (3/2).
Namun, bagi Iran, langkah itu gagal. "Manfaat ekonomi yang nyata, efektif, dan dapat diverifikasi bagi Iran adalah syarat yang diperlukan untuk pembentukan kesepakatan," ujar Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dalam sebuah tweet.
"Tunjukkan pencabutan sanksi tidak dianggap sebagai upaya konstruktif." ujarnya.
Shamkhani mengatakan hari Minggu (6/2) bahwa Washington dan Teheran sejauh ini gagal menghasilkan keseimbangan dalam komitmen mereka selama pembicaraan Wina.
"Meskipun kemajuan terbatas dalam #ViennaTalks, kami masih jauh dari mencapai keseimbangan yang diperlukan dalam komitmen para pihak," tandasnya. (Aiw/France24/OL-09)
Prabowo dalam pertemuannya dengan Putin juga menyampaikan minatnya untuk mengirim lebih banyak mahasiswa Indonesia untuk menempuh pendidikan di universitas-universitas Rusia.
Inggris, AS, dan Korea Selatan telah memperingatkan peretas yang didukung Korea Utara, berusaha mencuri rahasia nuklir dan militer dari pemerintah dan perusahaan swasta di seluruh dunia.
Pada kanker tiroid, biasanya pasien sudah melalui operasi. Kedokteran nuklir berperan untuk menghilangkan sisa-sisa sel kanker.
Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (5/6), memperingatkan negara-negara Barat bahwa Rusia siap menggunakan segala cara untuk mempertahankan diri jika kedaulatannya terancam.
Iran mengecam keputusan dewan gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terkait resolusi baru yang diusulkan oleh tiga negara Eropa.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memimpin latihan yang mensimulasikan "kontra serangan nuklir," menandai uji coba terbaru oleh Pyongyang tahun ini.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan 50 negara di Eropa membutuhkan perlindungan dari senjata nuklir secara mandiri.
Bulan lalu ia memperingatkan negara-negara Barat bahwa ada risiko nyata terjadinya bencana nuklir jika mereka ikut campur pada konflik di Ukraina.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan negara-negara Barat untuk tidak mengirimkan pasukan ke Ukraina, mengatakan konsekuensinya akan tragis.
Menlu Retno Marsudi mendorong dunia untuk bersama-sama mendesak pemilik senjata nuklir mengikuti protokol pelucutan.
Badan pengawas nuklir PBB, IAEA, mengungkapkan kekhawatiran yang semakin meningkat terkait kemampuan Iran dalam membangun senjata nuklir.
Tiongkok belum berencana untuk menghentikan larangan impor produk hasil laut dari Jepang
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved