Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
PENELITI mengungkapkan vaksin Oxford-AstraZeneca memberikan perlindungan hanya 10% terhadap varian baru covid-19 yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.
Ilmuwan yang melakukan uji coba skala kecil dari kemanjuran vaksin itu mengatakan vaksin menunjukkan perlindungan yang sangat sedikit terhadap infeksi ringan hingga sedang. Namun, mereka berharap vaksin itu masih akan menawarkan perlindungan yang signifikan terhadap infeksi yang lebih serius.
Afrika Selatan telah menghentikan peluncuran vaksin Oxford-AstraZeneca, sementara Menteri Kesehatan Inggris mengindikasikan suntikan covid-19 tahunan dapat menjadi standar bagi banyak orang karena para ilmuwan berupaya untuk tetap selangkah lebih maju dari mutasi virus.
Shabir Madhi dari University of the Witwatersrand, yang memimpin uji coba, mengatakan, meski penelitiannya kecil, uji tersebut dirancang untuk fokus pada menentukan apakah vaksin Oxford-AstraZeneca memiliki setidaknya 60% kemanjuran terhadap covid-19 pada tingkat keparahan apapun.
“Hasil yang kami gambarkan sekarang terhadap varian, perkiraan poinnya adalah 10%. Jelas itu jauh dari angka 60% dan meski Anda melakukan penelitian yang lebih besar, Anda tidak mungkin mendapatkan hasil kemanjuran vaksin sampai 40 atau 50%," kata Madhi.
“Apa yang penelitian tersebut tunjukkan pada kami adalah dalam demografi kelompok usia yang relatif muda dengan prevalensi morbiditas yang sangat rendah seperti hipertensi dan diabetes dan lain-lain, vaksin tidak melindungi terhadap infeksi ringan hingga sedang,” jelasnya.
Baca juga: Afsel Tunda Kampanye Vaksinasi Covid-19 Gunakan AstraZeneca
Dia mengatakan keefektifan melawan infeksi serius mungkin dapat disimpulkan berdasarkan vaksin Johnson & Johnson, yang menggunakan teknologi serupa.
“Mengekstrapolasi dari itu, masih ada beberapa harapan bahwa vaksin AstraZeneca dapat bekerja sebaik vaksin Johnson & Johnson dalam demografi usia berbeda yang memiliki risiko tertinggi penyakit parah,” tuturnya.
Dia menambahkan studi laboratorium dapat mengungkap bukan hanya antibodi yang efektif dalam melindungi terhadap penyakit parah, tetapi juga kekebalan sel-T. Mengenai masalah penundaan dosis kedua, dia mengatakan kemanjuran vaksin Oxford setelah dosis tunggal adalah 75% tetapi ini sebelum varian Afrika Selatan muncul.
Berita tersebut menimbulkan kekhawatiran vaksin yang sekarang tersedia tidak cukup untuk mengakhiri krisis pandemi dan produsen sudah mengerjakan versi baru yang akan menawarkan perlindungan terhadap varian baru. (The Guardian/OL-5)
Prof. Hinky juga menampik klaim keliru yang beredar di media sosial, yaitu anak yang tidak divaksinasi bebas dari infeksi telinga dan pengobatan antibiotik.
Dikuatirkan informasi sequence genomic pathogen dari indonesia dikapitalisasi oleh pengembang vaksin negara maju dan kita tidak dapat benefit yang setara.
Di samping PABS hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pendanaan dan transfer teknologi.
Isu efek samping vaksin covid-19 AstraZeneca. Ia mengatakan peringatan soal efek sampik dari roduk vaksin itu sudah diumumkan sejak 2021.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menanggapi kehebohan soal efek samping vaksin covid-19 AstraZeneca. Menurut Budi, efek samping vaksin tersebut telah diketahui sejak lama.
Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi memastikan sampai saat ini tidak ada kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia.
Melalui upaya kolaboratif untuk meningkatkan pengelolaan asma diharapkan dapat mengurangi serangan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Ini merupakan sebuah upaya untuk memperkuat pelayanan dan sistem kesehatan di Indonesia dengan tujuan menciptakan generasi emas yang sehat dan kuat pada 2045.
Carina Joe telah menemukan formula untuk memproduksi vaksin dalam skala besa
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved