Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Guaido Janji Perkuat Hubungan Venezuela dengan Tiongkok

Tesa Oktiana Surbakti
02/2/2019 18:00
Guaido Janji Perkuat Hubungan Venezuela dengan Tiongkok
PRESIDEN interim Venezuela, Juan Guaid(AFP/Federico Parra )

PRESIDEN interim Venezuela, Juan Guaido, berjanji kepada Tiongkok untuk menghormati perjanjian bilateral. Pimpinan oposisi itu juga berencana mengadakan pembicaraan dengan Tiongkok secepat mungkin.

Pernyataan Guaido muncul dalam artikel South China Morning Post edisi Sabtu (2/2). Kemungkinan besar komentar Guaido merespons pertanyaan terkait dampak krisis politik terhadap hubungan dengan kreditor utama Venuzuela, yakni Tiongkok.

Pada September lalu, Presiden Venezuela Nikolas Maduro mengunjungi Tiongkok dengan hasil kesepakatan energi dan pertambangan emas. Kunjungan kenegaraan itu tidak lepas dari upaya Maduro meraih dukungan Tiongkok terhadap negaranya yang dilanda krisis berkepanjangan.

"Dukungan Tiongkok akan berperan penting dalam meningkatkan ekonomi negara kita. Berikut perkembangan di masa depan," ujar Guaido, pemimpin berusia 35 tahun, dalam wawancara dengan South China Morning Post melalui surat elektronik.

"Tiongkok dengan kekuatan daya saing dan pasarnya, merupakan pemain global utama. Kami ingin memperkuat kembali hubungan kerja sama dengan menjunjung rasa saling hormat," imbuh Guaido.

"Kami siap memulai hubungan yang konstruktif, serta berdialog dengan Tiongkok secepat mungkin," pungkasnya.

Baca juga: Presiden Venezuela Siap Berunding dengan Oposisi

Pekan lalu, di tengah merebaknya aksi protes di Caracas, Guaido mendeklarasikan diri sebagai Presiden Venezuela. Langkah Guaido mendapat dukungan dari banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Brazil. Sejauh ini, Tiongkok diketahui enggan memihak, lantaran mengedepankan posisi jangka panjangnya dalam urusan domestik negara-negara lain.

Pergolakan politik telah mengacaukan situasi di Venezuela, yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Negara itu mengalami krisis ekonomi terburuk, yang ditandai hiperinflasi dan kelangkaan stok kebutuhan pokok. Jutaan penduduk Venezuela jatuh dalam lubang kemiskinan. Sementara itu, sekitar 2,3 juta orang memilih bermigrasi demi terlepas dari krisis.

Walaupun Maduro memiliki kendali terhadap mayoritas lembaga politik Venezuela dan mendapat dukungan militer, banyak pihak yang menyalahkannya atas kesengsaraan krisis ekonomi berkepanjangan.

Pemimpin berusia 56 tahun itu terpilih kembali dalam pemungutan suara pada Mei 2018. Akan tetapi, kemenangan Maduro mendapat pertentangan dari oposisi. Baik AS, negara-negara Uni Eropa, maupun Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS), menuding Maduro melakukan kecurangan.

Tiongkok diketahui mengucurkan kredit lebih dari US$60 miliar kepada Venezuela dalam beberapa tahun terakhir. Negara di Amerika Selatan itu berupaya membayar utang melalui ekspor minyak, sehingga utang yang masih ditanggung sekitar US$20 miliar.

Dalam konferensi pers di Beijing pada Jumat (1/2) lalu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan siap bertemu dengan semua pihak di tengah krisis Venezuela.

"Secara pragmatis, Tiongkok dan Venezuela sudah bekerja sama dalam waktu yang lama. Tidak peduli bagaimana situasi di sana sekarang, hubungan bilateral rasanya tidak akan terganggu," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Geng Shuang.(AFP/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya