Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SESEORANG mulai merokok pada dasarnya karena dua alasan utama yakni kebiasaan atau budaya dalam keluarga dan pergaulan dengan rekan kerja, teman, atau kelompok sebaya. Oleh karena itu, diperlukan strategi komunikasi persuasif dengan pendekatan pengurangan risiko terutama bagi perokok sebagai target audiens tersegmentasi sesuai dengan kebutuhan dan preferensi spesifik mereka.
"Dari hasil kajian tersebut, kami menemukan bahwa demografi, ekonomi, dan sosial budaya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya mengatasi masalah merokok, tetapi menjadi signifikan setelah melalui variabel intervening strategi komunikasi. Oleh sebab itu, strategi komunikasi yang efektif ialah kunci untuk membangun kesadaran tentang masalah merokok dan upaya pengurangan risikonya," ujar peneliti dari Universitas Sahid Jakarta, Prof. Kholil, pada konferensi The 15th Asian Conference on The Social Sciences (ACSS 2024) yang diselenggarakan International Academic Forum (IAFOR) di Tokyo, Jepang, Minggu, 26 Mei 2024.
Pada konferensi tersebut, Kholil dan rekannya dan Hifni Alifahmi memaparkan hasil kajian mereka mengenai strategi komunikasi untuk membangun kesadaran tentang masalah merokok di Indonesia dengan pendekatan pengurangan risiko. Berdasarkan analisis deskriptif, aspek kesehatan, kebijakan pemerintah, dan ekonomi merupakan kontributor terbesar terhadap strategi komunikasi dengan model pengurangan risiko ini.
Baca juga : Pemerintah Didesak Ciptakan Tata Kelola Moderasi Konten yang Baik
Oleh karena itu, narasi pengurangan risiko yang efektif untuk masalah merokok harus didasarkan pada aspek-aspek tersebut. Strategi komunikasi ini juga menggunakan model kolaborasi HexaHelix yang melibatkan akademisi, masyarakat umum, pemerintah, pelaku usaha, media, dan organisasi masyarakat untuk bersama mengatasi masalah tersebut.
"Komitmen dan kebijakan yang tepat sasaran dari pemerintah diperlukan untuk mengatasi masalah merokok secara tersegmentasi, yakni membedakan strategi untuk nonperokok agar tidak mulai merokok, perokok aktif yang ingin berhenti merokok, dan perokok aktif yang sulit berhenti merokok," lanjut Kholil dalam pernyataannya, Senin (27/5). Faktor kunci keberhasilan untuk mengatasi masalah merokok secara tersegmentasi tersebut ialah membangun strategi komunikasi efektif, baik langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan peran media sosial, teknologi digital, dan kolaborasi dengan figur publik agar pesan yang disampaikan dapat tepat sasaran pada tiga target tersebut, yaitu nonperokok, perokok berhenti (quitter), dan perokok beralih (switcher).
Untuk membangun strategi komunikasi tersebut, narasi harus memuat faktor kesehatan, sosial budaya, dan ekonomi. Kesehatan ialah prioritas utama karena semua perokok sadar bahwa merokok dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka dan pengobatan penyakit akibat merokok memerlukan biaya yang mahal. Pendekatan pengurangan risiko menjadi salah satu narasi yang diperlukan untuk membantu perokok yang sulit berhenti merokok agar beralih ke produk alternatif.
Hifni menambahkan pemaparan hasil studi itu menjadi kesempatan bertukar ilmu dan pengalaman dalam mengkaji strategi komunikasi yang tepat untuk mengatasi masalah merokok. "Segmentasi dalam strategi komunikasi berperan penting untuk menentukan narasi yang tepat agar pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh audiens yang dituju. Usia, latar belakang pendidikan, budaya, dan kondisi ekonomi dari audiens juga berpengaruh," ujar Hifni.
Kajian strategi komunikasi untuk mengatasi masalah merokok ini harapannya dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang tepat sasaran dan solutif. "Kami siap berkolaborasi dengan pemerintah untuk mengembangkan strategi komunikasi persuasif-tersegmentasi dan melakukan kajian lebih lanjut," jelas Hifni. (Z-2)
Pada setiap kelasnya, peserta juga diajak peduli kepada isu-isu sosial kemanusiaan, serta melakukan langkah nyata melalui kerja sama dengan platform formal.
Komunikasi asertif juga dapat mendorong untuk menyelesaikan konflik secara damai dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
LLDikti Wilayah III bersama Universitas Esa Unggul menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Transformasi Kehumasan di Era Digital: Strategi dan Kolaborasi Masa Depan.
Dinas Komunikasi dan Informatika Kalsel mengungkapkan 316 desa di Kalimantan Selatan masih blank spot dan ditargetkan 2026 masalah ini dapat diselesaikan.
TENTARA Nasional Indonesia (TNI) tengah mengkaji perubahan nama Pusat Penerangan (Puspen) TNI menjadi Pusat Komunikasi dan Informasi (Puskominfo) TNI.
Perhatian publik tertuju pada kebijakan Tapera saat ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved