Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PARTAI NasDem memandang sudah saatnya industri perfilman menggambarkan perempuan secara ‘adil’. Tak melulu soal parasnya, tetapi juga bagaimana pikiran dan daya juangnya merespons tantangan hidup.
Demikian disampaikan Politisi Partai NasDem Eva Sundari seusai acara Bedah Novel dan Film ‘Gadis Kretek’ di Auditorium Perpustakaan Panglima Itam, NasDem Tower, Jakarta Pusat, Jumat (5/4).
“Kalau istilah Bung Karno perempuan itu cantik tapi tolol ya, itu patriakinya di situ. Nah, ini film ndak terjebak di situ, bahwa perempuan itu berdaya, tidak menggambarkan kecantikannya, kelemahannya, itu tidak ada gambarannya. Jadi, bagaimana perempuan merespons tantangan hidup itu dengan cerdas dengan tangguh,” papar Eva.
Baca juga : Ahmad Sahroni Minta Kasus Pelecehan Seksual terhadap Anak Diprioritaskan
Hadir juga dalam kesempatan itu, Sekretaris Jenderal Partai NasDem Hermawi F Taslim, sebagai narasumber lainnya: Anggota Komisi I DPR Muhammad Farhan dan Nafs Urbach. Forum dimoderatori oleh Shanti Ruwyastuti.
Eva mengaku senang dengan genre Gadis Kretek yang keluar dari mainstream perfiliman Indonesia selama ini yang cenderung merendahkan perempuan.
“Saya melihatnya realitas perempuan yang terakhir itu bahwa perempuan itu berdaya, ekspektasinya saja lebih panjang dari laki-laki. Jadi, penggambaran film yang sekarang ini dominan, dulu belum menggambarkan perempuan apa adanya,” papar Eva yang juga Direktur Institut Sarinah ini.
Lebih lanjut, ke depan, Eva menekankan, industri perfiliman harus menampilkan ‘perempuan apa adanya’. Misalnya, bisa mengangkat soal realitas perempuan dan kontribusinya yang riil di kehidupan sosial masyarakat, itu menurut Eva lebih mendidik.
“Jangan sampai meracuni pemikiran para penonton bahwa kita ini (perempuan) tidak berdaya, kita ini emosional, karena realitasnya sebaliknya dari itu. Jadi, film-film berbasis realitas seperti Gadis Kretek itu yang harus diapresiasi dan para perempuannya harus kritis,” tandas Eva. (Z-8)
Selain menulis novel, Ratih Kumala juga menulis skenario film dan drama televisi.
Dian Sastrowardoyo ingin mengubah paradigma bahwa kebaya bukan pakaian yang menunjukkan status dan hanya dipakai untuk bermewah-mewahan.
Dian menambahkan, selama ia berkarier, serial Gadis Kretek menjadi serial yang paling berkesan untuknya.
PLATFORM streaming Netflix mengumumkan enam judul baru konten orisinal Indonesia yang terdiri dari film dan serial. Keenam judul tersebut, terdiri dari empat film dan dua serial.
Nadin Amizah terpilih menyanyikan Kala Sang Surya Tenggelam, yang pertama kali muncul di album Sabda Alam (1978) milik musisi legendaris Chrisye sebagai lagu tema Gadis Kretek.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved