Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DOKTER spesialis anak lulusan Universitas Gajah Mada Prof Edi Hartoyo mengatakan Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD) atau lebih dikenal dengan Flu Singapura berbeda dengan sariawan biasa meskipun sama-sama menyebabkan lesi di mulut.
"Sariawan biasa hanya di mulut, wujudnya hampir sama, maka kadang-kadang orangtua ke dokter anaknya nggak mau makan pas dilihat karena ada lesinya di mulutnya," kata Edi dalam diskusi daring, Selasa (2/4).
Lesi di mulut pada HFMD sama seperti sariawan yang juga dapat menyebabkan anak malas makan dan kesulitan menelan. Lesi dan lentingan juga bisa muncul di sekitar mulut bagian luar dan bibir.
Baca juga : Ancaman Flu Singapura Meningkat, Vaksin Belum Tersedia
Selain sariawan, penyakit lain yang juga kerap disamakan dengan Flu Singapura adalah cacar air dan campak. Namun, Edi menegaskan keduanya berbeda dengan Flu Singapura dilihat dari lokasi munculnya lesi.
"Cacar air, lesinya di badan baru keluar, lesi lentingan tepi kulitnya merah kalau Flu Singapura tidak, dari lokasinya Flu Singapura paling sering di telapak kaki, telapak tangan dan mulut, kalau cacar jarang di telapak tangan," jelas Edi.
Lesi atau luka pada kulit akibat lentingan pada kasus penyakit cacar bisa membekas pada kulit, namun pada Flu Singapura, lesi akan hilang dengan sendirinya tanpa menyebabkan bekas.
Baca juga : Seseorang Hanya Derita Cacar Air Sekali Seumur Hidup, Benarkah?
Hal ini karena lesi lentingan pada Flu Singapura tidak sedalam cacar yang bisa menembus hingga lapisan kedua jaringan kulit.
Perbedaan lainnya, kata Edi, Flu Singapura tidak menyebabkan kekebalan dan bisa terkena kembali jika daya tahan tubuh menurun. Berbeda dengan cacar yang jika sudah terkena, tubuh bisa membentuk kekebalan sehingga jarang cacar bisa terkena kembali di kemudian hari.
"Virus ini tidak menyebabkan kekebalan, beda dengan cacar atau campak bisa kebal tapi virus ini nggak, kalau musim ini kena besoknya bisa kena lagi kalau dia ada kontak, jadi masih bisa kena," kata Edi.
Baca juga : Hati-Hati, Cacar Air Bisa Sebabkan Komplikasi
Edi kemudian menjelaskan kasus Flu Singapura tercatat cukup tinggi di usia di bawah 6 tahun pada anak di Indonesia karena kurangnya kepekaan orangtua pada penyakit ini.
Sering kali saat anak demam, sulit makan, dan muncul bintik merah, orangtua tetap menyekolahkan anak dan tidak isolasi di rumah, sehingga penyebaran pada anak sangat tinggi dan cepat.
Meskipun tergolong penyakit ringan yang bisa sembuh dalam tujuh hari, Edi mengharapkan orangtua bisa mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Flu Singapura semakin banyak dengan mengisolasi anak jika demam dan muncul bintik merah pada telapak kaki, tangan dan mulut.
"Kalau anak kena Flu Singapura di isolasi dan cegah kontak dengan anak lain karena ini menular, masa infeksius 3-5 hari, 7 hari dia sudah tidak menular walaupun lesinya dalam tahap penyembuhan tapi tidak menular," pungkas Edi. (Ant/Z-1)
Sariawan yang dalam waktu dua minggu lebih tidak sembuh perlu diperiksakan segera ke dokter karena dapat menjadi salah satu faktor dari kanker lidah.
Pertumbuhan tumor di lidah dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk makan, menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan, kesulitan menelan, dan masalah pernapasan.
Kanker rongga mulut bisa terjadi karena bagian rongga mulut atau lidah sering tergigit akibat susunan gigi geligi yang tidak rata.
Sariawan merupakan kondisi yang dapat menyerang siapa pun dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
“Sariawan merupakan salah satu permasalahan rongga mulut yang paling sering terjadi pada anak dan bisa berbahaya jika tidak ditangani dengan segera."
Cacar air rentan menyerang anak-anak terutama di usia sekolah, dan sering kali dianggap sebagai penyakit ringan.
Dari 1.000 kasus ada 2 sampai 3 pasien cacar air memerlukan perawatan intensif karena infeksi pada paru.
MASYARAKAT cemas dengan merebaknya puluhan kasus cacar monyet di Indonesia. Sebagai bentuk kewaspadaan, berikut ini perbedaan cacar monyet dengan cacar air maupun campak.
KASUS cacar air mulai merebak di kalangan anak usia sekolah. Berikut sederet fakta mengenai salah satu penyakit amat menular ini.
"Cacar air bisa menetap. Daya tubuh turun bisa (herpes) zoster atau bisa cacar air kembali. Jadi, cacar air itu tidak serta merta sekali seumur hidup," kata Anggraini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved