Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SEIRING munculnya wacana pembentukan Kementerian Kebudayaan, nama Hilmar Farid mencuat sebagai kandidat yang memiliki potensi besar untuk menjabat sebagai Menteri Kebudayaan.
Pendapat itu diungkapan akademisi dan intelektual Rocky Gerung. Meski bersikap skeptis terhadap pembentukan kementerian yang secara khusus menangani kebudayaan, Rocky menegaskan pentingnya kehadiran seorang menteri yang benar-benar terampil dan memahami bidang kebudayaan secara mendalam.
"Jika ditanya siapa yang lebih layak menjadi Menteri Kementerian Kebudayaan, tentu saja yang memiliki pemahaman yang dalam, seperti teman saya Fay (sapaan akrab Hilmar Farid, yang saat ini menjabat Direktur Jenderal Kebudayaan RI saat ini). Dia yang benar-benar mengerti dibanding mencari orang yang ditunjuk oleh partai politik," tegas Rocky dalam diskusi yang digelar oleh Aliansi Budaya Rakyat (ABRA) bekerja sama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) berjudul “Menyongsong Kementerian Kebudayaan” Dalam Perspektif Budayawan, Seniman, Politisi, dan Intelektual Publik, Senin (18/3).
Baca juga : Kemendikbudristek Pertegas Komitmen untuk Memperkuat Dunia Film Indonesia di Panggung Internasional
Jadi, siapa sebenarnya Hilmar Farid? Dia bukanlah sosok yang asing dalam dunia seni, sejarah, dan budaya. Aktivis, sejarawan, dan pengajar kelahiran Bonn, Jerman Barat, itu merupakan anak dari Agus Setiadi, seorang penerjemah buku cerita anak.
Pada 1993, ia menyelesaikan studinya di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia dengan skripsi berjudul “Politik, Bacaan, dan Bahasa Pada Masa Pergerakan: Sebuah Studi Awal”.
Pada 31 Desember 2015, Hilmar dilantik sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sebuah posisi yang diembannya hingga saat ini.
Baca juga : Lestarikan dan Majukan Kebudayaan Tari Saman dan Ratoh Jaroe
Keberhasilannya menempati kursi tersebut menjadi pencapaian luar biasa, mengingat ia merupakan orang pertama dari luar pegawai kementerian yang berhasil mendudukinya.
Sebagai Direktur Jenderal, Hilmar telah menorehkan sejumlah prestasi. Salah satu pencapaian utamanya adalah repatriasi artifak lokal Indonesia dari Belanda. Melalui program itu, empat koleksi artifak, termasuk 132 koleksi seni Bali Pita Maha, Patung Singasari, pusaka kerajaan Lombok, dan keris Puputan Klungkung, berhasil dikembalikan ke Indonesia.
Tidak hanya itu, di masa jabatannya sebagai dirjen kebudayaan, Undang-Undang pemajuan kebudayaan ditetapkan setelah selalu didiskusikan selama lebih dari 30 tahun, hal ini menegaskan posisi Pemerintah sebagai fasilitator.
Saat ini, Hilmar Farid telah memusatkan perhatiannya pada Pelindungan warisan budaya Indonesia dengan gigih. Dirinya dipercaya untuk mensupervisi badan layanan umum yang dibentuk khusus untuk merevitalisasi museum dan cagar budaya di Indonesia sehingga menjadi ruang publik yang nyaman dikunjungi.
Sebagai seorang penulis, cendekiawan, dan penggiat budaya yang aktif, ia secara konsisten mendukung dan mengembangkan kegiatan-kegiatan kebudayaan di seluruh nusantara. (RO/Z-1)
Sejak awal berdirinya, Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) selalu menjadi tempat favorit bagi para seniman di Solo Raya untuk mengekspresikan karya mereka.
Sang Kembang Bale adalah pertunjukan yang mengangkat kesenian Ronggeng Gunung dari Ciamis dan Pangandaran yang menawarkan nuansa spiritual bagi penontonnya.
Pementasan ini terinspirasi dari kesenian Ronggeng Gunung, seni klasik dari Jawa Barat.
Beberapa event yang bisa jadi pertimbangan untuk dikunjungi yakni Festival Lembah Baliem hingga Dieng Culture Festival
Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan meningkatkan nilai estetika produk, tetapi juga membantu seniman lokal untuk lebih dikenal.
Kegiatan Residensi Pemajuan Kebudayaan 2024 merupakan pengembangan dari kegiatan Belajar Bersama Maestro, yang sebelumnya hanya melibatkan pelaku budaya di bidang kesenian saja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved