Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DOKTER spesialis anak lulusan Fakultas Kedokteran UGM Kurniawan Satria Denta menuturkan vaksin human papillomavirus (HPV) paling optimal diberikan saat seseorang memasuki praremaja dan belum aktif secara seksual dibandingkan diberikan kala dewasa.
"Kalau vaksin HPV diberikan anak karena paling optimal diberikan pada usia kira-kira praremaja. Optimal dalam memberikan kekebalan tubuh," kata dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (19/12).
Vaksinasi dikatakan dapat menjadi upaya untuk mencegah infeksi HPV, kanker serviks atau leher rahim, dan kanker terkait HPV lainnya.
Baca juga: Pendarahan Usai Berhubungan Intim Bisa Jadi Gejala Kanker Serviks
Denta merujuk studi mengatakan saat vaksin diberikan pada mereka yang berusia praremaja yakni 9 tahun hingga 14 tahun dan belum aktif melakukan hubungan seksual, antibodi yang terbentuk sangat tinggi sehingga mereka hanya membutuhkan dua kali suntikan atau dua dosis. Sementara mereka yang sudah berusia 15 tahun ke atas, membutuhkan tiga dosis vaksin HPV.
Kemudian, terkait keamanan vaksin, dia berkaca pada data di Amerika Serikat (AS) dengan cakupan pemberian vaksinasi sekitar 100 juta dosis sejak 2006 hingga 2016 bahwa tidak ditemukan efek samping yang parah.
"Kalau disuntik nyeri tetapi penurunan infeksinya bisa hampir 100%," kata Denta.
Baca juga: Penyintas HPV-DNA Positif Dipastikan Masih Bisa Hamil
Lalu, meskipun vaksin disarankan diberikan pada usia praremaja, namun orang-orang yang dewasa dan telah aktif secara seksual tetap bisa divaksin.
Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan Keven Tali, vaksin bahkan bisa diberikan pada orang yang berusia 55 tahun.
"Usia 9 tahun -14 tahun dua dosis. Tapi orang-orang yang sudah menikah pun dan ingin divaksin, sudah punya anak pun itu masih bisa bahkan sampai usia 55 tahun juga tidak apa-apa. Misalnya ingin divaksin tinggal dikonsultasikan ke dokter," ujar dokter yang menegaskan vaksin bertujuan untuk mencegah bukannya untuk mengobati penyakit.
Kemudian, selain vaksinasi, dia menyarankan orang-orang yang sudah aktif secara seksual juga menjalani pap smear.
"Jadi dimasukkan alat ke vagina lalu kita swab. Itu tindakan hanya sebentar, diperuntukkan perempuan yang sudah pernah ada kontak seksual karena memasukkan alat ke dalam vagina yang berpotensi merusak selaput dara," kata Keven. (Ant/Z-1)
Pemberian vaksin HPV pada laki-laki ternyata membantu menurunkan angka kejadian kanker serviks, dengan perempuan terlindungi oleh manfaat vaksin ketika berhubungan seksual.
Pemberian vaksin HPV untuk laki-laki tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan pria, tetapi juga berpotensi melindungi pasangan wanita dari risiko kanker serviks.
Pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien DBD adalah untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus, atau pemberian penghilang nyeri (pain killer).
Kelompok usia lebih lanjut memiliki kekebalan tubuh yang berbeda dengan usia dewasa muda sehingga memungkinkan tingginya risiko terkena penyakit.
Sifat vaksin cacar api itu berbeda dengan vaksin yang menggunakan virus hidup yang sudah dilemahkan.
DIREKTUR Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Prima Yosephine menjelaskan menciptakan kekebalan kelompok bebas polio
Kanker Serviks yang menyerang perempuan usia dewasa masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia.
Infeksi HPV dapat menyebabkan kanker serviks, kanker anus, kanker penis, dan kutil kelamin. Penularannya melalui hubungan seksual. Cegah bahayanya dengan vaksinasi dan skrining teratur.
Diet kaya akan antioksidan, karotenoid, flavonoid, dan folat dapat membantu melawan infeksi HPV dan mengurangi risiko kanker serviks.
Dalam upaya melindungi diri dari penyakit menular seksual, seperti Human Papillomavirus (HPV), penggunaan kondom telah menjadi langkah penting.
Lesi prakanker pada beberapa kasus dapat mengalami regresi menjadi normal kembali jika perilaku berisiko dihentikan atau daya tahan tubuh kuat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved