Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Pada hari pertama penyelenggaraan conference of the parties (COP28) Dubai, negara-negara telah menyepakati pendanaan untuk membantu negara-negara berkembang yang rentan terhadap dampak buruk dari perubahan iklim atau dikenal sebagai dana loss and damage. Itu menjadi salah satu gebrakan besar yang terjadi pada COP kali ini.
“Kerja keras banyak orang selama bertahun-tahun telah terealisasi di Dubai,” kata Presiden COP28 Sultan Al-Jaber, Kamis (30/11).
Sebagaimana diketahui, pendanaan loss and damage sebelumnya menjadi salah satu pembahasan penting di COP27 Sharm El Sheikh, Mesir, 2022 lalu. Kala itu, sangat sulit untuk mencapai satu suara. Hingga COP27 berakhir pun, tidak ada keputusan terkait pendanaan loss and damage.
Baca juga: Indonesia Fokus Penurunan Emisi di Bidang Energi Baru Terbarukan di COP28
Adapun, kesepakatan yang diambil di COP28 ini merupakan buah dari diskusi para komite transisi sebanyak lima kali sebelum diselenggarakannya COP28. Pertemuan tersebut diselenggarakan sejak awal November di Abu Dhabi.
“Dana loss and damage sangat penting. Meskipun dunia sudah memitigasi perubahan iklim karena tingkat pemanasan yang sudah tingggi, tetap perlu diperhatikan juga dampak peristiwa cuaca ekstrem seperti badai, banjir, produktivitas menurun dan kenaikan permukaan air laut,” ucap Al-Jaber.
Baca juga: Polusi Bahan Bakar Fosil Bunuh 5 Juta Orang per Tahun
Adapun, secara rinci Uni Emirat Arab mengumumkan komitmennya untuk menggelontorkan dana sebesar US$100 juta untuk membantu negara yang berisiko terkena dampak perubahan iklim. Selain itu, Jerman juga bersedia menyalurkan US$100 juta. Sementara, Jepang akan menghibahkan US$10 juta, Amerika Serikat US$17,5 juta, dan Inggris US$50 juta untuk dana dan US$20 juta untuk pengaturan lainnya.
Pada kesempatan itu, di COP28, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menagih janji negara maju untuk menggelontorkan dana sebesar US$100 juta untuk membantu negara berkembang dalam mengatasi perubahan iklim.
“Pemenuhan janji ini sangat penting, terutama untuk mengambil tindakan di transisi energi dan perubahan iklim,” tegas Siti.
Menurut dia, Indonesia sudah jelas menunjukkan bukti kerja nyata dalam pengendalian perubahan iklim. Selama hampir satu dekade menjadi Menteri LHK, Siti menegaskan bahwa pemerintahan Joko Widodo telah mengukir sejarah perubahan iklim yang berdampak pada khalayak.
Beberapa capaian yang telah diraih Indonesia ialah dapat menurunkan emisi gas rumah kaca dari sektor forest and other land use (FOLU) serta gambut sebesar 1,84 Gigaton CO2 pada tahun 2019 menjadi 1,05 Gigaton pada tahun 2020 dan 1,14 Gigaton pada tahun 2021 dan 1,22 Gigaton pada tahun 2022.
“Sekali lagi, warisan iklim ini telah ditunjukkan secara konsisten melalui kepemimpinan yang dilakukan contoh. Kami telah melakukan upaya sebaik mungkin untuk dan dengan inklusif dan kolaboratif,” pungkas Siti. (Z-11)
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
Grant Thornton menjelaskan perlu adanya langkah konkret dari perusahaan seperti perlunya memulai investasi dalam teknologi hijau, dan energi terbarukan.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka (UT) Jakarta Imam Pesuwaryantoro bagaimana mendorong hilirisasi sampah plastik secara virtula pada COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UAE).
Indonesia saat ini juga tengah menyiapkan Second NDC untuk target penurunan emisi yang lebih ambisius yang rencananya akan disampaikan 2025.
Konferensi perubahan iklim COP 28 dinilai tidak memiliki sikap yang tegas terhadap situasi krisis iklim global yang semakin parah saat ini.
Menurut Dirjen PSLB3-KLHK Rosa Vivien, peta jalan untuk mencapai zero waste pada tahun 2040 dan mendekati nol emisi pada tahun 2050 itu dilakukan dengan lima langkah.
Perubahan iklim ialah fenomena global yang penanganannya harus dimulai dari tingkat lokal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved