Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
YAYASAN Wings Peduli memperkuat komitmennya untuk melestarikan bumi dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah bertanggungjawab melalui #PilahDariSekarang.
Bertepatan dengan perayaan Hari Bumi d2023, Yayasan Wings Peduli mencatat telah mengedukasi ribuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia mengenai penerapan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Eddukasi terus dilakukan di sepanjang tahun ini.
Harapannya, #PilahDariSekarang dapat menjadi langkah awal pengelolaan sampah berkelanjutan yang sejalan dengan target pemerintah untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah pada 2025.
Baca juga: KLHK Sediakan Fasilitas Pengelolaan Sampah di Sejumlah Titik Mudik
Kebiasaan Bakar Sampah Tanpa Dipilah
Di tahun 2017, Survei Sosial Ekonomi (Susenas) menyatakan 66,8% masyarakat Indonesia masih membakar sampah rumah tangga tanpa dipilah, termasuk membakar sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) bersama sampah lainnya.
Sementara itu di tahun 2021, World Population Review mengungkapkan Indonesia merupakan negara kelima yang paling besar menyumbangkan limbah plastik ke lautan.
Baca juga: Kota Denpasar Gencarkan Edukasi Pilah Sampah dari Sumber
Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran mengenai pengelolaan sampah dan bahayanya dalam pencemaran lingkungan masih minim di kalangan masyarakat.
Angeline Callista, Managing Director & Co-founder Nara Synergy, perusahaan sosial di lingkungan mengatakan bahwa memilah sampah berdasarkan kategori bahan bakunya merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan pengolahan sampah di tahap selanjutnya.
80% Pemilahan Sampah oleh Pelaku Ekonomi Informal
"Saat ini 80% aksi pemilahan sampah dilakukan oleh ekonomi informal, termasuk pemulung yang diberi kompensasi rendah dan bekerja dalam kondisi buruk," kata Callista dalam keterangan pers, Rabu (19/4).
"Padahal, apabila pemilahan sampah dilakukan dari tingkat rumah tangga, sampah yang menumpuk di TPA dan yang tersebar di lautan dapat berkurang, sehingga secara otomatis akan mendukung program pengelolaan sampah lanjutan, seperti Bank Sampah, sistem daur ulang plastik, kertas, hingga bahan organik," paparnya.
Baca juga: Kesadaran Memilah Sampah Dimulai dari Skala Rumah Tangga
Dalam kampanye #PilahDariSekarang, Yayasan Wings Peduli mengedukasi langsung masyarakat akan pentingnya memilah sampah mulai dari sekarang, cara mengaplikasikannya, hingga bahaya dari sampah tercampur yang menumpuk, menggunakan materi dan permainan interaktif, termasuk menghadirkan tempat sampah pilah.
Hingga saat ini, Yayasan Wings Peduli telah mengedukasi total 3.000 masyarakat, termasuk ibu rumah tangga dan pelajar yang tersebar di berbagai kabupaten dan daerah di Indonesia. Di antaranya Kecamatan Soreang (Bandung), Tasikmalaya, Cirebon, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Bekasi.
Sheila Kansil, perwakilan Yayasan Wings Peduli menyampaikan target dari kampanye #PilahDariSekarang.
“Sasaran utama dari kampanye #PilahDariSekarang adalah masyarakat sebagai pelaku aktif penghasil sampah," ujar Sheila.
"Targetnya kami akan menjangkau masyarakat yang lebih luas, melalui kolaborasi kami dengan pemerintah, instansi pendidikan, organisasi lingkungan, hingga karyawan Wings itu sendiri, untuk kami dapat bertemu dan berdialog langsung dengan mereka,” paparnya.
Baca juga: Tolak Gaji Ratusan Juta, Lulusan ITB Ini Pulang Kampung Jadi Pemulung
Dari perjalanan mengunjungi masyarakat secara langsung, Yayasan Wings Peduli juga menemukan respons beragam dari berbagai kelompok masyarakat mengenai pengelolaan sampah.
Ibu rumah tangga adalah kelompok termudah menerima edukasi mengenai pemilahan sampah, dimana Bank Sampah adalah topik yang paling mereka minati.
Sementara, pelajar adalah kelompok yang paling antusias dengan informasi jumlah sampah yang tertumpuk di Indonesia
Yuli, warga Soreang, Bandung tergerak untuk memilah sampah dari rumah setelah mengetahui perbedaan sampah berdasarkan bahan bakunya.
“Saya diberi edukasi mengenai cara memilah sampah dengan benar. Sekarang jadi tahu mana (sampah) anorganik dan organik. Jadi bisa memisahkan sampah, mana yang bisa dibuang dan mana yang perlu didaur ulang,”
Berbagai upaya ini merupakan komitmen Yayasan Wings Peduli untuk lingkungan yang sejalan dengan filosofi perusahaan bahwa the good things in life should be accessible for all. (RO/S-4)
Hari Bumi adalah momen yang tepat untuk mengingat betapa pentingnya menjaga lingkungan dan alam semesta tempat kita tinggal.
Setiap pihak perlu menyadari bahwa bumi bukan hanya milik generasi saat ini, tapi juga generasi mendatang
Grand Mercure Jakarta Kemayoran berkolaborasi dengan Yayasan Mangrove Indonesia Lestari Merayakan Hari Bumi dengan Penanaman Mangrove di Kawasan Ekowisata Mangrove PIK
HARI bumi yang jatuh setiap tanggal 22 April menjadi pengingat pentingnya kontribusi menjaga kelestarian bumi. Salah satunya dengan mendukung fashion berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dalam Drip&Drop, pengunjung diajak untuk mendonasikan pakaian bekas pakai, dan donasi tersebut akan disalurkan untuk mendukung pendidikan anak kurang mampu.
HARI Bumi Sedunia diperingati setiap 22 April. Tema yang diusung tahun ini ialah Planet vs Plastik.
Langkah ini diambil dalam rangka menjalankan praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) dan mengembangkan budaya organisasi yang sejalan dengan tren bisnis global.
Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) tahun 2020 menyebutkan 96% paket e-commerce dibungkus dengan bahan plastik.
Kegiatan penanaman mangrove sebagai bentuk kepedulian terhadap pelestarian lingkungan ini, bukan kali pertama bagi Bio Farma.
Restorasi mangrove di Indonesia dapat berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) secara global serta adaptasi perubahan iklim di Jawa, Indonesia.
Bahan dasar serat selulosa lyocell ini berupa chemical pulp regenerasi yang terbuat dari bambu tumbuk dan kayu yang ramah lingkungan.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, menjaga aspek lingkungan harus diutamakan dalam konteks pembangunan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved