Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
PERSOALAN stunting atau gagal tumbuh akibat kekurangan gizi pada anak tidak boleh dianggap remeh. Stunting akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa. Oleh karena itu, pemanfaatan ruang digital sebagai sarana edukasi, advokasi, atau sosialisasi penting untuk pencegahan stunting sejak dini.
Hal itu menjadi menjadi pembahasan dalam webinar yang mengambil tema “Pemanfaatan Ruang Digital untuk Edukasi dan Sosialisasi Pencegahan Stunting” di Makassar, Sulawesi Selatan, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Stunting, menurut Dosen Polimedia Kreatif Abdul Malik, digambarkan dengan tumbuh kembang anak yang kekurangan gizi, tinggi badan yang masih di bawah tinggi badan orang seusianya, dan mulai tampak pada anak setelah berusia dua tahun.
Untuk mencegah stunting di Indonesia meluas, menurut dia, bisa dilakukan dengan pemanfaatan ruang digital sebagai sarana edukasi dan sosialisasi atau advokasi. Konten yang bisa untuk edukasi mencegah stunting, misalnya, konten tentang sanitasi, pemenuhan gizi, penggunaan air bersih, maupun pengelolaan sampah.
“Sementara untuk konten advokasi, bisa dilakukan dengan medium audio, visual, dan gabungan keduanya. Secara visual bisa dibuat lewat poster, meme, komik, atau foto jurnalistik. Sementara untuk advokasi audio bisa lewat iklan suara, podcast, maupun lagi. Adapun untuk audiovisual, yang efektif adalah film pendek atau vlog,” tutur Abdul.
Kasus stunting di Indonesia, menurut Praktisi ICT dan Entrepreneur Adil Abdillah, tidak bisa dianggap remeh. Prevalensi stunting di Indonesia ada di angka 24,4 % pada data tahun 2021. Angka tersebut di atas batasan yang diberikan Badan Kesehatan Dunia PBB atau WHO yang di angka 20 %. Sementara target yang ditetapkan WHO turun menjadi 14 % pada 2024 mendatang.
Yang masih patut jadi perhatian, imbuh Adil, adalah persepsi masyarakat tentang stunting yang masih rendah, yaitu sekitar 47 %. Sementara yang sudah memiliki kesadaran pencegahan stunting dalam kategori baik sekitar 12 %, dan berkategori sedang 41 %.
"Dengan demikian, advokasi atau sosialisasi dan edukasi mengenai pencegahan stunting di Indonesia perlu lebih digencarkan," ujarnya.
Baca juga : PLN Nusantara Power UP Brantas Bantu Penanganan Stunting
Untuk mengkampanyekan gerakan pencegahan stunting di ruang digital, Social Media Specialist GoodNews From Indonesia Ni Putu Ruslina memaparkan, bisa ditempuh dengan membuat konten yang tepat.
Ia memberikan tips yang disebut dengan 7K. Ketujuh K tersebut adalah kenali target audiens; komunikasi dua arah; konten yang kuat; konsisten dan berkelanjutan; kuasai aplikasi pengolah gambar, video, dan audio; kolaborasi; dan terakhir “Kuy, mulai!” tuturnya.
“Dan, yang tak kalah penting dalam membuat konten tersebut adalah wujudkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital,” ucapnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Kegiatan itu khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. (RO/OL-7)
Kasubdit Kepustakaan Islam Kemenag, Nur Rahmawati, menekankan peran strategis perpustakaan masjid dalam menyebarkan informasi dan edukasi terkait kebencanaan.
Kini banyak pekerjaan yang sudah menggunakan teknologi digital, sehingga perlu bagi masyarakat untuk mengikuti perkembangan digital.
Digitalisasi transaksi itu baik dan sangat memudahkan. Karena efisien dan justru bisa memudahkan para pelaku usaha maupun pembeli.
Literasi digital menjadi penting diterapkan oleh semua orang untuk masuk dalam dunia kerja.
Kurangnya literasi digital, dukungan struktural yang kurang memadai, serta terbatasnya akses kredit jadi tantangan para pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia.
PENINGKATAN literasi digital masyarakat dan pemerintah harus mendapat perhatian serius dalam upaya beradaptasi menghadapi sejumlah tantangan seiring perkembangan zaman.
SAAT ini tak sedikit dari kalangan generasi Z atau Gen Z yang gemar membuat konten bertema olahraga di media sosial. Ini alasannya menurut riset.
Memiliki keterampilan menulis konten yang menarik dan informatif menjadi salah satu kebutuhan penting untuk dimiliki.
Dengan semakin ketatnya persaingan, penting bagi pengguna untuk mengetahui cara efektif meningkatkan engagement.
Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) mengadakan webinar Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk “Asal Viral, Semua Jadi Kesal”.
WAKIL Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin mendesak pemerintah untuk lebih serius menangani masalah judi online yang kian meresahkan di Indonesia.
Mengisi waktu liburan seperti Hari Raya Idul Adha bisa dilakukan berbagai cara yang tidak perlu keluar rumah. Misalnya, anda bisa melihat konten menarik yang diunggah oleh artis-artis K-Pop
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved