Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
APA yang terlintas di benakmu soal rezeki? Uang? Perhiasan? Makanan? Rezeki punyai cakupan makna yang sangat luas. Sayangnya, ia sering dimaknai secara sempit, seperti anggapan bahwa rezeki hanya terbatas berupa tiga hal di atas.
Dilansir dari @limofficial_lirboyo di Instagram, rezeki ialah segala hal yang bermanfaat. Uang, perhiasan, dan makanan termasuk rezeki. Ini karena kita bisa memperoleh manfaat darinya. Ketiga contoh itu biasanya dapat dengan mudah kita sadari bahwa ini bagian dari rezeki.
Misalnya, ada kawan yang mentraktir kita makan, kita lantas berkata, "Alhamdulillah, dapat rezeki." Ilmu, kesehatan, dan waktu pun merupakan rezeki. Sayangnya, jarang kita menyadarinya. Padahal, menyadari keberadaan rezeki itu penting. Dengan kesadaran itu kita jadi mudah untuk bersyukur.
Imam al-Ghazali membagi rezeki menjadi dua macam. Pertama, rezeki lahir. Ini rezeki yang manfaatnya berdampak pada sisi lahiriahnya semata, seperti makanan.
Baca juga: Asmaul Husna, Allah Al-Wahhab Maha Memberi tanpa Berharap Imbalan
Kedua, rezeki batin. Ini rezeki yang bermanfaat untuk sisi batiniah kita, seperti ilmu. Di antara dua macam rezeki itu, rezeki batinlah yang manfaatnya lebih mulia karena berlaku sepanjang hidup. Sedangkan, rezeki lahir hanyalah bersifat sementara saja.
Rezeki merupakan pemberian Allah SWT untuk setiap makhluk-Nya. Tak ada satu pun makhluk yang hidup tanpa disertakan jatah rezeki untuknya. Karena itulah, Allah SWT disebut sebagai Ar-Razzaq Zat yang Maha Memberi Rezeki sebagai salah satu asmaul husna.
Baca juga: Asmaul Husna Allah Al-Qahhar Yang Maha Mengalahkan Musuh
Imam Al-Ghazali memakai Ar-Razzaq sebagai Zat yang Menciptakan Rezeki sekaligus orang-orang yang memperolehnya, mengirimkannya kepada mereka, dan menciptakan jalan untuk memperoleh manfaat darinya. Kita sering mengira bahwa rezeki dihasilkan lewat amal atau pekerjaan yang kita lakukan. Namun, jika memahami sumber rezeki yang sebenarnya, sepatutnya kita dapat menyadari bahwa amal atau pekerjaan hanyalah perantara belaka.
Buktinya, banyak yang bekerja, tetapi tidak memperoleh rezeki. Begitu pula sebaliknya, ada orang yang tidak bekerja, tetapi rezeki mengalir deras untuknya.
Untuk itu kita perlu tawakal atau pasrah terhadap Zat yang Maha Memberi Rezeki. Akan tetapi dalam praktiknya, sebaiknya kita tidak tawakal dengan cara diam saja seraya menanti rezeki turun dari langit, melainkan kita pun perlu menuju perantara munculnya rezeki, seperti bekerja, baru setelah itu memasrahkan hasilnya kepada Allah SWT. (OL-14)
Asmaul husna atau nama-nama terindah Allah yang akan dibahas kali ini yaitu Al-Muhshi (الْمُحْصِيُّ). Tahukah kamu makna Al-Muhshi sebagai salah satu asmaul husna dari Allah?
Nah, salah satu asma Allah itu Al-Waliy. Pertanyaannya apakah makna wali pada manusia sama dengan makna wali dalam asmaul husna itu?
Kenapa pembahasan Al-Qawiy dan Al-Matin digabungkan alias tidak masing-masing seperi asmaul husna yang lain? Ini karena makna Al-Qawiy dan Al-Matin masih saling berkaitan.
Pembahasan asmaul husna atau nama-nama terindah Allah SWT kali ini yaitu Al-Wakil. Ini bermakna Allah Zat yang dipasrahi. Dipasrahinya Allah tentu berbeda dengan makhluk-Nya.
Yang perlu kita cermati salah satu asmaul husna Allah, Asy-Syahid, masih berkaitan dengan asma Allah yang lain, yaitu Al-Khabir dan Al-'Alim.
Mari kita pahami asmaul husna Al-Ba'its. Dengan demikian kita dapat mengenal Allah yang akan membangkitkan semua manusia dari alam barzakh.
Bagaimana asbabun nuzul Surat Al-A'la, apa saja kandungan dan keutamaannya, serta teks sekaligus terjemahannya? Berikut uraiannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Surat yang terdiri atas 17 ayat ini termasuk dalam juz amma atau juz 30, Surat Makiyah, dan diturunkan setelah Surat Al-Balad. Arti Ath-Thariq ialah yang datang di malam hari, yakni bintang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved