Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEBIJAKAN pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di seluruh wilayah Indonesia berakhir pada hari ini, Senin (23/5). Pemerintah diingatkan untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan ini.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo mengatakan agar kita bisa lebih bersabar dan tidak terburu-buru dalam memutuskan apabila ingin mengakhiri masa PPKM di seluruh Indonesia.
Pasalnya, Windhu menyebut masih banyak wilayah kabupaten kota di Indonesia yang masih berada di level 2 dan 3. Hal ini bisa membahayakan wilayah lain yang sudah masuk level 1 apabila kebijakan PPKM dihentikan.
“Kita tidak usah terburu dulu. Memang banyak yang level 1. Tapi yang level 2 dan 3 juga masih ada. Kalau kita mengumpulkan baju di dalam cucian, ada yang warna merah dicampur dengan warna putih, itu kan yang dikhawatirkan yang merah itu melunturi yang putih. Karena mobilitas antar daerah itu sekarang sudah sangat cair. Kalau ada level 2, 3 sudah dianggap sama dengan level 1, berisiko dong,” ujar Windhu kepada Media Indonesia, Senin (23/5).
Ia menyebut sekecil apapun, penting untuk memperhatikan risiko atau dampak yang akan terjadi apabila pemerintah gegabah mengambil keputusan.
“Taruh lah Jawa-Bali itu sudah punya 99%, sudah punya kekebalan. Tapi kan masih ada 1% ini yang belum. 1% ini cukup berbahaya kalau kebetulan dia ini orang yang punya komorbid, yang lansia, ini kan berisiko. 1% ini angka nya memang kecil, tetapi 1% dari penduduk Jawa-Bali, itu kurang lebih totalnya 60% nya nasional. 1% tok nya saja itu bisa 1,5 sampai 2 juta orang,” imbuh Windhu.
Windhu menyampaikan pemerintah daerah juga harus tahu diri. Termasuk juga masyarakat yang daerahnya masih dalam level 2 dan 3. Wilayah ini, kata dia harus tetap membatasi diri, menjaga protokol kesehatan dengan ketat. Sebab kalau terlalu kendor, daerah ini bisa merusak daerah sebelahnya yang sudah berada di level 1.
“Tahu diri agar jangan sampai mereka menjadi penyebab daerah sekitarnya yang sudah putih itu menjadi kelunturan. Itu akan merusak apa yang kita sudah capai,” lanjut dia.
Windhu menambahkan target dari pemulihan pandemi ini bukanlah endemic. Melainkan target utamanya adalah sporadic. Ia menyebut endemic hanya dijadikan target antara untuk bisa mencapai ke target sporadic.
“Fase endemic sekali lagi itu bukan situasi yang kita jadikan target. Itu fase antara. Target kita itu fase sporadic. Seperti DBD misalnya. Sekali ada, tetapi sebagian besar waktu tidak ada. Itu yang kita inginkan. Jadi kalau endemic itu ada terus, tapi kecil. Kita tidak harapkan ada terus. Dia harus kita ubah menjadi fase sporadis. Kalau sudah sporadic baru betul-betul kita sudah aman. Selama itu masih endemic, memang kita aman, tapi tidak aman betul karena masih ada kasusnya sepanjang waktu tapi rendah,” terang Windhu.
Itu sebabnya, Windhu menyarankan agar semua masyarakat tetapi mematuhi protokol kesehatan serta tetap menggunakan masker di ruang publik. “Meskipun presiden mengingatkan di luar ruangan bisa lepas masker, kalau saya menganjurkan, meski di luar ruangan, tetap pakai. Kecuali kita betul-betul bisa menilai situasi itu risiko rendah. Baru buka,” tandas Windhu.
Sementara itu, tanggapan lain datang dari Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Pandu Riono justru menyarankan agar tidak memperpanjang PPKM dan mendorong pemerintah untuk mengakhiri PPKM di seluruh Indonesia. Bagi dia, tingkat imunitas yang sudah tinggi di Indonesia tidak lagi memerlukan pembatasan kegiatan di ruang publik.
“Diakhiri saja. Tetapi apakah pemerintah mempunyai keberanian untuk melakukan itu? Kalau menurut saya kita harus sudah berani. Karena tingkat imunitasnya sudah cukup tinggi,” ungkap Pandu.
Menurutnya, pengendalian pandemi setelah diakhirinya PPKM, hanya perlu dengan dua cara, yaitu protokol kesehatan dijalankan dan cakupan vaksinasi booster yang terus ditingkatkan pada semua penduduk di Indonesia.
“Kalau saya berani. Yang takut kan pemerintah. Yang penting vaksinasinya harus diteruskan. Kan selama mudik lebaran ini terus menurun. Harus dinaikkan kalau bisa 100% penduduk Indonesia harus divaksinasi. Harus sampai booster. Karena di semua negara, menganggap orang sudah divaksinasi kalau sudah dibooster. Kalau belum dibooster, berarti dianggap belum lengkap. Kalau belum lengkap, berarti harus ditesting kalau melakukan perjalanan,” pungkasnya. (H-2)
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Dari pemilihan Donald Trump hingga Pandemi global Covid-19, berikut adalah beberapa prediksi kartun The Simpson yang sudah lama tayang dan jadi ada di dunia nyata.
TINGGINYA nilai jatuh tempo utang di 2025 disebabkan dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) untuk memenuhi kebutuhan yang menggelembung saat Indonesia dilanda pandemi covid-19
SAYA mengikuti Global Health Security Conference (Konferensi Ketahanan Kesehatan Global) di Sydney, Australia, 18 sampai 21 Juni 2024
Jika terjadi pandemi terjadi atau wabah besar di suatu negara maka pemerintah negara tersebut harus menyerahkan patogen yang menjadi penyebab pandemi ke WHO.
Di samping PABS hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pendanaan dan transfer teknologi.
Saat ini, sudah ada lebih dari 80% tenant yang ada di PGM terisi dan kembali buka. Bahkan, untuk tahun depan, PGM akan kedatangan tenant nasional.
Pertumbuhan ekonomi nasional cukup stabil lantaran konsisten tumbuh di atas 5% sejak triwulan IV 2021.
PPKM Award merupakan bentuk apresiasi pemerintah kepada semua pihak yang membantu menangani masalah pandemi
Good Doctor Technology Indonesia (Good Doctor) telah melakukan berbagai upaya komprehensif untuk mendukung pemerintah dalam mengendalikan pandemi ini.
Presiden Joko Widodo mengaku bingung dengan banyaknya istilah dalam penangan covid-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar hingga Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
"Proyeksi pertumbuhan di triwulan I ini diperkirakan mencapai 4,9% hingga 5% secara tahunan,".
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved