Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
ADA beragam alasan yang memungkinkan seseorang terlambat disuntik vaksin covid-19 dosis kedua. Sejauh mana efeknya terhadap tubuh?
Kementerian Kesehatan menyatakan keterlambatan penyuntikan vaksin dosis kedua selama masih dalam interval yang direkomendasikan para ahli, masih aman dan tidak akan mengurangi efektivitas vaksin pertama sehingga antibodi masih dapat terbentuk dengan optimal melawan virus SARS-CoV-2.
Diketahui, untuk vaksin Sinovac, jarak penyuntikan dosis pertama ke dosis kedua yakni 28 hari, sementara vaksin AstraZeneca 2 sampai 3 bulan. Bagaimana bila melewati interval?
Khusus untuk Sinovac, praktisi kesehatan sekaligus dokter relawan COVID-19 dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Muhamad Fajri Adda'i mengatakan, saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan berapa lama waktu vaksin memberikan efektivitas yang optimal bila dosis duanya diberikan terlambat.
Walau begitu, kemungkinan perlu waktu lebih lama bagi vaksin yang memberikan efektivitasnya tetap ada.
"Pada prinsipnya vaksin Sinovac diberikan jaraknya 0-14 hari atau 28 hari, pada penelitiannya. Jadi kalau diberikan lebih dari itu, kita tidak tahu apakah lebih bagus atau lebih jelek pembentukan kadar antibodi yang dihasilkan," kata dia seperti dilansir dari Antara, Jumat (13/8).
Inilah yang menjadi alasan Anda sebaiknya tak terlambat mendapatkan dosis kedua vaksin. Kalaupun harus melewati interval misalnya tiga bulan sejak dosis pertama untuk Sinovac, maka segeralah mendapatkan suntikan kedua.
Fajri mengatakan, "Masih tetap lebih baik disuntikkan dalam rentang 3 bulan dibandingkan hanya dapat satu dosis saja atau tidak disuntikkan sama sekali untuk dosis kedua. Tetapi lebih bagus taat waktunya, 28 hari".
Dari sisi efektivitas, data dari Kementerian Kesehatan pada 128.290 tenaga kesehatan di DKI Jakarta pada 13 Januari-18 Maret 2021 memperlihatkan, dua dosis vaksin Sinovac dengan interval 2-4 minggu antara dosis pertama dan kedua efektif mencegah 94% covid-19 bergejala pada hari ke-7,14, 21, 28 hingga 63 hari setelah dosis kedua.
Pemberian vaksin yang dikembangkan China National Pharmaceutical Group itu juga efektif dalam mencegah 96% perawatan akibat covid-19 pada rentang hari yang sama usai dosis kedua diberikan. Sementara untuk mencegah kematian karena covid-19, vaksin ini diketahui efektif 98% setelah dosis kedua.
Saat dihubungi dalam kesempatan berbeda, ahli patologis klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, dr. Tonang Ari Dwi Ardyanto, Sp.PK., PhD berpendapat efek terlambat disuntik dosis kedua akan menyebabkan waktu yang lebih lama bagi vaksin memberikan efektivitas optimal.
"Semakin lama mundurnya, maka perlu waktu lebih lama lagi untuk memberikan efektivitas yang optimal. Maka sebaiknya kalaupun tidak benar-benar tepat sesuai jadwal, harus secepatnya diberikan," ujar dia.
Untuk vaksin Oxford-AstraZeneca, sebuah studi University of Oxford di Inggris menyatakan, vaksin masih tetap efektif bahkan bila terlambat hingga 45 minggu.
Para peneliti menemukan, penundaan yang lama berpeluang menghasilkan lebih banyak antibodi terhadap virus penyebab covid-19 dan respons imun seluler. Mereka mengatakan, tingkat antibodi tetap meningkat hingga 1 tahun bahkan setelah dosis tunggal.
"Tetapi kami tidak benar-benar tahu saat ini dengan satu dosis berapa lama Anda bisa aman dengan tingkat perlindungan yang masih baik. Tapi yang pasti, itu lebih dari 3 bulan," tutur peneliti Prof. Sir. Andrew Pollard seperti dikutip dari Medical News Today.
Untuk vaksin berbasis messenger RNA (RNA) seperti Pfizer-BioNTech, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), tak akan ada masalah selama Anda mendapatkan dosis kedua dalam waktu 42 hari sejak dosis pertama.
Tetapi bila sudah lebih dari 42 hari, misalnya 43 atau 45 hari mungkin tidak terlalu jauh berbeda dalam hal respon imun.
Idealnya, Anda harus menjadwalkan dosis Pfizer kedua pada tiga minggu setelah suntikan pertama. Tetapi para ahli mengatakan, bahkan jika terlambat lebih dari enam minggu, maka Anda masih bisa mendapatkan suntikan kedua.
Data menunjukkan, bagian lain dari sistem kekebalan seseorang yakni sel B memori dan sel T bertahan cukup lama untuk memasang respons antibodi, bahkan jika suntikan kedua terlambat dari yang biasanya disarankan, ungkap profesor kedokteran dari University of Alabama di Birmingham sekaligus Direktur Alabama Vaccine Research Center, Dr. Paul Goepfert seperti dikutip dari ABC News.
Bicara mengenai perlindungan, pakar penyakit menular di NYU Langone Health sekaligus peneliti vaksin, Dr. Adam Ratner mengatakan, belum ada penelitian yang secara khusus mengukur seberapa besar perlindungan yang diberikan dosis kedua vaksin bila lebih dari 42 hari.
Hal senada diungkapkan profesor kesehatan di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Dr. Anna Durbin. Dia mengatakan, bila dosis kedua vasin baru didapatkan 8-12 minggu setelah dosis pertama, maka masih ada manfaatnya.
Sementara itu, menurut peneliti Thomas C. Kingsley dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, keterlambatan mendapatkan dosis kedua masih bisa mencegah antara 26-47 kematian per 100.000 orang dibandingkan bila tak ada penundaan.
Vaksin Pfizer tercatat mencegah keparahan dalam 28 hari atau lebih usai vaksinasi sekitar 95% dan kematian atau masuk IGD akibat covid-19 sebesar 99%.
Vaksinasi menjadi upaya tambahan untuk melindungi Anda dan orang-orang di sekitar Anda dari potensi penularan COVID-19. Demi mendapatkan perlindungan yang optimal, maka protokol kesehatan harus tetap dilakukan.
Data dari Kementerian Kesehatan dan laman covid19.go.id menunjukkan, hingga 12 Agustus ini, sudah sebanyak 51. 894.566 orang mendapatkan suntikan vaksin pertama dan 25.744.850 untuk dosis kedua dari 208.265.720 orang target sasaran vaksinasi nasional.(H-2)
Prof. Hinky juga menampik klaim keliru yang beredar di media sosial, yaitu anak yang tidak divaksinasi bebas dari infeksi telinga dan pengobatan antibiotik.
Dikuatirkan informasi sequence genomic pathogen dari indonesia dikapitalisasi oleh pengembang vaksin negara maju dan kita tidak dapat benefit yang setara.
Di samping PABS hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pendanaan dan transfer teknologi.
Isu efek samping vaksin covid-19 AstraZeneca. Ia mengatakan peringatan soal efek sampik dari roduk vaksin itu sudah diumumkan sejak 2021.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menanggapi kehebohan soal efek samping vaksin covid-19 AstraZeneca. Menurut Budi, efek samping vaksin tersebut telah diketahui sejak lama.
Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi memastikan sampai saat ini tidak ada kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia.
Vaksin polio adalah salah satu imunisasi wajib yang diberikan kepada bayi untuk mencegah penyakit polio, sebuah infeksi serius yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian.
Terapi memodifikasi sel-sel T di tubuh pasien yang dilatih, sehingga sel T itu bisa mengenali dan menghancurkan sel-sel kanker darah dalam tubuh.
Vaksinasi terbukti efektif dalam mencegah penularan dan beratnya penyakit akibat covid-19 serta komplikasinya termasuk kematian.
Selain vaksinasi booster, Erlina menyebutkan, masyarakat juga diimbau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, konsumsi nutrisi yang seimbang, adaptasi kebiasaan baru dengan cuci tangan
PEMERINTAH resmi mengumumkan bahwa Indonesia telah masuk dalam transisi pandemi Covid-19 menjadi endemi. Presiden Joko Widodo menyampaikan hal itu di Istana Merdeka, hari ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved