Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Peneliti UGM Soroti Double Burden Masalah Infertilitas

Atalya Puspa
02/8/2021 10:56
Peneliti UGM Soroti Double Burden Masalah Infertilitas
Ilustrasi menyambut kehadiran buah hati(medcom.id)

MASALAH infertilitas bukan hanya soal kesehatan reproduksi. Lebih dari itu, infertilitas berdampak pada implikasi psikososial yang negatif. Hal itu diungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Doktor Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyrakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Fitri Damayanti.

"Diketahui sebanyak 32,2% orang dengan infertilitas mengalami gangguan kejiwaan yaitu depresi 16,36% dan ansietas 16,36%," kata Fitri dalam keterangan resmi yang dikutip dari laman resmi UGM, Senin (2/8).

Fitri menyatakan, dirinya melakukan survei pada 17 perempuan yang menjalani bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) di sejumlah klinik infertilitas di Indonesia. Selanjutnya, ada 214 partisipan infertilitas yang mengisi kuesioner FertiQoL online.

Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang alokasi anggaran atau biaya yang dibutuhkan untuk terhindar dari satu kasus infertilitas dari perspektif sosial dengan mengestimasi biaya langsung medis, biaya langsung nonmedis, biaya tidak langsung dan biaya nirwujud.

Menurut Fitri, dari hasil penelitian tersebut diketahui besaran biaya yang dikeluarkan untuk satu siklus program bayi tabung berdasarkan kelompok umur kurang dari 35 tahun dengan rata-rata biaya total Rp99 juta.

“Untuk kelompok usia 35-39 tahun sebesar Rp112 juta, dan usia di atas 40 tahun sebesar Rp109 juta,” kata Fitri.

Baca juga: Ada Dua Macam Infertilitas, Apa Saja?

Selanjutnya, kelompok infertilitas dibagi lagi dalam kelompok gangguan kesuburan wanita yang rata-rata harus mengeluarkan sebesar Rp94 juta dan gangguan kesuburan pria sebesar Rp110 juta. Sedangkan gangguan kesuburan pria dan wanita mengeluarkan biaya sebesar Rp114 juta.

“Sedangkan berdasarkan jenis metode yang digunakan, ada dua yaitu siklus semi natural sebesar Rp53 juta, injeksi hormon mengeluarkan biaya rata-rata lebih banyak, yaitu Rp110 juta,” paparnya.

Berdasarkan pemilihan fasilitas kesehatan yang dipilih oleh pasangan infertilitas terbagi menjadi dua yakni rumah sakit negeri dengan biaya rata-rata yang yang dikeluarkan sebesar Rp102 juta dan RS swasta sebesar Rp143 juta.

Dengan biaya yang mahal tersebut, Fitri menyatakan infertilitas menjadi double burden of disease karena pembiayaan yang tinggi dan menyebabkan pengeluaran katastropik serta beban psikologis bagi pasangan yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi.

"Infertilitas merupakan kondisi dimana pasangan suami istri sulit mendapatkan keturunan. Gangguan kesehatan reproduksi ini hampir dialami oleh 22,3% pasangan dan merupakan suatu bagian yang harus menjadi perhatian. Namun, kurangnya informasi mengenai akses pelayanan dan kesiapan finansial menjadi salah satu hambatan pasangan infertilitas sehingga perlu mendapatkan penanganan sejak dini," ucapnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya