Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MASALAH infertilitas bukan hanya soal kesehatan reproduksi. Lebih dari itu, infertilitas berdampak pada implikasi psikososial yang negatif. Hal itu diungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Doktor Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyrakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Fitri Damayanti.
"Diketahui sebanyak 32,2% orang dengan infertilitas mengalami gangguan kejiwaan yaitu depresi 16,36% dan ansietas 16,36%," kata Fitri dalam keterangan resmi yang dikutip dari laman resmi UGM, Senin (2/8).
Fitri menyatakan, dirinya melakukan survei pada 17 perempuan yang menjalani bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) di sejumlah klinik infertilitas di Indonesia. Selanjutnya, ada 214 partisipan infertilitas yang mengisi kuesioner FertiQoL online.
Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang alokasi anggaran atau biaya yang dibutuhkan untuk terhindar dari satu kasus infertilitas dari perspektif sosial dengan mengestimasi biaya langsung medis, biaya langsung nonmedis, biaya tidak langsung dan biaya nirwujud.
Menurut Fitri, dari hasil penelitian tersebut diketahui besaran biaya yang dikeluarkan untuk satu siklus program bayi tabung berdasarkan kelompok umur kurang dari 35 tahun dengan rata-rata biaya total Rp99 juta.
“Untuk kelompok usia 35-39 tahun sebesar Rp112 juta, dan usia di atas 40 tahun sebesar Rp109 juta,” kata Fitri.
Baca juga: Ada Dua Macam Infertilitas, Apa Saja?
Selanjutnya, kelompok infertilitas dibagi lagi dalam kelompok gangguan kesuburan wanita yang rata-rata harus mengeluarkan sebesar Rp94 juta dan gangguan kesuburan pria sebesar Rp110 juta. Sedangkan gangguan kesuburan pria dan wanita mengeluarkan biaya sebesar Rp114 juta.
“Sedangkan berdasarkan jenis metode yang digunakan, ada dua yaitu siklus semi natural sebesar Rp53 juta, injeksi hormon mengeluarkan biaya rata-rata lebih banyak, yaitu Rp110 juta,” paparnya.
Berdasarkan pemilihan fasilitas kesehatan yang dipilih oleh pasangan infertilitas terbagi menjadi dua yakni rumah sakit negeri dengan biaya rata-rata yang yang dikeluarkan sebesar Rp102 juta dan RS swasta sebesar Rp143 juta.
Dengan biaya yang mahal tersebut, Fitri menyatakan infertilitas menjadi double burden of disease karena pembiayaan yang tinggi dan menyebabkan pengeluaran katastropik serta beban psikologis bagi pasangan yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi.
"Infertilitas merupakan kondisi dimana pasangan suami istri sulit mendapatkan keturunan. Gangguan kesehatan reproduksi ini hampir dialami oleh 22,3% pasangan dan merupakan suatu bagian yang harus menjadi perhatian. Namun, kurangnya informasi mengenai akses pelayanan dan kesiapan finansial menjadi salah satu hambatan pasangan infertilitas sehingga perlu mendapatkan penanganan sejak dini," ucapnya.(OL-5)
Penanganan bayi tabung (IVF) di Indonesia masih sangat rendah, hanya mencapai 10% dari standar global.
PERTUMBUHAN bayi tabung sangat pesat di Indonesia. Seiring berkembangnya zaman, masyarakat sudah sangat menyadari program bayi tabung menjadi opsi
CEO PT Morula Indonesia dr. Ivan Rizal Sini menjelaskan program bayi tabung di Indonesia tidak kalah dengan di luar negeri. Bahkan, program bayi tabung di Indonesia juga sudah maju.
Jessica memilih program bayi tabung karena dengan usianya sekarang, kehamilannya berisiko tinggi.
Keberhasilan kehamilan yang diraih oleh Blastula IVF adalah sebesar 55% atau 421 pasien.
Saat ini berbagai kemajuan teknologi semakin membantu mengatasi gangguan kesuburan.
Apa saja penyakit yang dapat menimpa sistem reproduksi? Berikut pembahasan beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia
Kali ini kita mempelajari organ-organ yang menyusun sistem reproduksi pada laki-laki. Berikut pemaparannya.
KEMENTERIAN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengungkapkan bahwa setiap tahunnya, anak perempuan paling sering menjadi korban kekerasan
Migrain, kondisi yang sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari, ternyata lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan pria.
Kasus disebut unexplained karena setelah melalui pemeriksaan, ternyata semua hasilnya normal, tidak ditemukan kelainan, tetapi tetap susah mendapatkan keturunan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved