Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PANDEMI Covid-19 membawa berbagai perubahan dan dampak di seluruh aspek kehidupan, salah satunya pada kelompok usia remaja (10-19 tahun). Banyak permasalahan yang dialami remaja, sehingga remaja perlu dibekali tentang bagaimana mereka mampu menjalani dan beradaptasi dengan kebiasaan baru di masa pandemi, serta mendapat pengetahuan dasar tentang keterampilan dan kecakapan hidup agar menjadi remaja yang tangguh.
Oleh karenanya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bersama dengan Wahana Visi Indonesia (WVI) meluncurkan Modul Pengasuhan dengan Cinta dan Modul Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi.
“Selama pandemi, keluarga menjadi pusat dari seluruh kegiatan kita. Orangtua menjadi garda terdepan yang memastikan terpenuhinya pengasuhan yang baik bagi anak, menjaga kesehatan keluarga, sekaligus memastikan ekonomi keluarga tetap terjaga. Remaja juga perlu dibekali tentang bagaimana mereka mampu menjalani dan beradaptasi dengan kebiasaan baru di masa pandemi agar mereka menjadi tangguh dan tanggap merespon kondisi ini secara positif. Oleh karenanya, modul ini disusun untuk memastikan pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak, agar anak memiliki keterampilan hidup dan dapat berpartisipasi dengan optimal di masyarakat,” jelas Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kemen PPPA, Agustina Erni pada Peluncuran Modul Pengasuhan dengan Cinta dan Modul Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi yang juga merupakan rangkaian kegiatan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2021.
Erni menambahkan bahwa modul ini juga dapat dimanfaatkan oleh pendamping dan fasilitator remaja, Forum Anak, penggiat anak/remaja, psikolog atau konselor PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga), tokoh masyarakat, dan untuk selanjutnya dapat diteruskan kepada orangtua dan remaja.
Berdasarkan hasil survei Ada Apa Dengan Covid-19 (AADC) Jilid 2 yang dilakukan oleh Kemen PPPA bersama dengan Forum Anak Nasional (FAN) pada 2020, sebanyak 13 persen responden mengalami gejala-gejala yang mengarah pada gangguan depresi ringan hingga berat.
Perwakilan FAN, Marisya Putri Nur Luthfia mengatakan bahwa pandemi Covid-19 memberikan tantangan tersendiri bagi ia dan teman-temannya. Hal ini terutama bagaimana agar mereka bisa mengelola kesehatan mental agar tidak stres dan jenuh karena interaksi bersama teman berkurang, dan kehilangan orang tersayang karena Covid-19.
Sementara itu, Psikolog Keluarga, Alissa Wahid mengumpamakan pandemi Covid-19 seperti gempa kecil yang dapat memengaruhi ketahanan keluarga. "Bila bangunan keluarga cukup kuat, maka pandemi Covid-19 tidak menghancurkan. Tetapi bila bangunan keluarga rapuh, maka bisa hancur, demikian juga dengan ketangguhan remaja dan orangtuanya. Permasalahan yang dialami selama pandemi diantaranya persoalan kesehatan dan gesekan antar anggota keluarga yang terjadi ketika melakukan aktivitas di rumah," kata Alissa.
CEO dan Direktur WVI, Angelina Theodora menyampaikan kemampuan keluarga dalam hal pengasuhan untuk pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak menjadi salah satu kunci pencapaian Indonesia Layak Anak 2030. Bahkan, dalam situasi pandemi Covid-19, pengasuhan menjadi hal utama untuk memastikan anak-anak tetap terlindungi.
Di masa pandemi tidak jarang remaja akan mengalami kebosanan karena tidak banyaknya aktivitas yang dapat dilakukan. Modul ini mengajak remaja untuk melihat peluang dalam melakukan hobi atau mempelajari keterampilan baru agar tetap produktif, meskipun tetap berada di rumah. Berbagai kegiatan positif yang dapat dilakukan para remaja seperti menulis, mengenal dunia fotografi dan videografi.
"Modul ini secara khusus berusaha menjawab kebutuhan orangtua dan pengasuh dalam hal pengasuhan. Demikian juga akan membantu remaja untuk tetap aktif dan kreatif dalam situasi pandemi. Modul ini diharapkan menjadi solusi di tingkat hulu dan menjadi pegangan keluarga dan remaja dalam situasi pandemi Covid-19. Tentu saja modul ini juga aplikatif dalam situasi wabah penyakit lain," tutur Angelina.
Publik Figur, Yosi Mokalu yang hadir dalam kegiatan tersebut mengapresiasi peluncuran Modul Pengasuhan dengan Cinta dan Modul Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi karena memberikan banyak contoh bagi orangtua untuk memberikan pengasuhan bagi anak di masa pandemi.
Yosi juga mengaku selama di rumah anaknya tak jarang merasa bosan. Hal ini ditambah lagi dengan adanya keterbatasan tatap muka dengan teman-temannya. Oleh karenanya, menurut Yosi orangtua harus menjadi sahabat bagi anak-anaknya. Hal ini ia lakukan dengan mengajak anak-anak berdialog atau olah raga bersama.
Senada dengan Yosi, Psikolog PUSPAGA Kota Tangerang Selatan, Dewi Bintari mengimbau agar orangtua terus belajar dalam melakukan pengasuhan dan memahami anak. Di satu sisi, masa pandemi juga merupakan kesempatan bagi orangtua untuk membangun dialog dan komunikasi yang hangat dengan anak. Oleh karenanya, Modul Pengasuhan dengan Cinta dan Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi sangat membantu PUSPAGA dalam melakukan sosialisasi dan edukasi bagi para orangtua dan remaja, termasuk detail dan teknis dalam membangun komunikasi hangat antara orangtua dan anak.
Masyarakat dapat mengunduh Modul Pengasuhan dengan Cinta dan Modul Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi pada link berikut https://bit.ly/3xmEI4j. (RO/OL-10)
Untuk mengontrol konsumsi rokok pada remaja, cukai rokok menjadi salah satu upaya yang paling signifikan.
Masalah kesehatan mental kini sudah mendunia. Diperkirakan satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki akan mengalami depresi berat dalam hidupnya.
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Kerangka kerja IMOT, yang dikembangkan pada 1994 oleh Pusat Rehabilitasi Euromed Polandia, telah menunjukkan keampuhan yang luar biasa dalam berbagai bentuk terapi fisik dan okupasi.
Meskipun orangtua mungkin merasa telah memberikan dukungan yang memadai, sering kali terdapat kesenjangan antara persepsi mereka dan kenyataan yang dirasakan oleh anak-anak mereka.
Polisi membubarkan tawuran remaja di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (16/7). Tujuh remaja diamankan berikut dengan barang bukti seperti molotov, senjata tajam dan lain-lain.
Perayaan bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat dengan memberikan kegembiraan dan dukungan kepada anak-anak yang membutuhkan.
Fasilitas ruang tunggu AUDY Kids memiliki playground sehingga senantiasa memberikan pelayanan terbaik pada pasiennya.
Pada Hari Anak Nasional (HAN) tahun ini, fokus utama adalah melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya dan stunting.
Kementerian Kesehatan mengatakan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 adalah momentum untuk memperkuat perlindungan terhadap anak-anak Indonesia, terutama dari stunting dan polio.
Setiap anak berhak tumbuh dengan kebahagiaan dan mencapai perkembangan yang optimal. Dalam proses ini, peran utama orang tua sangat penting untuk memenuhi kebutuhan anak dengan tepat.
Hari Anak Nasional diperingati setiap 23 Juli. Dalam peringatan itu semua pihak diminta memahami anak sebagai masa depan Indonesia. Artinya, harus ada program yang mendukung mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved