Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BUAYA mampu selamat dari serangan asteroid yang memusnahkan Dinosaurus 66 juta tahun lalu. Resepnya berkat bentuk tubuh reptil ini yang memungkinkan mereka mengatasi perubahan lingkungan yang sangat ekstrim, menurut penelitian terbaru dari para peneliti di Universitas Bristol, Inggris.
Buaya dapat hidup dalam atau di luar air, bahkan dalam kondisi kegelapan total. Reptil raksasa ini juga memiliki kulit yang keras dan dapat bertahan dari luka yang parah.
Umumnya buaya lebih menyukai kondisi dengan suhu hangat, seperti pada Zaman Jurassic. Buaya merupakan reptil berdarah dingin sehingga mereka tidak dapat mengontrol suhu tubuhnya dan membutuhkan kehangatan dari lingkungan sekitarnya.
Ketika sebuah batu luar angkasa seukuran kota menghantam Teluk Meksiko 66 juta tahun yang lalu dan menyebabkan perubahan iklim ekstrim, buaya merupakan salah satu satwa yang dapat bertahan dengan kondisi tersebut.
Mereka menyesuaikan diri dengan bertahan hidup mengandalkan energi panas dari matahari.
Sejak itu buaya tidak banyak berubah bentuk fisiologisnya, buaya masa kini terlihat sangat mirip dengan buaya dari periode 200 juta tahun yang lalu.
Menurut Dr Max Stockdale dari Universitas Bristol, Inggris, laju evolusi lambat yang dimiliki buaya dikarenakan bentuk fisiologi tubuhnya yang telah cukup efektif untuk mengatasi bencana global jutaan tahun yang lalu.
"Ini bisa menjadi salah satu penjelasan mengapa buaya selamat dari benturan meteor pada akhir periode Cretaceous, di mana dinosaurus punah," kata Dr Max Stockdale, seperti dilansir dari dailymail.co.uk, Kamis (7/1) lalu.
Baca Juga: Pawang Buaya Minta Izin Gantikan Ahli Australia Selamatkan Buaya
Dalam kajiannya, Dr Stockdale mengungkapkan temuannya tentang pola evolusi dari buaya, menurutnya buaya memiliki pola evolusi 'stop-start' (terhenti-memulai) yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.
Fenomena evolusi yang dialami buaya ini disebut 'punctuated equilibrium', yang detailnya Dr Stockdale jelaskan dalam sebuah publikasi ilmiah di jurnal 'Nature: Communications Biology', Kamis (7/1).
Laju evolusi satwa ini umumnya lambat, tetapi terkadang evolusi dapat berjalan dengan cepat karena dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.
"Laju evolusi adalah jumlah perubahan yang telah terjadi selama jangka waktu tertentu, yang dapat kita lakukan untuk mengukurnya adalah dengan membandingkan pengukuran dari fosil untuk memperhitungkan berapa usianya," papar Dr Stockdale.
"Untuk penelitian ini, kami mengukur ukuran tubuh, hal ini berkaitan dengan seberapa cepat satwa tersebut tumbuh, berapa banyak makanan yang mereka butuhkan, besar populasi mereka, serta seberapa besar kemungkinan mereka akan punah," pungkasnya. (OL-13)
Baca Juga: Tiga Tahun Berlalu, Buaya di Palu masih Berkalung Ban Motor
SEORANG pemancing udang di aliran sungai Bukit Layang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa, Minggu (28/7).
SEEKOR buaya muara menyerang warga Teluk Bayur, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung. Buaya sepanjang 3 meter tersebut lalu ditangkap warga. Beruntung tidak ada korban jiwa.
Sekitar pukul 20.00 WIB. Seorang nelayan bukit layang yang sedang berada tidak jauh dari lokasi korban, mendengar suara orang merintih dan terdengar suara orang tercebur ke air.
EVAKUASI dua ekor buaya di Muaro Nagari Aia Bangis, Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat dilakukan dengan dramatis.
BUAYA liar bermoncong panjang atau biasa disebut senyulong ditemukan terperangkap di jaring ikan di aliran anak sungai Musi oleh warga.
tingginya kasus konflik buaya dengan manusia ini, salah satu penyebabnya karena habitat buaya yang rusak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved