Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
UPAYA Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) dalam mendigitalisasikan aksara Nusantara ke dalam format internationalize domain name (IDN) yang bisa diakses dan dipergunakan di internet mendapat apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak. Hingga kini baru ada tujuh aksara yang sudah terdigitisasi.
Ketua Pandi Yudho Giri Sucahyo menjelaskan bahwa di Indonesia tercatat setidaknya 700 aksara. "Tujuh aksara yang sudah terdigitisasi yaitu Jawa, Bali, Sunda, Batak, Bugis, Makassar, dan Rejang. Tujuh aksara ini baru dalam kategori Limited Uses pada Unicode," ujar Yudho usai acara Grand Launching Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara serta peresmian Inisiasi Bersama Kerja Sama antara Pandi dan UNESCO di Jakarta, Sabtu (12/12).
Unicode adalah suatu standar teknis yang dirancang untuk mengizinkan teks dan simbol dari semua sistem tulisan di dunia untuk ditampilkan dan dimanipulasi secara konsisten oleh komputer. Kategori Limited Uses naik menjadi Recommended bila ada bukti aksara tersebut masih dipakai.
Untuk itu, Pandi menggandeng pemerintah daerah agar memasyarakatkan aksara daerahnya dalam program itu. Sejumlah caranya yaitu mengadakan lomba dan website pemerintah yang menggunakan aksara tersebut. Menurut Yudho, saat ini Bali memiliki peraturan daerah untuk mempergunakan aksaranya di setiap tempat bersama dengan bahasa Indonesia dan lainnya sebagai keterangan.
Ia mengakui tidak mudah untuk memasukkan ratusan aksara Nusantara dalam Unicode. Pasalnya, Pandi mesti mempertemukan komunitas aksara dan budaya dengan teknologi informasi. Ini disebabkan yang tahu tentang aksara tersebut ialah komunitas aksara dan budaya. Pihaknya membantu biaya untuk pencantuman aksara ke standar Unicode sebesar US$7.500 per tahun.
Sekadar informasi, IDN merupakan nama domain untuk bahasa lokal atau aksara tiap daerah/negara. Nama domain ini bersifat khusus, karena tidak menggunakan huruf latin dengan karakter selain a, b, z; 0, 1, ..., 9; dan "-" yang merupakan kode dari American Standard Code for Information Interchange (ASCII).
ASCII merupakan standar pengodean karakter untuk alat komunikasi. Kode ASCII mewakili teks dalam komputer, peralatan telekomunikasi, dan perangkat lain. Singkatnya, huruf dan angka yang biasa dipergunakan sehari-hari. Kebanyakan skema pengodean karakter modern didasarkan pada ASCII, meskipun mereka mendukung banyak karakter tambahan.
Saat ini internet diakses lebih banyak orang yang tidak menggunakan bahasa dan skrip Latin, ketimbang aksara daerahnya. Artinya mereka sulit mengenali karakter ASCII dan mereproduksinya pada keyboard atau menggunakan perangkat lunak untuk masuk ke alamat situs web di browser.
Ia mengatakan bahwa keberadaan IDN di era digitalisasi saat ini dirasa penting, mengingat pertumbuhan pengguna internet dunia yang semakin pesat, ditambah masyarakat internet terbiasa memakai huruf latin untuk menulis ataupun mengetik. Bukan tidak mungkin, ke depan aksara daerah di Indonesia akan punah.
"Kalau di Indonesia karena bahasa utamanya menggunakan tulisan latin, bahasa atau tulisan asli ibu yang menjadi warisan Nusatara semakin hilang," ungkapnya. Berdasarkan hal di atas, Yudho merasa perlu membuat sebuah wadah, agar bahasa ibu bisa terus dituturkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Karena itu, Pandi berkomitmen penuh pada pelestarian aksara daerah dengan membuat program khusus bertajuk Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara. Dari program tersebut diharapkan bisa melestarikan aksara nusatara yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat sekarang.
Menurut Yudho, program ini mendapat dukungan penuh dari UNESCO dalam kaitannya terhadap pelestarian budaya. Seperti diketahui Pandi sudah melakukan berbagai upaya digitalisasi aksara Nusantara, dibantu oleh beberapa komunitas pegiat aksara, lembaga akademis, dan nonakademis juga lembaga pemerintahan. Selain itu, Pandi menyiapkan website www.merajutindonesia.id yang menyajikan konten seputar aksara Nusantara mulai dari sejarah, proses digitalisasi hingga font aksara Nusantara. (OL-14)
Upaya-upaya untuk menurunkan bahasa Jawa dari generasi ke generasi tentu saja harus dilakukan agar tidak punah ditelan zaman.
Di antara nisan yang menyembul itu ada yang tulisannya masih membekas jelas, menggunakan aksara jawa. Beberapa diantaranya juga masih terlihat angka tahun di nisan tersebut.
Sangat penting bagi sebuah negara seperti Indonesia yang memiliki warisan aksara di setiap daerah memiliki aksara pemersatu.
Dalam aksara jawa terdapat 20 suku kata (Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, Ya, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga). Karenanya, terdapat juga 20 jenis pasangan.
Dukungan menjadi momentum yang baik bagi digitalisasi Aksara Nusantara.
Digitalisasi aksara nusantara dipandang perlu dilakukan untuk tetap bisa melestarikan aksara nusantara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved