Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PENTINGNYA Indonesia memiliki Aksara Nusantara diungkapkan AM Hendropriyono baru-baru ini dalam sebuah diskusi di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) terkait Penyusunan Dokumen Ekonomi Pancasila. Dirinya berpendapat sebagai bangsa, Indonesia perlu memiliki Aksara Nusantara agar lebih bisa memahami dan mendalami karakter Indonesia.
Lebih lanjut guru besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara itu mengatakan, Indonesia dengan negara-negara lain yang memiliki aksaranya tersendiri, seperti Tiongkok, Korea, Bulgaria, Thailand, dan Rusia.
“Kalau kita punya aksara tersendiri, baru kita bisa berdiri sama tinggi dan sama rendah dengan bangsa lain. Tidak hanya itu saja, Indonesia punya bisa maju dan menggali kemandiriannya serta kesejatiannya,” ungkap Hendropriyono.
Menyikapi hal tersebut, Pandi dan Komunitas Pegiat Aksara Nusantara menyambut positif apa yang dikatakan oleh Hendropriyono.
Baca juga: Pelestarian Bahasa Daerah Jadi Tanggung Jawab Pemda
Wakil Ketua Bidang Pemasaran, Pengembangan Usaha dan Kerjasama Pandi Heru Nugroho mengatakan selama ini Komunitas Aksara Nusantara sangat aktif membantu Pandi untuk menjalankan program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) yang mengusung digitalisasi aksara nusantara sejak akhir 2019 lalu. Dikatakan Heru kini Pandi berfokus pada pengajuan Internationalize Domain Name (IDN) berekstensi Jawa dan Bali.
“Upaya pelestarian dan pengenalan Aksara Nusantara sudah sering dilakukan oleh komunitas pegiat Aksara Nusantara sejak lama. Hingga pada akhirnya ikut membantu dalam program MIMDAN hingga saat ini. Bahkan sudah ada yang mendirikan yayasan untuk meneruskan digitalisasi aksara tersebut,” terang Heru.
Menurut salah seorang pegiat Aksara Jawa, Setya Amrih Prasaja, apa yang disampaikan oleh Hendropriyono merupakan terobosan yang luar biasa. Ia menilai momentum ini bisa dijadikan tonggak kesadaran peradaban bangsa Indonesia.
Harapannya, siapa pun nanti diamanati untuk mengerjakan isu aksara ini bisa benar-benar bisa membuat kajian yang mendalam sehingga bangsa ini memiliki aksara Nusantara, aksara yang hadir sebagai aksara penyatu, bukan aksara yang hanya terkesan dibuat tambal sulam.
Baca juga: Kalimantan Tengah Komitmen Lestarikan Bahasa Daerah
"Memang butuh kedewasaan berpikir bersama oleh segenap anak bangsa, semoga sukses jayalah Indonesiaku, jayalah Nusantaraku,” ungkapnya yang juga merupakan Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Hal yang sama diungkapkan oleh Amelya, Ketua Yayasan Budaya Nusantara Digital (YBND), dirinya menyambut baik apa yang diutarakan oleh Hendropriyono.
"Saya sangat bahagia mendengar aksara nusantara disinggung di ranah pemerintahan, semoga ini bisa menjadi jalan agar bisa mengenalkan Aksara Nusantara ke masyarakat luas melalui digitalisasi. Semoga ini bukan hanya sekedar retorika saja, melainkan ada tindak lanjut kedepannya dari stakeholder terkait,” imbuhnya.
Perwakilan dari pegiat Aksara Bali, Dewa Ayu Carma Citrawati mengungkapkan bahwa sangat penting bagi sebuah negara seperti Indonesia yang memiliki warisan aksara di setiap daerah memiliki aksara pemersatu.
"Hal ini tentu akan memberikan angin segar kepada para pegiat aksara, generasi muda untuk lebih 'urati' terhadap aksaranya," terangnya.
Kepala Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen Medan, Manguji Nababan menyambut postif dan mendukung pernyataan Hendropriono tentang pentingnya Indonesia memiliki Aksara Nusantara.
"Bentuk fon aksaranya bisa diformulasi dari aksara-aksara etnik yang sudah ada. Dengan memiliki Aksara tersendiri, Bangsa Indonesia akan semakin bermartabat di hadapan bangsa lain," kata pegiat Aksara Batak tersebut.
Perwakilan dari pegiat Aksara Sunda, Salsa Valentina mengatakan bahwa statemen AM Hendropriyono itu sangat beralasan. Menilik sejarah aksara di nusantara sudah ada sejak abad 4 seiring dengan ditemukannya prasasti dan naskah kuno peninggalan kejayaan kerajaan dimasa lalu.
"Bukan tidak mungkin jika masyarakat pengguna aksara nusantara yang sudah terstandar unicode bisa dijadikan aksara nusantara, salah satunya bisa dipilih menjadi aksara persatuan. Saya akan mendukung sepenuhnya jika ada aksara persatuan Indonesia, wah keren sekali tentunya," tandasnya. (Z-6)
Jabarano menghadirkan kolaborasi 9 pegiat kreativitas di cafe ketiganya di Jabarano Coffee-Kuda Lumping 3.0 Laswi, di Jalan Laswi, Kota Bandung.
GRUP Seni Tarawangsa Pusaka Sunda Lugina dari Desa Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sukses membawa kesenian Tarawangsa ketiga panggung internasional di Eropa.
DUA kesenian tradisional masyarakat Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda oleh Kemendikbud-Ristek.
Seni dan budaya tradisional asli daerah tidak boleh lenyap ditelan gegap gempitanya seni dan budaya milik bangsa asing.
Akses terhadap seni masih belum menyeluruh dan mayoritas masyarakat Indonesia masih memandang rendah terhadap bidang ini.
Workshop dan Galeri Kaligrafi Lengkong membuktikan bahwa warisan budaya bisa menjadi fondasi kuat untuk masa depan yang lebih baik.
Upaya-upaya untuk menurunkan bahasa Jawa dari generasi ke generasi tentu saja harus dilakukan agar tidak punah ditelan zaman.
Di antara nisan yang menyembul itu ada yang tulisannya masih membekas jelas, menggunakan aksara jawa. Beberapa diantaranya juga masih terlihat angka tahun di nisan tersebut.
Dalam aksara jawa terdapat 20 suku kata (Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, Ya, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga). Karenanya, terdapat juga 20 jenis pasangan.
Dukungan menjadi momentum yang baik bagi digitalisasi Aksara Nusantara.
Digitalisasi aksara nusantara dipandang perlu dilakukan untuk tetap bisa melestarikan aksara nusantara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved