Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Inovasi tidak Bermakna Jika tidak Bisa Dikomersialkan

Dero Iqbal Mahendra
29/8/2019 09:58
Inovasi tidak Bermakna Jika tidak Bisa Dikomersialkan
Wakil Presiden Jusuf kalla (kiri) di puncak peringatan Hakteknas ke-24(ANTARA/Nyoman Budhiana)

WAKIL Presiden Jusuf Kalla menegaskan kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh inovasi. Sebab, menurutnya, inovasi dapat meningkatkan nilai tambah serta meningkatkan produktivitas suatu bangsa sehingga dapat mencapai tujuan bangsa, yaitu kemakmuran.

Namun, untuk mencapai kemajuan tidak cukup dengan inovasi sebab inovasi tidak akan bermakna apabila hasil inovasi tidak dapat dikomersilkan, sehingga tidak berdampak signifikan bagi masyarakat suatu bangsa.

"Inovasi bermakna apabila dapat dikomersialkan, dapat dipasarkan. Apabila tidak dapat dikomersialkan, inovasi hanya memenuhi lemari lemari tempat kita menulisnya. Selama apapun yang kita buat tidak dapat dikomersialkan, hal itu tidak mempunyai makna yang besar untuk kita semua," ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam keterangan tertulisnya ketika memberikan Sambutan pada Acara peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-24, di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala Renon, Kota Denpasar, Rabu (28/8).

Hasil Inovasi dapat dikomersialkan (dipasarkan) dengan adanya kerja sama yang kuat antara akademisi, universitas, dan para pengusaha.  

Baca juga: Wapres Ajak Inovator dan Investor Bersinergi

"Dibutuhkan kerja sama akademisi, universitas dan para pengusaha," papar Wapres.

Lebih lanjut Wapres menekankan, berdasarkan Data Global Innovation Index (GII) 2019, peringkat inovasi Indonesia berada di posisi 85 dari 129 negara di dunia.

Sedangkan di regional ASEAN, peringkat inovasi Indonesia berada di posisi kedua terendah. Negara ASEAN yang berhasil masuk peringkat 10 besar dunia hanya Singapura (peringkat ke 8), sedangkan Malaysia peringkat ke 35.

"Negara kita mempunyai banyak ketertinggalan dibanding banyak negara, di antara 120 besar peringkat negara yang diberikan Indeks oleh Global Innovation Index, kita nomor 89. Sementara Malaysia nomor 30-an, kita hanya mengalahkan Kamboja negara yang lebih kecil dan baru saja mau ingin maju," ungkapnya.

Atas hal itu, Wapres menyarankan agar bangsa Indonesia harus lebih bekerja keras lagi. Wapres juga menjelaskan langkah yang dibuat Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang memiliki kemajuan teknologi yang sangat cepat.

"Pertama meniru, kedua memperbaiki, ketiga inovasi. Itu langkah-langkah yang dibuat oleh Tiongkok dan juga oleh Jepang pada waktu itu, meniru meningkatkan inovasi," terangnya.

Wapres juga menegaskan bahwa bangsa ini harus memikirkan masa depan melalui inovasi dan teknologi tidak hanya dengan IT tapi dengan inovasi pelayanan atau sistem melalui internet of things.

"Kita perlu memelihara masa depan, dan masa depan itu inovasi dan teknologi," ujarnya

Wapres juga menekankan kita tidak bisa maju dengan banyaknya ceremony (upacara-upacara), tetapi dengan banyaknya penemuan.

Menurut Wapres, Indonesia yang memiliki 4.500 universitas, inovasinya nomor 85 sedangkan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memiliki 2.500 universitas, namun telah maju, sehingga jumlah universitas tidak relevan dengan hasil inovasi, untuk itu diperlukan enterpreneur, fokus dan ketulusan.

"Jumlah universitas tidak relevan dengan hasilnya, yang penting adalah fokusnya, ketulusannya dan sebagainya," pintanya.

Wapres pun menekankan bahwa salah satu cara memperingati Harteknas adalah dengan mengevaluasi hal-hal apa saja yang telah dilakukan, hal hal apa yang diperbaiki untuk masa mendatang melalui inovasi inovasi sehingga dapat bersaing dengan negara lainnya.

"Selain kita merayakan Harteknas, juga ialah kalau perusahaan membaca neraca apa untung rugi, maka apa yang baik dibanding masa lalu, apa yang bersaing dengan negara-negara lainnya, itu salah satu cara kita memperingati," serunya.

Wapres menambahkan pekerjaan besar di depan masih banyak, tidak bisa maju dengan ceremony, apalagi merasa cepat puas datang ke acara seperti ini saja.

"Kita lupa ke lab (labolatorium), padahal kemajuan itu ada di lab bukan di upacara," tegasnya.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyerahkan Anugrah Iptek dan Inovasi. Nasir menyampaikan hakekat hari Hakteknas adalah menghargai upaya dan kreasi seluruh komponen bangsa dalam menguasai, memanfaatkan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi sebagai penggerak utama pembangunan nasional.

"Hadir 2 ribu undangan stakeholders, inovasi dari seluruh indonesia dalam rangka memperingati hari puncak," ujarnya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya