Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
VARISES kerap meresahkan karena mengganggu penampilan kaki. Namun, masalah yang bisa ditimbulkan varises tidak sekadar itu. Dampak varises bisa sangat serius, yakni kematian mendadak. "Pembuluh darah yang rusak, berkelok-kelok, membuat aliran darah di dalamnya tidak normal hingga mudah terbentuk gumpalan darah. Nah, gumpalan darah itu bisa terbawa oleh aliran darah ke tempat lain, termasuk ke pembuluh paru-paru dan menyumbat di sana atau yang disebut pulmonary embolism. Jika itu terjadi, risiko terjadinya kematian mendadak sangat tinggi," terang dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Niko Azhari Hidayat, di Jakarta, pekan lalu.
Karena itu, lanjutnya, hal tersebut tidak boleh diabaikan. Niko mencontohkan, di negara-negara maju, kejadian varises tahap lanjut yang ditandai dengan pembuluh darah menonjol berkelok-kelok sudah jarang ditemui karena tingkat kesadaran masyarakatnya tinggi. "Jadi, ketika ada gejala awal, misalnya kaki menjadi kerap letih setelah jalan pada jarak yang biasa ditempuh, mereka segera memeriksakan diri ke dokter. Ketika hasil pemeriksaan menunjukkan varises, penanganan dilakukan sehingga keparahan bisa dicegah."
Pemeriksaan untuk mendeteksi varises, lanjut Niko, sebenarnya sederhana. Yakni, melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). "Varises terjadi ketika katup-katup pembuluh darah melemah sehingga aliran darah yang seharusnya ke atas menuju jantung ada yang kembali turun ke bawah. Lama-kelamaan pembuluh darah jadi melebar. Semua kelainan itu bisa dideteksi dengan USG," terangnya.
Terkait dengan penanganan, Niko mengatakan saat ini metodenya semakin canggih, antara lain menggunakan teknik ablasi dengan laser. Teknik tersebut tidak memerlukan pembedahan, cukup dengan sayatan kecil untuk memasukkan alat ablasi yang berbentuk serupa pipa lentur kecil ke dalam pembuluh darah.
"Dengan energi laser, pembuluh darah yang terkena varises dihilangkan," kata Niko yang berpraktik di RS Unair dan RS Mitra keluarga Kenjeran, Surabaya.
Ia menambahkan penanganan varises masuk prosedur medis yang ditanggung asuransi, termasuk BPJS Kesehatan.
"Varises bukan persoalan kosmetis semata. Ada gangguan fisiologis berupa melemahnya katup-katup pembuluh darah yang perlu penanganan medis," tegas dokter yang bersama timnya giat menyosialisasikan serba-serbi varises melalui akun Instagram @varisesindonesia dan akun Facebook VarisesIndonesia itu. Dengan penanganan yang benar, lanjut Niko, penderita varises akan terbebas dari berbagai masalah yang ditimbulkan penyakit itu, termasuk risiko kematian akibat pulmonary embolism. (Nik/H-2)
Orang yang berisiko mengalami varises ialah lansia, orang dengan obesitas, ibu hamil, dan orang yang memiliki kebiasaan berdiri atau duduk dalam jangka waktu yang terlalu lama.
Varises terjadi karena aliran balik darah untuk kembali ke jantung tidak terpompa dengan baik, tidak seperti ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Varises seringkali dianggap sepele, padahal jika tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan komplikasi berkepanjangan.
"Kalau kita bicara varises itu biasanya kita bicara masalah vena yang ada di permukaan kulit. Tapi gangguan CVI ini berupa spektrum yang bisa lebih luas dari itu."
Varises adalah insufisiensi vena kronis, saat ada gangguan aliran darah dari pembuluh darah vena tungkai ke jantung.
"Kalau gumpalan itu tersangkut ke jantung, bisa serangan jantung. Tersangkut ke otak bisa menyebabkan stroke, jika tersangkut di kaki saya sebut stroke kaki (limb ischemic)."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved