Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
SEORANG warga Prancis keturunan Afrika Utara menuding Netflix melakukan diskriminasi rasial ketika mengecapnya sebagai radikal Islam dalam sebuah film aksi yang direkam tanpa sepengetahuannya. Hal itu diungkapkan kuasa hukum warga Prancis tersebut, Senin (14/6).
Sentinelle, film itu, mengambil setting di Kota Nice dan bercerita mengenai seorang prajurit pasukan khusus Prancis yang baru saja kembali setelah bertugas di Suriah dan memburu orang yang memperkosa adik perempuannya.
Satu adegan memperlihatkan protagonis film itu, Klara, mengintip dari teropong senapannya ke dua sahabat yang tengah mengucapkan selamat tinggal.
Baca juga: Bintang GoT dan Walking Dead akan Tampil di Serial Karya Snyder
Adegan itu direkam di Promenade des Anglais, jalur pejalan kaki di tepi pantai, tempat seorang radikal asal Tunisia menabrak 86 orang menggunakan truk pada 14 Juli 2016.
Subtitle yang diberikan Netflix memberikan deskripsi bahwa kedua orang itu adalah barbus, istilah merendahkan bagi warga muslim, yang berarti pria berjenggot.
Salah satu pria itu, seorang teknisi listrik asal Nice berusia 21 tahun, menggungat Netflix atas deskripsi itu, menuding perusahaan itu sengaja memicu diskriminasi dan kebencian rasial.
"Sutrarada film itu dengan seenaknya menggambarkan fitur warga keturunan Afrika Utara yang dia syuting dengan kelompok fundamentalis," ujar kuasa hukum pria itu, Jean-Pascal Padovani.
Fakta bahwa adegan itu diambil di salah satu lokasi serangan teror terparah sepanjang sejarah Prancis, imbuhnya, juga membuat tudingan itu semakin nyata.
"Tidak bisa diterima menyebut meraka yang berasal dari Afrika Utara berpotenis menjadi teroris," kecam Padovani.
Seorang juru bicara Netflix menolak mengomentari gugatan itu. Namun, mereka telah mencabut deskripsi barbus dalam film itu. (AFP/OL-1)
Untuk season kedua Squid Game, Hwang Dong-hyuk mengambil latar waktu tiga tahun setelah pemain 456 atau Seong Gi-hun memenangkan permainan maut ini.
FILM Kabut Berduri berkisah tentang polisi-polisi yang menyelidiki kasus serangkaian pembunuhan mengerikan yang terjadi di sepanjang perbatasan Indonesia – Malaysia.
Film Kabut Berduri tayang hari ini, 1 Agustus 2024, di Netflix.
Ide tentang Kabut Berduri lahir dari riset yang dilakukan antropolog Dave Lumenta, pada era 2000-an.
John Owen Lowe mengakui bekerja dengan ayahnya, Rob Lowe, tidak selalu mulus, terkadang membuatnya gila.
AJ McLean dari Backstreet Boys ungkap bagaimana boy band mereka dieksploitasi mantan manajer Lou Pearlman dalam seri dokumenter Netflix, Dirty Pop: The Boy Band Scam.
Enzo Fernandez dikabarkan sudah meminta maaf secara langsung kepada rekan setim di Chelsea, terutama yang berkewarganegaraan Prancis terkait aksi rasisme yang dia lakukan.
Chelsea tidak memberikan sanksi kepada Enzo Fernandez atas nyanyian rasis yang dilakukannya bersama beberapa pemain Argentina.
Para pemain timnas Argentina memasuki lapangan dengan sambutan ejekan dan siulan yang dilakukan sebagian besar dari 35.000 penonton yang hadir di stadion.
Skuad Chelsea, saat ini, diisi tujuh pemain Prancis yaitu Axel Sisasi, Benoit Badiashile, Lesley Ugochukwu, Christopher Nkunku, Malo Gusto, Wesley Fofana, dan Malang Sarr.
Kasus rasisme yang melibatkan pemain timnas Argentina itu kian keruh usai Wakil Presiden Argentina Victoria Villaruel menyebut Prancis sebagai kolonialis dan rakyat negara Eropa itu munafik.
Striker Korea Selatan (Korsel) itu melaporkan ejekan rasisme yang diterimanya itu di laga persahabatan di Marbella, Spanyol, Senin (15/7).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved