Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

BI Ramalkan Rupiah akan Terus Menguat

Insi Nantika Jelita
17/7/2024 16:00
BI Ramalkan Rupiah akan Terus Menguat
Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai jasa penukaran mata uang asing.(Dok. MI/Usman Iskandar)

GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meramalkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal terus menguat, dipengaruhi bauran kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia dan pengaruh eksternal seperti kebijakan moneter AS. Saat ini rupiah menguat 1,21% dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024.

Penurunan suku bunga kebijakan Amerika Serikat (AS) atau fed funds rate/FFR diperkirakan lebih cepat dari proyeksi sebelumnya pada akhir tahun 2024, di tengah yield US Treasury 10 tahun yang tetap tinggi karena kebutuhan defisit anggaran Pemerintah AS. Hal ini diyakini mempengaruhi penguatan rupiah.

"Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat. Ini karena FFR akan lebih maju dan juga komitmen BI untuk menjaga stabilitas rupiah," ungkap Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Kantor BI, Jakarta, Rabu (17/7).

Baca juga : Kenaikan BI Rate Sebagai Dampak Volatilitas Pasar

Perry menuturkan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing. Hingga 15 Juli 2024, posisi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) masing-masing tercatat sebesar Rp775,45 triliun, 1,82 miliar dolar AS, dan 267 juta dolar AS. Penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, tercermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp220,35 triliun (28,42% dari total outstanding).

"Bank Indonesia terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI," ungkap Perry.

Dari segi global, ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi di tengah prospek perekonomian dunia yang kuat. Ekonomi global pada 2024 diperkirakan tumbuh sebesar 3,2% sesuai prakiraan didorong Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Pertumbuhan ekonomi AS tetap baik ditopang oleh konsumsi dan stimulus fiskal. Ekonomi Eropa diprakirakan tumbuh lebih tinggi didorong oleh perbaikan ekspor dan investasi.

Baca juga : BI Rate Kembali Ditahan Demi Kuatkan Stabilisasi Rupiah dan Mitigasi Dampak Global

Sementara itu, ekonomi Tiongkok belum kuat dipengaruhi lemahnya permintaan domestik. Inflasi AS pada bulan Juni 2024 lebih rendah dari prakiraan dipengaruhi oleh inflasi energi dan perumahan yang menurun.

Perry menerangkan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi serta ketegangan geopolitik yang belum mereda mengakibatkan aliran modal ke negara berkembang relatif terbatas. Perkembangan ini berimplikasi pada perlu terusnya penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global terhadap perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya