Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Kekeringan Sebabkan Produktivitas Pangan Turun dan Kenaikan Harga

Naufal Zuhdi
04/6/2024 16:23
Kekeringan Sebabkan Produktivitas Pangan Turun dan Kenaikan Harga
Warga yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) menanam bibit sayuran di Green House Perhimpunan Tani Pancoran (Petapa), Jakarta.(Antara/Rivan Awal Lingga)

PENELITI Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, mengungkapkan bahwa periode kemarau yang telah terjadi di beberapa daerah bisa memengaruhi ketersediaan pangan yang ada.

"Lahan yang irigasinya kurang baik, ketika dilanda kemarau, tanaman tersebut produktivitasnya akan turun. Ini akan berdampak kepada penurunan produksi pangan yang berujung pada kenaikan harga pangan," kata Eliza saat dihubungi pada Selasa (4/6).

Saat ini, sambung dia, inflasi volatile food masih relatif tinggi yakni per Mei 2024 di angka 8,14% secara year on year. Eliza memprediksi, apabila periode kemarau tidak diantisipasi dengan baik dan pendistribusian juga kurang baik, harga pangan akan kian terkerek.

Baca juga : Musim Kemarau, Ganjar Lanjutkan Program Seribu Embung untuk Tuntaskan Kekeringan-Irigasi

"Tentu ini akan sangat membebani masyarakat, terutama kalangan menengah dan miskin mengingat porsi mereka untuk membeli bahan pangan itu lebih dari separuh dari total pengeluarannya," ungkap dia. 

"Karenanya, sangat membutuhkan keberpihakan dan upaya serius dari pemerintah untuk bisa mengantisipasi dampak perubahan iklim ini. Kementerian Pertanian (Kementan) harus didukung dengan anggaran yang memadai agar optimal memitigasi dampaknya," lanjut Eliza.

Antisipasi kemarau

Untuk mengantisipasi periode kemarau dalam jangka pendek, Eliza menyebut bahwa para petani perlu dibantu dalam penyediaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk menghidupkan pompa-pompa air, pendampingan dari penyuluh serta perguruan tinggi agar dapat memantau perkembangan hama penyakit tanaman (HPT) yang dapat mengganggu produktivitas.

Baca juga : Insan Bumi Mandiri Ajak Kolaborasi Atasi Krisis Pangan Akibat Kekeringan

"Karena ketika kemarau biasanya HPT menyebar lebih cepat. Dan yang tak kalah penting ialah gotong royong di tingkat petani untuk bekerja sama dalam penyediaan air. Biasanya ada yang memompa dari sungai-sungai. Ini perlu dibagi-bagi airnya sesama petani. Jangan sampai ada petani yang tidak kebagian air. Selain itu para petani didampingi untuk menanam varietas tanaman yang tahan kekeringan," paparnya.

Untuk antisipasi jangka menengah dan Panjang, petani membuat embung dan memperbaiki sistem irigasi. Eliza menyatakan bahwa hal ini memerlukan kerja sama yang solid antara stakeholders dan keberpihakan anggaran yang mendukung revitalisasi irigasi karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

"Embung kerap dihadapkan dengan tantangan penyediaan lahan, pembangunan hingga pemeliharaannya. Di sinilah pentingnya kolaborasi antar-stakeholders, pemerintah pusat, pemda, dan kelompok tani bekerja sama untuk mengelola embung," pungkasnya.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi menyebut bahwa pemerintah saat ini tengah mengantisipasi periode kemarau dengan menyiapkan cadangan pangan pemerintah (CPP). "Kita siapkan CPP untuk antisipasi (periode kemarau)," ujar Arief.

Sebagaimana diketahui, saat ini stok CPP beras pemerintah berada di angka 1,8 juta ton yang dimiliki oleh Perum Bulog dan tersebar di gudang-gudang di kabupaten/provinsi seluruh Indonesia. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu
Berita Lainnya