Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEPALA Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengungkapkan realisasi produksi minyak dan gas (migas) siap jual (lifting) pada kuartal IV 2023 tidak mencapai target yang ditentukan.
Ia menjelaskan penyebab utama merosotnya produksi migas lantaran terdapat masalah produksi seperti terjadi kebocoran pipa minyak milik Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java, yang berada di wilayah utara perairan Karawang, Jawa Barat dan Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) yang terletak di Provinsi DKI Jakarta, Banten, Lampung, dan Bangka Belitung.
Berdasarkan catatan SKK Migas, lifting minyak baru mencapai 604,3 ribu barel per hari (bph) per Oktober 2023 atau 91,6% dari target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar 660 ribu bph.
Baca juga : SKK Migas: Indonesia Timur Tumpuan Harapan Bagi Industri Hulu Migas
"Di kuartal ketiga 2023 kami mengalami musibah bocornya pipa-pipa khususnya di OSES dan di ONWJ," ungkap Dwi dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, Kamis (30/11).
Kebocoran-kebocoran itu akibat adanya korosi atau berkaratnya pada pipa yang sudah tua alias aging facility dan kemudian terbakarnya kabel-kabel.
"Sehingga, kami reroute mode off electricity production (mengubah mode mematikan listrik produksi) di OSES, dari tadinya menggunakan kabel menjadi gas. Suplai gas kami belokkan untuk suplai gas ke OSES," terang Dwi.
Baca juga : Pasok SF ke Wilayah Kerja Jabung, PPN dan PetroChina Dukung Penggunaan Produk Dalam Negeri
Ia mengatakan saat ini kondisi pipa-pipa bocor tersebut sudah selesai diperbaiki dan diharapkan dalam kembali meningkatkan produksi minyak.
Kepala SKK Migas juga menerangkan penurunan produksi migas disebabkan keterlambatan kemajuan proyek migas akibat pandemi covid-19 seperti proyek pengembangan kilang gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) Tangguh Train 3 di Papua Barat dan Jambaran Tiung Biru (JTB) di Jawa Timur.
"Akibat pandemi, dua tahun proyek ini bergeser tadinya selesai akhir 2022 bisa produksi optimal di 2023, bergeser semua dari targetnya," ucap Dwi.
Baca juga : Pertamina Inovasikan Teknologi Dukung Produksi Satu Juta Barel
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto menerangkan penurunan produksi migas akibat tidak adanya penambahan sumber-sumber baru, dan hanya menyisakan sumur-sumur tua di Indonesia.
"Terus menurunnya produksi migas akibat sumur-sumur yang relatif tua. Setidaknya 40% minyak kita belum terangkat karena masalah reservoir dan sebagainya," ujarnya.
Politikus NasDem itu mendorong kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk meningkatkan produksi sumur eksisting dan meminta pemerintah melakukan simplifikasi perizinan dan kemudahan di bidang investasi hulu migas guna mengejar target produksi migas nasional. (Z-5)
PENGAMAT energi dari UGM Deendarlianto menilai pemerintah tidak perlu membentuk satuan tugas (satgas) untuk memperbaiki investasi hulu minyak dan gas (migas) di Indonesia.
SKK Migas mendorong eksplorasi masif untuk mengejar target investasi hulu minyak dan gas sebesar US$15,7 miliar atau setara Rp254 triliun (kurs Rp16.195) di akhir tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia mencapai US$20,84 miliar pada Juni 2024. Angka tersebut turun 6,65% dibandingkan raihan Mei 2024.
Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian ESDM yaitu meminta KKKS Migas untuk segera mengusahakan Bagian Wilayah Kerja migas potensial yang tidak diusahakan (idle) atau mengembalikannya.
Riau merupakan provinsi besar dalam industri migas, dengan menghasilkan 180 ribu barel per hari atau 30 persen dari lifting nasional.
Incar Blok Baru, Pertamina Internasional EP Ekspansi ke Timur Tengah
Manajemen rantai pasok (suply chain management/SCM) menjadi pilar penting dalam mendukung pencapaian target lifting minyak dan gas bumi (migas) Indonesia.
Pemerintah mengusulkan asumsi lifting migas di tahun depan dalam asumsi makro RAPBN 2025. Angkanya menyusut menjadi 1,58 juta hingga 1,64 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).
ANGGOTA Komisi VII DPR RI Mulyanto berpandangan Indonesia akan terus ketergantungan terhadap impor minyak seiring penurunan target produksi siap jual (lifting) minyak.
Untuk mencapai target tersebut, SKK Migas dan Medco EP Natuna telah menetapkan program pengeboran yang masif. Medco EP Natuna telah melakukan pengeboran Ofshore sebanyak 8 sumur
Deputi eksplorasi melihat langsung sumur SAS 1 yang sudah beroperasi dengan lifting sebesar 2.000 BOPD pada Jumat (29/12)
Blok Kepala Burung menghasilkan lebih dari 4.500 barel minyak per hari dan lebih dari 20 juta standar kaki kubik gas per hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved