Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEPUTUSAN Bank Indonesia (BI) menaikkan tingkat bunga acuan dari 5,75% menjadi 6% banyak didorong oleh faktor eksternal. Langkah tersebut juga diambil dalam rangka memperkuat ketahanan eksternal Indonesia.
"Ini yang ingin kita mitigasi, sehingga bisa mendorong tetap menjaga pertumbuhan ekonomi di 2023 sekitar 5% dan 2024 kita harapkan tetap solid didukung oleh konsumsi domestik," ujar Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Firman Mochtar saat menjadi pembicara BNI Investor Daily Summit 2023 bertema Sustainable Growth, Global Challenges di Jakarta, Selasa (24/10).
Setidaknya ada sejumlah alasan dasar yang mendorong BI menaikkan suku bunga. Pertama, kata Firman, ialah kondisi global yang masih berada dalam ketidakpastian dan bahkan berpotensi meningkat. Misal, ekonomi Amerika Serikat yang sebelumnya diprediksi melemah justru tumbuh relatif kuat dan stabil. Sedangkan ekonomi Tiongkok yang diprediksi menguat justru kebalikannya. Itu memengaruhi berbagai indikator ekonomi global, tak terkecuali Indonesia.
Baca juga: Defisit Anggaran 2023 Diperkirakan di Bawah 2,3%
Kemudian, lanjut Firman, masih tingginya tensi geopolitik Rusia-Ukraina. Bahkan kondisi geopolitik dunia kian rumit dengan pecahnya perang Palestina-Israel. Keduanya diperkirakan mengerek harga pangan dan energi dunia.
Kenaikan harga pangan dan energi dunia memiliki rambatan yang cukup besar pada sektor-sektor perekonomian lain. Ini disebut Firman menjadi salah satu pertimbangan utama BI menaikkan tingkat bunga acuan.
Baca juga: Chevron akan Beli Kompetitornya Hess Seharga US$53 Miliar
Berikutnya yaitu kebijakan suku bunga acuan The Federal Reserve yang tetap tinggi untuk periode waktu yang lama. BI memperkirakan kondisi tersebut akan bertahan hingga semester I 2024.
Di saat yang sama, defisit AS juga membengkak dan membutuhkan suntikan dana dari obligasi negara. Itu mengakibatkan imbal hasil (yield) yang ditawarkan pemerintahan Joe Biden mendulang tinggi. "Ini yang mengakibatkan munculnya interest rate diferential yang melebar. Gambaran ini yang menjadi perhatian," kata Firman.
Baca juga: Tanzania Teken Kontrak Pelabuhan dengan DP World UEA
Kondisi itu melahirkan faktor keempat yang menjadi pertimbangan BI menerapkan suku bunga. Para investor saat ini mulai mengalihkan investasinya ke AS dan negara maju lain. Peralihan itu juga disebut tak semata memindahkan aset, tetapi turut mencairkannya ke dalam bentuk uang tunai. Alhasil, kata Firman, fenomena cash is the king muncul dan mengakibatkan penguatan dolar AS secara global.
"Jadi pelemahan (mata uang) yang terjadi, bukan hanya di Indonesia, tetapi seluruh negara. Sebagian besar negara emerging market kurs-nya mengalami depresiasi yang cukup besar," tuturnya.
"Faktor inilah yang ingin kami mitigasi dengan segera, kita melakukan secara pre-emptive. Jangan sampai ini terus berlanjut karena kondisinya akan panjang, termasuk yield differential yang melebar," pungkas Firman. (Z-2)
Sinyal pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat menjadi perhatian bagi Bank Indonesia.
NILAI tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (31/7) ditutup menguat saat pasar menunggu kebijakan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate.
BPJS Ketenagakerjaan mendapatkan penghargaan khusus dalam Best Insurance Awards 2024 yang diselenggarakan oleh Investortrust
Agunan adalah aset atau barang berharga yang dijadikan jaminan saat melakukan pinjaman uang melalui bank atau lembaga keuangan lainnya.
Penurunan suku bunga bisa mulai September dan Desember atau November.
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengapresiasi langkah BI dalam mempertahankan suku bunga tersebut.
Kisi Asset Management menggelar acara Market Outlook 2nd Half 2024 dengan tujuan memberikan wawasan mendalam mengenai strategi investasi di Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan alasan mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate pada level 6,25%.
ANALIS kebijakan ekonomi Apindo Ajib Hamdani berpendapat dengan suku bunga acuan atau BI Rate yang kembali ditahan pada posisi 6,25% pada Juli 2024 dapat menjaga daya beli masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved