Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PENGAMAT ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda mengungkapkan bahwa melemahnya purchasing managers' index (PMI) pada saat ini disebabkan oleh kondisi global yang tengah bergejolak dan juga karena inflasi tinggi yang terjadi di beberapa negara Eropa.
Menurutnya, kedua hal tersebut tentunya membuat permintaan dari pasar-pasar global terhadap produk manufaktur Indonesia melemah.
"Penurunan permintaan ini terutama berasal dari industri-industri orientasi ekspor, seperti tekstil. Ditambah lagi dengan kondisi pasar domestik yang belum pulih sepenuhnya," ujarnya kepada Media Indonesia, Jumat (16/6).
Baca juga: Pengusaha Ungkap Beberapa Faktor Penyebab Indeks PMI Manufaktur Melemah
Kemudian, lanjutnya, dari sisi supply juga sedang mengalami gejolak yang disebabkan oleh faktor geopolitik antara Rusia-Ukraina. Tentunya hal tersebut membuat beberapa input produksi dari kedua negara menjadi terganggu.
"Dampak dari semua adalah akan adanya de-industrialisasi yang terus terjadi dan bisa memburuk. Kemudian utilitas industri dan penyerapan tenaga kerja akan semakin terhambat, serta pengangguran semakin tidak terserap. Jadi dampaknya berantai," tuturnya.
Baca juga: Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh 5,07%, Didorong IKN dan Pemilu 2024
Oleh karena itu, ia mengatakan, pemerintah perlu memperkuat pangsa pasar domestik dan mencari demand baru selain negara tradisional. Selain itu, dari sisi supply, pemerintah juga perlu mencari sumber input baru dari negara-negara yang lainnya.
"Penguatan pangsa pasar domestik sangat diperlukan dalam meningkatkan indeks PMI agar tidak semakin memburuk. Pemerintah juga harus mencari sumber input baru dari negara-negara lainnya," pungkasnya. (Fik/Z-7)
PASCACOVID-19, arah tren pertumbuhan ekonomi global dan domestik menjadi perhatian yang sangat besar. Berikut lima hal yang harus diwaspadai pebisnis.
MEMASUKI semester II-2023, meski berperfoma baik, ekonomi Indonesia dibayang-bayangi oleh awan mendung gejolak perekonomian global.
Di AS, tekanan inflasi masih tinggi terutama karena keketatan pasar tenaga kerja, di tengah kondisi ekonomi yang cukup baik dan tekanan stabilitas sistem keuangan (SSK)
BANK Indonesia mengamati ketidakpastian perekonomian global kembali meningkat dengan kecenderungan risiko pertumbuhan yang melambat dan kebijakan suku bunga moneter di negara maju
Perbedaan ekonomi Indonesia dengan ekonomi negara lain adalah dukungan konsumsi domestik.
Awal pekan depan, rupiah diprediksi akan mengalami fluktuatif dan ditutuh melemah di kiasara Rp15.450-Rp15.520 per dolar AS.
Menkeu Sri Mulyani ungkap perekonomian Indonesia masih relatif lebih baik dibanding banyak negara. Berbagai indikator ekonomi domestik menunjukkan kondisi yang cukup kuat
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menilai harus ada langkah nyata dalam mengatasi kesenjangan antar-wilayah dengan jurang yang sangat lebar tersebut.
Sejumlah data indikator ekonomi hari ini menjadi perhatian pelaku pasar keuangan dalam negeri. Pasar menanti rilis data indeks manufaktur dan inflasi sepanjang Juli 2023.
PEREKONOMIAN Indonesia disebut berada dalam kondisi yang cukup stabil dan baik. Hal itu terlihat dari posisi Purchasing Managers Index (PMI) yang konsisten berada di level ekspansi
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved