Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMERINTAH meyakini situasi perekonomian global saat ini masih sedikit memberikan keuntungan. Sebab, kenaikan harga sejumlah komoditas utama nasional masih cukup tinggi di level internasional.
Demikian disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir. "Indonesia justru mendapatkan windfall yang berasal dari ekspor akibat kenaikan harga komoditas dan energi dunia," ujarnya kepada Media Indonesia, Jumat (29/7).
Pelemahan ekonomi dunia sedianya memang terjadi, bahkan sejumlah negara berpotensi mengalami resesi. Namun Iskandar menilai beberapa negara mitra dagang Indonesia masih memiliki struktur perekonomian yang kuat.
Tiongkok misalnya, pekan lalu Negeri Tirai Bambu mengumumkan terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi di level 0,4% (year on year/yoy) pada triwulan II. Kinerja itu merosot tajam dari triwulan sebelumnya yang berada di level 4,8% (yoy).
Pelambatan itu, kata Iskandar, terjadi karena Beijing melakukan kuncitara untuk mencegah penyebaran covid-19. Karenanya, pelemahan ekonomi Tiongkok dinilai hanya bersifat sementara.
"Tiongkok mengalami perlambatan karena lockdown akibat kebijakan zero covid, sehingga tidak bersifat permanen," terangnya.
Baca juga: Sri Mulyani: Dunia Tidak Baik-baik Saja
Apalagi, baru-baru ini Tiongkok berkomitmen untuk menambah impor Crude Palm Oil (CPO) hingga 1 juta ton dari Indonesia. Komitmen tersebut disampaikan dalam pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang di Beijing, Selasa (26/7).
Itu berarti, kelapa sawit sebagai komoditas unggulan Indonesia masih berpotensi diserap oleh kegiatan ekspor. "Komoditas ekspor Indonesia sangat dibutuhkan dunia, maka demand untuk barang ekspor Indonesia masih meningkat. Sehingga Indonesia masih mendapatkan windfall untuk tahun ini, tahun yang akan datang mungkin windfall ini akan lebih kecil," jelas Iskandar.
Karenanya, dia optimistis ekonomi Indonesia masih tetap bisa tumbuh positif di kisaran 5% pada tahun ini. Selain dukungan kinerja ekspor, pemerintah juga telah melihat perbaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Diketahui konsumsi rumah tangga kerap menjadi mesin andalan pertumbuhan ekonomi nasional. Karenanya, perbaikan tersebut diyakini akan mengantarkan perekonomian Indonesia ke posisi yang cukup kuat.
"Konsumsi domestik yang meningkat akibat dibukanya pembatasan sehingga mobilitas meningkat, maka ekonomi Indonesia tetap dapat tumbuh 5,2% pada tahun 2022," urai Iskandar.
Penguatan daya beli masyarakat juga sedianya disokong oleh penambahan anggaran subsidi energi. Dengan begitu, kenaikan harga energi di tingkat global tak berimbas langsung pada harga di level masyarakat. (OL-4)
Bersamaan naiknya harga sejumlah cabai dan bawang, terdapat juga komoditas yang harganya turun. Di antaranya tomat kecil dari Rp8 ribu menjadi Rp6 ribu per kg dan tomat besar dari Rp10 ribu
HARGA komoditas energi Indonesia pada tahun ini terutama di kuartal kedua ini terlihat sudah mengalami rebound, namun terbatas. Hal Ini terlihat pada harga komoditas utama ekspor
Sebanyak 18 orang yang terlibat dalam kasus korupsi pengelolaan komoditas timah di PT Timah Tbk dari tahun 2015 hingga 2022 telah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Selatan
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita telah menyetujui dua langkah cepat untuk mengatasi peredaran barang impor ilegal.
PENURUNAN ekspor maupun impor yang terjadi di Juni 2024 secara month to month (mtm) merupakan catatan penting bagi sektor perdagangan Indonesia.
INDONESIA kembali mencatatkan surplus perdagangan pada Juni 2024. Namun nilai surplus di bulan keenam tahun ini menjadi yang paling rendah dalam empat bulan terakhir, yakni US$2,39 milar.
Meningkatnya kebutuhan gula nasional perlu diikuti daya dukung industri dan ketersediaannya di pasar. Penggunaan sistem neraca komoditas dan impor bisa menjadi alternatif.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) pada November 2023 tercatat sebesar 116,73, naik 0,82%, dibandingkan dengan bulan Oktober 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut nilai ekspor Indonesia pada September 2023 mencapai US$20,76 miliar atau turun 5,63% dibandingkan Agustus 2023.
Neraca perdagangan Indonesia diprediksi masih tetap membukukan surplus pada Juli 2023.
Surplus neraca dagang pada Januari 2023 dinilai dapat mendorong ketahanan perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global
Perpres Nomor 32 Tahun 2022 tentang Neraca Komoditas bakal menjadi dasar acuan menentukan kebijakan ekspor dan impor. Di sisi lain, ada Perpres Nomor 66 Tahun 2021.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved