Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BANK Indonesia mencatat posisi yang beredar dalam arti luas (M2) pada Mei 2021 tumbuh melambat dibandingkan April 2021. Adapun M2 meliputi M1, tabungan, simpanan berjangka rupiah dan valuta asing, serta giro valuta asing.
Posisi M2 pada Mei 2021 tercatat sebesar Rp6.994,9 triliun, atau tumbuh 8,1% (yoy). Itu melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya (11,5%, yoy).
"Pelambatan terjadi pada mayoritas komponen M1 dan uang kuasi. M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan giro rupiah," ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Selasa (22/6).
Pertumbuhan M1 pada Mei 2021 tercatat 12,6% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan April (17,4%, yoy). Terutama dipengaruhi oleh perlambatan peredaran kartal dan giro rupiah.
Baca juga: Ekonomi Digital Bisa Diandalkan untuk Dongkrak Pertumbuhan
Pada Mei 2021, kartal tercatat sebesar Rp743,7 triliun atau tumbuh 8,6% (yoy). Itu melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 15,6% (yoy). Seiring dengan kembali normalnya kebutuhan uang tunai masyarakat setelah Idulfitri.
Giro rupiah masyarakat pada Mei 2021 tumbuh 15,5% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan bulan April (18,7%, yoy). Sedangkan dana float (saldo) uang elektronik yang diterbitkan bank tumbuh positif (31,4%, yoy) pada Mei 2021. Itu meningkat dibandingkan periode April 28,1% (yoy).
Dana float pada Mei 2021 tercatat Rp2,9 triliun, dengan pangsa 0,16% terhadap M1. Sementara itu, uang kuasi sebesar Rp5.114,8 triliun dengan pangsa 73,1% terhadap M2. Itu tumbuh melambat menjadi 6,8% pada Mei 2021, dari April sebesar 9,7% (yoy).
Perlambatan terjadi pada hampir seluruh instrumen uang kuasi baik tabungan, simpanan berjangka rupiah, serta giro valas. Simpanan berjangka valas masih terkontraksi namun menunjukan perbaikan. Surat berharga selain saham masih tumbuh negatif sebesar -25,6% (yoy), meski tidak sedalam pertumbuhan negatif bulan sebelumnya (-28,2%, yoy).
Baca juga: BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,5%
"Hal tersebut seiring meningkatnya tagihan akseptasi korporasi non bank dalam rupiah dan valas," jelas Erwin.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perkembangan M2 pada Mei 2021 terutama dipengaruhi pelambatan aktiva luar negeri bersih. Aktiva luar negeri bersih pada Mei 2021 tumbuh 6,4% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan April 2021 (10,7%, yoy).
Hal tersebut disebabkan pelambatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk, khususnya berupa kepemilikan surat berharga. Sementara itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat meningkat dari 45% (yoy) menjadi 61,4% (yoy) pada Mei 2021.
Peningkatan disebabkan perlambatan kewajiban sistem moneter kepada pemerintah pusat berupa simpanan dalam rupiah maupun valas. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada Mei 2021 tercatat Rp6.588,1 triliun, atau tumbuh 11,1% (yoy), sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya (11,5%, yoy).
Baca juga: Menkeu: Hingga Mei 2021, Defisit APBN Capai Rp219 Triliun
Adapun perlambatan DPK terutama pada tabungan rupiah dan giro valas. Berdasarkan golongan nasabah, perlambatan giro serta tabungan terjadi pada nasabah perorangan. Di sisi lain, simpanan berjangka tercatat tumbuh meningkat, sehingga menahan perlambatan DPK lebih dalam.
Tabungan tercatat melambat dari 12,8% (yoy) pada April 2021, kemudian menjadi 11,6% (yoy) pada bulan laporan. Terutama disebabkan oleh perlambatan tabungan rupiah di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.
Sementara itu, giro melambat dari 19,5% (yoy) pada April 2021 menjadi 18,8% (yoy). Itu bersumber pada penurunan simpanan giro valas di bank yang berada di wilayah DKI Jakarta dan Sumatera Selatan.
Di sisi lain, simpanan berjangka meningkat dari 6,1% (yoy) pada April 2021, kemudian menjadi 6,4% (yoy) pada Mei 2021. Khususnya, simpanan berjangka di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.(OL-11)
Sinyal pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat menjadi perhatian bagi Bank Indonesia.
Bank Indonesia bakal meluncurkan fitur baru dalam kartu kredit Indonesia segmen pemerintah. Fitur tersebut ialah online payment virtual card tokenization sebagai pengembangan teranyar.
BI juga terus meningkatkan sosialisasi transaksi digital berbasis QRIS kepada berbagai lapisan masyarakat untuk mendukung pemulihan ekonomi.
DEPUTI Gubernur Bank Indonesia, Aida S Budiman mengukuhkan Rony Hartawan sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah di Palu, Rabu (24/7).
Penurunan suku bunga bisa mulai September dan Desember atau November.
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengapresiasi langkah BI dalam mempertahankan suku bunga tersebut.
MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini banyak dipengaruhi oleh tekanan eksternal.
RAPAT Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 6,25% pada Juni 2024.
PEMERINTAH memastikan akan selalu membuat APBN siap menghadapi gejolak ekonomi global dan domestik. Itu tak terkecuali mempersiapkan keuangan negara untuk memitigasi imbas kenaikan BI Rate
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti mahalnya biaya pinjaman (cost of borrowing) Bank Dunia ketimbang yang ditawarkan oleh bank pembangunan multilateral lainnya.
Rilis data inflasi AS semalam menunjukkan berada di level 3,5% naik dari bulan sebelumnya (3,2%) dan di atas konsensus (3,4%), trus dolar indeks naik ke level 105.
Sebagian besar saham Wall Street besar melemah pada Senin (1/4) waktu setempat. Ini setelah data inflasi baru menimbulkan pertanyaan mengenai kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved