Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Sektor Pertanian Tetap Jadi Primadona di Masa Pandemi Covid-19

Mediaindonesia.com
13/3/2021 13:15
Sektor Pertanian Tetap Jadi Primadona di Masa Pandemi Covid-19
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi.(Ist/Kementan)

SEKTOR pertanian menjadi satu-satunya sektor yang tumbuh positif selama pandemi Covid-19 dan secara keseluruhan sektor pertanian tumbuh menjadi 1,75%. Kontribusi pertanian dalam produk domestik bruto (PDB) juga tumbuh positif dan naik secara signifikan, sedangkan sektor lain relatif turun. 

Distribusi tenaga kerja untuk pertanian secara keseluruhan naik dari 27,53% di 2019 menjadi 29,76% pada 2020. Penyebabnya ada beberapa orang yang terdampak pandemi bermigrasi dari perkotaan ke kampung dan melakukan pekerjaan di pertanian. 

Menteri Pertanian  (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa bekerja di sektor pertanian menjadi pekerjaan pilihan utama masyarakat selama masa pandemi Covid-19. Data jumlah tenaga kerja sektor pertanian meningkat sebanyak 2,23% selama pandemi Covid-19.

“Hal ini dapat terlihat dari jumlah tenaga kerja sektor pertanian yang meningkat menjadi 2,23% dibandingkan tahun sebelumnya," ujar SYL.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi, pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) Vol. 8, Jumat (12/3), kembali memberikan semangat kepada penyuluh pertanian untuk terus mendampingi petani di lapangan walaupun kondisi saat ini masih pandemi.

Tugas para penyuluh, peneliti, dan pelaksana lapangan tujuannya sama yaitu bagaimana menjaga produksi agar tidak menurun dan selalu setiap saat bersama-sama meningkatkan produktivitas serta ikut bersama-sama berupaya menyejahterakan petani.

“Penyuluh meningkatkan produktivitas itu belum cukup, tapi penyuluh juga harus meningkatkan kesejahteraan petani," kata Dedi kembali menegaskan dalam keterangannya, Sabtu (13/3).

Selain itu, penyuluh juga harus mampu mendorong bagaimana produk-produk pertanian bisa terjual dengan harga yang menguntungkan bagi petani, dengan harga yang mampu menggairahkan petani dan harga yang membuat petani semakin semangat untuk terus berproduksi. 

Lebih lanjut, Dedi mengungkapkan ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan produksi pertanian diantaranya revolusi industri 4.0, pertanian digital, Kostratani-AWR (Agriculture War Room), revitalisasi penyuluh dan mekanisasi pertanian.

Sedangkan menurut pengamat penyuluhan pertanian, Rusman Heriawan, selaku narasumber pada kegiatan tersebut mengungkapkan bahwa lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami pertumbuhan ekenomi di  2020 menjadi sebesar 1,75%. 

“Kontribusi dalam PDB di 2019 sebanyak 12,71% dan di 2020 mengalami pertumbuhan menjadi 13,70%. Untuk itu pertanian berjaya selama pandemi Covid-19 karena para petani bergairah untuk terus menanam hasil pertanian,” ungkapnya. 

Struktur ekspor nonmigas juga mengalami pertumbuhan. Pada 2019 struktur ekspor nonmigas sebesar 17,69% dan pada 2020 menjadi 19,99% dengan keterangan ekspor pertanian mencakup komoditas pertanian dan agroindustri.

Rusman juga mengingatkan, bahwa Kementan memiliki Balibangtan, BPPSDMP dan Ditjen Teknis Pertanian yang saling bersinergi untuk memajukan pertanian Indonesia. Untuk itu diperlukan kerja sama yang kuat antara penyuluh dan peneliti untuk berkolaborasi melalui diseminasi teknologi dan inovasi pertanian. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya