Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
PT Estetika Tata Tiara Tbk mencatatkan saham mereka di Bursa Efek Indonesia ini mencatatkan seluruh saham mereka dengan porsi kepemilikan 367.862.500 saham atau 20% dari jumlah modal yang ditempatkan dengan harga perdana saham Rp340 per saham. Perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan daging bermerek Kibif tersebut memakai kode saham BEEF.
Dengan demikian mereka mendapatkan perolehan dana sebesar Rp128.133.250.000. Pada pembukaan perdagangan BEEF pada pembukaan melonjak 41,18% di level Rp480 per saham.
“Momen ini merupakan awal perjalanan Kibif untuk melangkah sebagai perusahaan publik yang akuntabel, transparan dan bertanggungjawab kepada seluruh investor, masyarakat dan seluruh stakeholder terkait,” ujar Direktur Utama PT Estika Tata Tiara Tbk Yustinus Sadmoko, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (10/1).
Dana hasil IPO, akan digunakan untuk pengembangan usaha Kibif, dengan alokasi sekitar 45% untuk pembelian sapi hidup lokal maupun impor. Lalu, sekitar 25% dana untuk pembelian barang dagangan, yang sebagian besar berasal dari impor maupun lokal dari Bulog atau distributor lainnya, serta pembelian barang berupa produk lainnya.
Sisa sekitar 30% akan digunakan untuk investasi perluasan kandang dan modernisasi kandang di Cikarang, investasi bangunan fasilitas produksi baru di Subang dengan menaikkan kapasitas 300%, dan investasi bangunan cold storage di Salatiga. Mereka juga menambah kapasitas kandang penggemukan sapi.
Baca juga: Pendistribusian Saham IPO Dibenahi
Saat ini seluruh ruang produksi sudah seluruhnya terpakai untuk kapasitas 10 ton per hari, dengan utilisasi mencapai 85%, dan akan meningkat sampai 100% di akhir tahun 2018. Ruang produksi saat ini adalah Rumah Potong Hewan yang dikonversi menjadi pabrik makanan olahan, sehingga layoutnya tidak ideal untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan efisien.
“Diharapkan dengan adanya IPO, perusahaan akan mendapatkan dana segar yang akan kami alokasikan 70% untuk modal kerja. Artinya kami ingin meningkatkan kapasitas produksi perseroan dalam memperluas jaringan usaha guna memenuhi permintaan pasar. Kami optimis bahwa IPO ini dapat meningkatkan profit kami dengan cukup signifikan,” ujar Direktur Independen perseroan, Frederik Wattimena.
Di 2018, omset mereka tercatat Rp900 miliar. Melalui IPO mereka menargetkan bisa mendorong pendapatan Rp1,4 triliun atau naik 50%.
"Untuk net income 2018 ini Rp 80 miliar," tuturnya.
Sebagian investasi baru akan bisa dialokasikan pada semester II 2019. Perusahaan menyediaka belanja modal tahun ini sebesar Rp100 miliar. Selain dari dana IPO, perusahaan telah mendapat dana pinjaman dari perbankan sebesar Rp45 miliar.
Laba kotor Perseroan pada 30 Juni 2018 adalah sebesar Rp59,9 miliar meningkat sebesar Rp14,2 miliar juta atau 31,23% dibanding laba kotor untuk periode yang sama pada 30 Juni 2017 yaitu sebesar Rp45,67 miliar
Diharapkan dengan adanya tambahan dana IPO semakin membuat pangsa pasar perseroan mengalami peningkatan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja. (OL-3)
IHSG dibuka menguat 59,46 poin atau 0,85% ke posisi 7.030,20. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 12,33 poin atau 1,41% ke posisi 883,75.
Jumlah emiten yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), per 19 Juli 2024, mencapai 934 perusahaan. Angka tersebut sudah naik dari jumlah yang tercatat pada akhir 2024.
Sejumlah perusahaan sudah memiliki syarat yang cukup untuk terjun ke bursa, baik dari sisi keuangan maupun tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG).
Selama masa penawaran umum pada 3-6 Juni 2024, total permintaan yang masuk mencapai 25,54 miliar lembar Saham atau senilai Rp2,8 triliun, jauh di atas yang ditawarkan 620 juta lembar saham
Skema full periodic call auction (FCA) dianggap rugikan para investor saham ritel
HINGGA April 2024, BEI mengumumkan daftar 41 emiten yang berisiko dihapus pencatatannya dari bursa saham. BEI melaporkan bahwa 41 emiten tersebut telah disuspensi lebih dari 6 bulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved