Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Sebuah gua di Prancis selatan telah mengungkap bukti penggunaan pertama busur dan anak panah di Eropa oleh manusia modern sekitar 54 ribu tahun yang lalu, jauh lebih awal dari yang diketahui sebelumnya.
Di tempat itu, para arkeolog menganalisa berbagai temuan artefak peninggalan nenek moyang manusia modern itu, salah satunya adalah batu api (semacam mata panah) dan beberapa tulang hewan dan manusia. Hasil penelitian itu telah diterbitkan di jurnal Science Advances, (Rabu 22/2).
Bukti tertua sebelumnya tentang aktivitas memanah di Eropa adalah penemuan busur dan anak panah di rawa gambut di Eropa Utara, khususnya wilayah Stellmoor di Jerman, yang berusia 10 hingga 12 ribu tahun. Sejauh ini, penggunaan busur dan anak panah tertua telah didokumentasikan di Afrika yakni sekitar 70 ribu tahun yang lalu.
Temuan bukti terbaru penggunaan busur dan anak panah di Eropa berasal dari tempat penampungan batu Mandrin yang menghadap ke lembah tengah Sungai Rhone di Prancis selatan. Situs Grotte Mandrin, yang pertama kali digali pada tahun 1990, terdiri dari sejumlah lapisan yang menyimpan jejak arkeologi yang berusia lebih dari 80 ribu tahun.
Para peneliti yang melakukan studi terbaru telah mendokumentasikan sebelumnya bahwa Neanderthal dan "sepupu" modern mereka - Homo sapiens – secara bergantian menghuni gua di wilayah tersebut.
Menurut tim peneliti, tingkatan yang dikenal sebagai "Lapisan E" di gua itu dikaitkan dengan keberadaan Homo sapiens sekitar 54 ribu tahun yang lalu, dan diselingi di antara berbagai lapisan jejak pekerjaan/aktivitas Neanderthal.
Para peneliti melakukan analisa fungsional artefak batu api (mirip mata panah) yang ditemukan di Lapisan E yang dieksekusi lebih halus daripada titik dan bilah di lapisan atas dan bawah. Titik batu kecil adalah kuncinya karena elemen lain dari teknologi panahan seperti kayu, serat, kulit, resin, dan jarang terawetkan di situs Paleolitik Eropa tersebut.
Untuk penelitian ini, para peneliti mereproduksi titik batu api kecil yang ditemukan di dalam gua, beberapa di antaranya lebih kecil dari keping uang satu sen AS, dan menembakkannya sebagai mata panah dengan replika busur ke hewan yang telah mati.
"Kami tidak bisa melemparkan mereka ke hewan dengan cara lain selain dengan busur karena mereka terlalu kecil dan terlalu ringan," kata Laure Metz dari Universitas Aix Marseille, salah satu penulis studi bersama dengan Ludovic Slimak dari Universitas Toulouse.
"Kami harus menggunakan tenaga penggerak semacam ini," kata Metz kepada AFP. "Satu-satunya cara agar itu berhasil adalah dengan busur."
Fraktur (retakan/pecahan) pada titik batu api dibandingkan dengan bekas luka pada artefak yang ditemukan di dalam gua, membuktikan bahwa mereka digunakan sebagai mata panah, kata para peneliti. "Kebanyakan adalah fraktur benturan, meski tidak semua" kata Metz.
Pertemuan Neanderthal
Metz mengatakan bukti menunjukkan bahwa Neanderthal dan Homo Sapiens yang tinggal di gua kemungkinan besar bertemu di beberapa titik , meskipun ia tidak tahu sifat pertemuan itu, apakah baik-baik saja (tanpa keributan atau perkelahian) atau tidak.
Menurut Metz, Neanderthal yang mendiami situs Mandrin terus menggunakan senjata tradisional, seperti tombak yang ditusuk atau dilempar dengan tangan dan tidak mengembangkan senjata yang digerakkan secara mekanis.
“Tradisi dan teknologi yang dikuasai oleh kedua populasi ini sangat berbeda, menggambarkan keunggulan teknologi yang luar biasa bagi populasi modern selama ekspansi mereka ke benua Eropa,” kata para peneliti.
Metz mengatakan penghuni gua biasanya berburu kuda, bison, dan rusa. Bukti itu berdasarkan tulang binatang yang ditemukan di gua tersebut. (AFP/M-3)
Selama kunjungan ke Burkina Faso pada 2017, Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji untuk mengembalikan ‘warisan’ Afrika ini dalam waktu lima tahun.
Para sejarawan berharap pemulihan situs warisan dunia UNESCO ini dapat meringankan hubungan yang dirusak oleh sejarah masa lalu yang kelam antara kedua negara.
Lukisan itu ditemukan oleh para arkeolog yang melakukan penggalian di kota Romawi kuno itu, pada akhir pekan lalu.
Artefak budaya dari Ebla kuno, seperti bilah atau kepingan tanah liat bertuliskan sistem tulisan paku yang berasal dari tahun 2.350-2.250 SM, sangat populer di kalangan kolektor.
Trah Sultan Hamengkubuwono (HB) II meminta pemerintah mendukung upaya pengembalian aset-aset dan manuskrip milik HB II yang dirampas Inggris saat peristiwa Geger Sepehi pada 1812.
Menjelang Pemilu rasa khawatir menyelimuti rakyat, karena demokrasi Indonesia ibaratkan berada di tepi jurang.
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Neanderthal adalah spesies kuno yang tinggal di Eurasia 40.000 tahun yang lalu.
Diperkirakan homo soloensis ialah evolusi dari Pithecanthropus mojokertensis yang hidup sekitar 117 hingga 108 ribu tahun lalu pada Zaman Pleistosen Akhir.
Lantas di manakah Meganthropus paleojavanicus ditemukan dan seperti apa bentuk serta ciri-cirinya? Berikut penjelasan lengkap yang dirangkum dari berbagi macam sumber.
Paleontologi dan arkeologi penting untuk studi evolusi manusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved