Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Studi terbaru dari ilmuwan Ohio State University, Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa faktor-faktor seperti pendidikan, pendapatan, dan jenis pekerjaan dapat meningkatkan kemungkinan orang berusia 50-an masih memiliki kemampuan berpikir dan mental yang baik.
Dilasir dari NBC News pada Minggu (12/2), penelitian ini dilibatkan sekitar 7.000 orang dewasa Amerika Serikat. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sekitar 40% orang dewasa berusia 54 tahun memiliki kemampuan kognitif yang mulai melemah.
Faktor pendidikan memberikan pengaruh besar dalam hasil penelitian ini. Banyak dari partisipan yang telah menyelesaikan perguruan tinggi mereka memberikan hasil kemampuan kognitif seperti memori, evaluasi dan fokus yang lebih besar daripada partisipan yang tidak menyelesaikan perguruan tinggi mereka.
Para peneliti juga menganalisis data dari studi kesehatan sebanyak 20.000 partisan yang telah lulus lebih dari 20 tahun lalu dari Universitas Michigan. Kemudian peneliti mencari tahu informasi mengenai mereka terkait pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan.
Selain itu, peneliti juga mencari informasi pribadi seperti riwayat pernikahan, agama, riwayat kesehatan mental, kemampuan kognitif, indeks massa tubuh, tingkat aktivitas, riwayat merokok, dan detail kesehatan fisik lainnya. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa seseorang dengan gelar sarjana memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik.
"Jika Anda memiliki pekerjaan yang merangsang mental, Anda beruntung karena Anda menggunakan otak Anda sepanjang waktu. Semakin banyak tantangan mental dalam pekerjaan Anda, semakin baik," ujar peneliti dalam laporan penelitian.
Meskipun demikian, kuliah pada usia 20-an bukanlah satu-satunya cara untuk menghindari penurunan kognitif sebelum orang mencapai usia pertengahan 50-an. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa memiliki hobi dan minat yang merangsang otak, seperti belajar bahasa baru, melukis, dan menulis, juga bisa menjadi merangsang kemampuan kognitif.
Sementara para peneliti menganalisis berbagai hal yang memengaruhi kesehatan otak, seiring bertambahnya usia, studi tersebut tidak membahas pengaruh genetika, yang dapat memainkan peran penting dalam fungsi kognitif.
Sementara itu, Ahli saraf dan direktur Pusat Penelitian Penyakit Alzheimer NYU Langone dan Pusat Neurologi Kognitif, Dr. Thomas Wisniewski menjelaskan peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa pendidikan, kekayaan rumah tangga, dan akses ke perawatan kesehatan berhubungan dengan ketahanan otak dalam berpikir.
Menurut Thomas penurunan kognitif di usia tua juga bisa dihubungkan dengan faktor gaya hidup di usia muda. Dia mengatakan bahwa seseorang yang hidup sehat seperti mempertahankan berat badannya sehat, tidak merokok, dan terus berolahraga hanya berdampak kecil pada penurunan kognitif seseorang di usia 54 tahun.
"Tetapi bukan berarti menjadi alasan untuk tidak menjalani hidup sehat. Menjalani hidup sehat itu diperlukan karena menghindari kita dari penyakit fisik," jelasnya.
Lebih lanjut, Thomas menjelaskan bahwa untuk memperlambat penurunan kognitif, aktivitas fisik dan diet sehat bisa sangat mempengaruhi. Selain itu mengelola kondisi medis seperti apnea tidur obstruktif, diabetes, hipertensi, dan kolesterol juga bersifat protektif juga baik untuk menjaga produktivitas otak.
Untuk mengilustrasikan ketahanan aktivitas fisik yang kuat bahkan pada orang berusia 70-an, Thomas menganalisa dua pasien yang telah didiagnosis dengan gangguan kognitif ringan dan yang juga memiliki penyakit biologis yang menunjukkan bahwa mereka akan terkena penyakit Alzheimer.
Kedua pasien tersebut terus melakukan olahraga berat setelah pensiun dari pekerjaannya. Satu pasien menghabiskan waktu berolahraga berat selama 15 tahun setelah pensiun. Satu pasien lagi menghabiskan waktu berolahraga berat selama 18 tahun setelah pensiun.
Pada usia 70 tahun, mereka tidak memberikan tanda- tanda penurunan kognitif sebagai gejala dari alzheimer ringan. Bahkan dari salah satu pasien tersebut memberikan kondisi kognitif yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
“Apa yang baik untuk jantung, juga baik untuk otak,” kata Thomas. (M-2)
BEBERAPA kebiasaan sehari-hari yang tampaknya sepele bisa berdampak negatif pada fungsi otak kita dan mempercepat risiko pikun. Ini lima di antaranya.
Seorang neuropsikolog klinis dari New York Jennifer Wolkin mengatakan, melatih otak di pagi hari dapat meningkatkan ketangkasan berpikir dan mempermudah komunikasi dengan rekan kerja.
Menjaga kesehatan otak bisa menjadi hal yang sulit, terutama di zaman sekarang ini dengan banyaknya kebiasaan buruk sehari-hari.
Sebanyak 1,8 juta masyarakat Indonesia mengalami demensia dan diperkirakan bisa meningkat pesat karena pertumbuhan populasi lansia.
Setiap tiga detik, satu orang di dunia mengalami demensia. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendaian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti.
Kepolisian Resor Bogor Kota langsung berhasil mengungkap kasus pembunuhan pasapenemuan sesosok mayat perempuan di tepi Sungai Cidepi, Bogor Barat
Penyakit Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif paling umum yang menyebabkan demensia pada orang dewasa lanjut usia.
“Tepung olahan dapat berkontribusi pada berbagai kondisi kesehatan yang serius, termasuk penambahan berat badan, sindrom metabolik, diabetes dan lainnya,"
MANTAN presiden Finlandia Martti Ahtisaari, peraih Nobel Perdamaian, dan juru runding perdamaian Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-RI tutup usia di usia 86 tahun, Senin (16/10).
Chris Hemsworth saat ini tengah fokus memprioritaskan kesehatan mentalnya. langkah itu diambil menyusul oleh hasil uji genetik dirinya yang memiliki peluang besar untuk terkena alzheimer.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved