Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Analisa terbaru berdasarkan pemodelan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang merupakan hasil penelitian terbaru dari dua ilmuwan iklim menunjukkan bahwa ambang batas peningkatan suhu global diperkirakan datang lebih cepat.
Hasil penelitian yang menggunakan AI tersebut menyatakan planet bumi akan melewati ambang pemanasan global 1,5 derajat Celcius antara tahun 2033 dan 2035 yang artinya 10 - 15 tahun. Bahkan dengan emisi rendah, suhu bumi bisa melonjak hingga 2 derajat Celcius.
Menurut Noah Diffenbaugh dari Stanford University, salah satu penulis studi, biasanya para ilmuwan iklim memakai banyak simulasi model komputer, beberapa panas dan beberapa dingin, dan kemudian mencari tahu mana yang melakukan pekerjaan terbaik. Namun, hal itu berdasarkan pada kinerja mereka di masa lalu atau dalam simulasi masa lalu.
"Sementara apa yang dilakukan AI lebih sesuai dengan sistem iklim sekarang. Penggunaan alat yang sangat kuat ini mampu mengambil informasi dan mengintegrasikannya dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh pikiran manusia, baik atau buruk," kata Noah seperti dilansir dari halaman resmi Stanford University pada Senin (30/1).
Meskipun demikian, hasil tersebut cocok dengan metode penelitian yang menggunakan sistem konvensional untuk memprediksi kapan bumi akan menembus batas tersebut, meskipun dengan sedikit mendekati akurat. Diketahui, bumi telah menghangat 1,1 atau 1,2 derajat celsius (C) sejak masa pra-industri atau pertengahan abad ke-19.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada Senin (30/1) itu membuka kembali narasi perjanjian iklim di Paris 2015 yang meminta berbagai negara untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celsius.
Jika dibandingkan tahun 1850, tujuan itu disinyalir bakal terwujud 10 hingga 12 tahun mendatang. Tujuan target batas pemanasan global tersebut bertujuan untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang paling merusak. AI benar-benar berbeda dengan para ilmuwan yang telah meramalkan menggunakan model komputer yang didasarkan pada pengamatan sebelumnya
"Dunia berada di ambang batas 1,5 C dalam skenario pengurangan emisi yang realistis. Upaya menghindari kenaikan 2 derajat celsius bergantung pada negara-negara yang mencapai tujuan nol emisi pada pertengahan abad ini," ungkap Noah.
Sulit dicegah
Lebih lanjut penelitian ini mengungkapkan bahwa kenaikan suhu sulit ditahan pada angka di bawah 2 derajat celcius walaupun berbagai upaya pemotongan emosi diterapkan. Meskipun polusi di masa depan jauh lebih tinggi, AI memprediksi bahwa dunia akan mencapai kenaikan suhu hingga 2 derajat celcius sekitar tahun 2050 dan polusi yang lebih rendah dapat mencegah kenaikan suhu 2 C hingga tahun 2054.
Sementara itu, menurut ilmuwan iklim Universitas Cornell, Natalie Mahowald, yang bukan bagian dari penelitian tetapi merupakan bagian dari IPCC, ada banyak kekuatan dalam menggunakan AI dan di masa depan mungkin terbukti menghasilkan proyeksi lebih baik, tetapi diperlukan lebih banyak bukti sebelum menyimpulkan itu.
Studi terbaru ini menunjukkan begitu banyak pemanasan sehingga apa pun upaya mengurangi polusi beberapa tahun ke depan, dunia akan tetap mencapai 1,5 derajat celsius satu dekade lagi.
Kenaikan suhu dan perubahan iklim di atas 1,5 C secara dramatis bisa meningkatkan risiko cuaca ekstrem, bencana yang intens seperti kebakaran hutan, kenaikan permukaan laut, serta perubahan pola banjir dan kekeringan yang berdampak pada ancaman krisis pangan.(M-3)
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Krisis iklim yang disebabkan pemanasan global telah menyebabkan panjang hari di Bumi semakin bertambah, menurut analisis terbaru.
DATA dari layanan iklim Eropa Copernicus menyebut bahwa suhu global berada dalam rekor tertinggi pada Juni selama 13 bulan berturut-turut.
Tanpa pengamatan yang tepat, informasi yang disajikan bisa menyesatkan, yang pada akhirnya berdampak pada kebijakan dan keputusan yang tidak akurat.
Menurut Prof Emil Salim, memanfaatan energi bersih berbasis sumber daya alam setempat sangat penting.
Alasan Gereja Protestan HKBP menolak terlibat berdasarkan isi Konfesi HKBP tahun 1996.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved