Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Sebuah studi yang diterbitkan pada jurnal Science, Kamis (5/1) mengungkapkan bahwa setengah dari gletser (bongkahan es) di Bumi, bakal mencair pada akhir abad ini karena perubahan iklim. Menurut studi tersebut, solusinya adalah dengan membatasi laju pemanasan global.
Temuan itu memberikan pandangan paling komprehensif sejauh ini tentang masa depan 215.000 gletser yang ada di dunia. Para peneliti menekankan pentingnya membatasi emisi gas rumah kaca untuk membatasi konsekuensi atau dampak dari pencairan gletser, seperti kenaikan permukaan laut dan menyusutnya sumber daya air.
Untuk membantu mengarahkan para pembuat kebijakan, penelitian ini melihat dampak dari empat skenario pada gletser, di mana perubahan suhu rata-rata global adalah 1,5 derajat Celsius (2,7 derajat Fahrenheit), 2,0C, 3,0C, dan 4,0C.
"Setiap kenaikan derajat menghasilkan lebih banyak pencairan dan kerugian," kata Regine Hock dari University of Oslo dan University of Alaska Fairbanks, salah satu penulis studi tersebut.
Bahkan jika kenaikan suhu global dibatasi hingga 1,5C di atas tingkat pra-industri seperti yang telah disepakati pada KTT Iklim di Paris 2015, para peneliti memperkirakan 49% gletser dunia akan lenyap pada tahun 2100.
“Itu akan mewakili sekitar 26% dari massa gletser dunia karena gletser terkecil akan terkena dampak pertama,” tulis studi tersebut.
Suhu rata-rata global saat ini diperkirakan meningkat sebesar 2,7C yang akan mengakibatkan hilangnya gletser di Eropa Tengah, Kanada Barat, dan benua Amerika Serikat dan Selandia Baru.
"Daerah dengan es yang relatif sedikit seperti Pegunungan Alpen Eropa, Kaukasus, Andes, atau AS bagian barat, kehilangan hampir semua gletsernya pada akhir abad ini, apa pun skenario emisinya," kata Hock. "Jadi gletser itu, kurang lebih akan hancur."
Di bawah skenario terburuk -- kenaikan suhu global sebesar 4,0C -- gletser raksasa seperti yang ada di Alaska akan lebih terpengaruh dan 83% gletser akan hilang pada akhir abad ini.
Gelombang dahsyat
Hilangnya gletser juga akan meningkatkan permukaan air laut.
"Gletser yang kita pelajari hanya satu persen dari semua es di Bumi," kata Hock, "jauh lebih sedikit daripada lapisan es Greenland dan lapisan es Antartika.
"Tapi mereka telah berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut hampir sama besarnya dengan lapisan es di Greenland dan Antartika dalam tiga dekade terakhir," katanya.
Pemanasan 1,5C akan menyebabkan kenaikan permukaan laut rata-rata sembilan sentimeter sedangkan jika suhu 4,0C lebih tinggi akan menyebabkan kenaikan permukaan laut 15 sentimeter.
Kedengarannya tidak terlalu banyak, cuma sembilan sentimeter hingga 15 sentimeter. Namun, kata Hock, bukan permukaan laut global yang menjadi perhatian mereka. “Sebagian besar terkait gelombang yang berpotensi menyebabkan lebih banyak kerusakan,” ujarnya.
Hilangnya gletser juga akan berdampak pada sumber daya air karena menyediakan air tawar bagi sekitar dua miliar orang. "Gletser mengompensasi hilangnya air di musim panas saat tidak banyak hujan dan panas," kata Hock.
Proyeksi studi tersebut, yang lebih pesimis dibandingkan para ahli iklim PBB, diperoleh melalui pengamatan massa setiap gletser selama beberapa dekade dan simulasi komputer.
Terlepas dari temuan yang mengkhawatirkan, Hock mengatakan, "Kehilangan massa es dapat dikurangi dengan tindakan manusia. "Jika itu terjadi tentu saja tergantung pada pembuat kebijakan,” ujarnya. (AFP/M-3)
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Krisis iklim yang disebabkan pemanasan global telah menyebabkan panjang hari di Bumi semakin bertambah, menurut analisis terbaru.
DATA dari layanan iklim Eropa Copernicus menyebut bahwa suhu global berada dalam rekor tertinggi pada Juni selama 13 bulan berturut-turut.
Tanpa pengamatan yang tepat, informasi yang disajikan bisa menyesatkan, yang pada akhirnya berdampak pada kebijakan dan keputusan yang tidak akurat.
Menurut Prof Emil Salim, memanfaatan energi bersih berbasis sumber daya alam setempat sangat penting.
Alasan Gereja Protestan HKBP menolak terlibat berdasarkan isi Konfesi HKBP tahun 1996.
Bencana hidrometeorologi itu juga menyebabkan lebih dari dua juta orang terkena dampaknya,
Perubahan iklim harus mendapat perhatian serius karena mengancam keberlangsungan kehidupan umat manusia.
ORGANISASI Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan tahun 2023 sebagai tahun terpanas dan memperingatkan potensi peningkatan kejadian banjir, kebakaran hutan, pencairan hingga gletser di 2024.
Objek sebesar A23a harus terus dilacak setelah putus karena dapat menimbulkan ancaman bagi kapal dan satwa liar.
Bentang alam ini dapat memainkan peran besar dalam mitigasi perubahan iklim, baik dengan menyaring air, menyimpan karbon, atau meningkatkan keanekaragaman hayati.
Pemanasan ekstrem selama dua tahun berturut-turut di Pegunungan Alpen melenyapkan 10% volume gletser di Swiss. Ini sama besar dengan yang hilang dalam tiga dekade sebelum 1990.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved