Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BUKAN sulap, bukan sihir. Tiba-tiba saja merek sebuah susu kemasan itu lenyap dari pasaran. Konon, susu itu diyakini dapat meningkatkan imun tubuh di tengah pandemi ini. Meski kandungan gizi dan nutrisinya tidak jauh beda dengan produk susu lainnya, masyarakat yang kadung percaya lantas ramai-ramai memborongnya. Sebagian berhasil mendapatkannya, tidak sedikit yang cuma bisa gigit jari lantaran benda yang dicari tidak ditemukan di rak mini hingga supermarket.
Belum lagi isu susu itu ‘mengering’, tabung oksigen pun ‘menguap’, dan sulit ditemukan di pasaran. Kalau pun ada, harganya sudah melonjak berkali lipat. Begitu pun halnya dengan harga obat yang mencekik leher. Kenyataan pahit itu kian menyesakkan bagi para pasien atau mereka yang keluarganya tengah kesusahan di tengah pandemi ini. Apakah itu ulah para spekulan? Komisi III DPR meminta kepolisian mengusut para penimbun tabung dan mafia obat tersebut.
Fenomena di atas persis yang digambarkan Albert Camus dalam novel La Peste (sampar). Dalam novel itu, filsuf Prancis tersebut memotret perilaku manusia dalam menghadapi wabah atau bencana. Ada yang cuek dan memikirkan dirinya sendiri, ada yang menganggap ini sebagai hukuman Tuhan, ada yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dan cuma mencari keuntungan, tetapi ada pula yang bersimpati dan mau menolong para korban, seperti yang dilakukan dr Rieux, tokoh utama di novel tersebut. Meski harus kehilangan istrinya, sang tokoh ini rela mempertaruhkan nyawanya untuk orang lain.
Di novel itu, Camus mengajak pembaca merenung bagaimana eksistensi kita (manusia) di tengah wabah atau bencana. Bagaimana kita bersikap dan menyikapi musibah. Apakah pasrah begitu saja menunggu antrean kematian atau mencuri-curi keuntungan dalam penderitaan orang lain, seperti yang dilakukan Cottard, Garcia, dan Gonzalez, tokoh-tokoh culas yang digambarkan Camus di buku tersebut.
Meski sampar yang digambarkan Camus dalam novelnya merupakan simbol tentang masa pendudukan Nazi di era 1940-an, wabah penyakit tersebut pernah pula melanda eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi di benua itu. Wabah korona yang kini berjangkit hampir di seluruh dunia pun tidak jauh beda. Korban yang terus berjatuhan, membuat masyarakat, pemerintah, dan media massa panik menghadapi musuh yang tidak kasatmata. Fenomena ini terjadi di berbagai penjuru dunia, bukan cuma di Indonesia. Bahkan, WHO pun awalnya gagap menyikapi pandemi ini.
Namun, dari wabah yang telah berlangsung lebih dari setahun ini, manusia pun belajar. Para ahli memelajari perkembangan virus dan akhirnya menemukan vaksin. Meski belum ada obat yang betul-betul manjur, setidaknya mereka telah mengetahui bagaimana meminimalisasi penularan. Kita, sebagai masyarakat awam, harus mendengarkan nasehat para pakar tersebut. Kita juga mesti aktif terlibat dan menolak kepasrahan meski belum tentu memenangi perang melawan pandemi ini.
Setidaknya, seperti kata Camus, kita harus bertindak secara konkret menyelamatkan manusia. Minimal tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan sebab dengan begitu, selain melindungi diri sendiri, kita juga ikut menyelamatkan orang lain. Bukan malah menyusahkan dengan menggerogoti dana bansos atau melambungkan harga obat di pasaran. Itu banal, bahkan keterlaluan namanya.
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Dari pemilihan Donald Trump hingga Pandemi global Covid-19, berikut adalah beberapa prediksi kartun The Simpson yang sudah lama tayang dan jadi ada di dunia nyata.
TINGGINYA nilai jatuh tempo utang di 2025 disebabkan dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) untuk memenuhi kebutuhan yang menggelembung saat Indonesia dilanda pandemi covid-19
SAYA mengikuti Global Health Security Conference (Konferensi Ketahanan Kesehatan Global) di Sydney, Australia, 18 sampai 21 Juni 2024
Jika terjadi pandemi terjadi atau wabah besar di suatu negara maka pemerintah negara tersebut harus menyerahkan patogen yang menjadi penyebab pandemi ke WHO.
Di samping PABS hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pendanaan dan transfer teknologi.
Contoh lainnya pemimpin yang gagal mengelola urusan beras ialah Yingluck Shinawatra.
Biar bagaimanapun, perang butuh ongkos. Ada biaya untuk beli amunisi dan peralatan tempur.
WAKTU pemungutan suara untuk pemilihan presiden (pilpres) ataupun legislatif (pileg) tinggal menghitung hari
DI salah satu grup perpesanan yang saya ikuti, salah satu topik yang sedang ramai diperbincangkan ialah lolosnya timnas Indonesia
Bayangkan pula berapa ton kira-kira limbah yang dihasilkan dari poster ataupun spanduk tersebut di seluruh Indonesia?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved