Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
WARGA lereng Gunung Merapi, daerah Kaliurang, Sleman, punya tradisi Merti Lobe-lobe untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dengan cara itu, mereka bisa hidup harmonis bersama Gunung Merapi.
Merti Lobe-lobe adalah tradisi menanam berbagai tumbuhan yang bisa bertahan hidup di ekosistem khas kawasan lereng Gunung Merapi. Mereka juga memiliki kearifan lokal untuk menjaga tumbuh-tumbuhan yang hidup di kawasan hutan Merapi.
Nama Lobe-lobe diambil dari nama tanaman, yang konon merupakan tanaman langka yang berasal dari luar Jawa. Tanaman tersebut bisa beradaptasi dan tumbuh subur di lereng Merapi.
"Pohon Lobe -lobe ini unik karena mampu beradaptasi di lingkungan yang terbatas," ujar Ani Martanti, Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Sleman, Minggu (21/2). Pohon Lobe-Lobe pun terbukti bisa bertahan di hutan Merapi, bahkan saat terjadi erupsi Merapi tahun 1994 lalu.
"Tumbuhan ini (Lobe-Lobe) kita lestarikan dengan prosesi adat agar menjadi pengingat generasi saat ini bagaimana menjaga ekosistem di Merapi," ungkap Ani.
Ada yang spesial dalam prosesi Merti Lobe-lobe, yaitu saat warga secara bersama sama membalut pohon lobe-lobe dengan kain jarik. Prosesi tersebut menggambarkan, kehidupan harus dirawat dari generasi ke generasi.
Lobe-lobe menjadi simbol kearifan lokal yang kini dipertahankan. Selain itu, pohon Lobe-lobe kemudian dipagari dengan bambu sebagai penanda agar masyarakat ikut menjaga pohon tersebut.
Baca juga : Bahasa Ular masih Dipertahankan Pendukungnya
Selesai pemasangan kain jarik, warga kemudian menanam berbagai jenis tanaman buah-buahan yang juga banyak tumbuh di Merapi, seperti alpukat, hingga jambu air. Pohon-pohon tersebut berguna untuk menambah populasi keanekaragaman vegetasi dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Bagi kami, tradisi untuk melestarikan tanaman langka menjadi bagian tak terpisahkan. Sebagai orang timur, peradaban kita mengajarkan hidup yang saling berkaitan antara manusia dengan lingkungannya," ujar politikus PKB ini.
Pegiat Komunitas Pagar Merapi, Yuswohadi menyebutkan, Merti Lobe-lobe diharapkan memberi harapan masyarakat terus memelihara alam sekitar hingga turun temurun ke generasi selanjutnya.
"Bagi masyarakat lokal Merapi, memelihara alam dengan menanam pohon pohon pada prosesi adat Merti Lobe-lobe diharapkan menjadi salah satu atraksi wisata lingkungan," ujar dia. Kegiatan ini pun berpotensi untuk dikembangkan sebagai wisata minat khusus.
Tumbuhan ini menjadi relung ekologi bagi berbagai spesies burung-burung di Merapi. Buah Lobe-Lobe disukai satwa, seperti monyet saat musimnya berbuah.
Merti Lobe-lobe wujud masyarakat lereng Merapi yang dapat hidup berdampingan dengan alam, tidak merusak keaslian hutan (merapi), bahkan menjaga kelestarian ekosistem yg ada (lingkungan, satwa, air, udara)," tutup dia. (OL-7)
Menyikapi perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Merapi, Pemerintah Kabupaten Sleman segera mengambil berbagai langkah antisipatif.
Senin (22/7) pukul 04.04 WIB, BPPTKG Yogyakarta melaporkan terjadinya awan panas guguran dari Gunung Merapi.
Sebanyak 43 guguran lava dari Gunung Merapi terjadi selama 12 jam.
WARGA lereng Gunung Merapi di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu malam (6/7/2024), menggelar tradisi sesaji kepala kerbau dalam peringatan malam tanggal satu di Bulan Suro.
Sistem peringatan dini untuk mengantisipasi dampak bencana banjir lahar dingin pascaerupsi Gunung Marapi yang terletak di perbatasan Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Provinsi Sumatra Barat.
Selama periode 12 jam dari hari Selasa hingga Rabu, Gunung Merapi mengalami 22 kali guguran lava yang semuanya mengarah ke barat daya.
Kebo Bule Kiai Slamet telah dipilih sebagai maskot Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVII 2024 yang akan diadakan dari tanggal 6 hingga 13 Oktober 2024 di Kota Surakarta
Jawa Tengah, salah satu provinsi di Indonesia, terkenal dengan ragam kuliner khasnya yang kaya akan cita rasa dan sejarah.
Bubur Asyura adalah hidangan khas yang disiapkan untuk memperingati hari Asyura, yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Hijriah.
Beberapa tradisi di daerah dalam peringatan 10 Muharam ialah melaksanakan ibadah sunah seperti puasa, sedekah, menyantuni anak yatim dan sedekah dengan bubur Asyura atau bubur Suro.
GRUP Seni Tarawangsa Pusaka Sunda Lugina dari Desa Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sukses membawa kesenian Tarawangsa ketiga panggung internasional di Eropa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved