Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Meluruskan Makna Jihad (1)

Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
17/5/2019 06:50
Meluruskan Makna Jihad (1)
Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta(MI/Seno)

TERJADI salah kaprah tentang makna jihad yang berkembang di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini.

Jihad berasal dari akar kata jahada (bersungguh-sungguh) membentuk tiga kata kunci yang dapat mengantar manusia meraih predikat tertinggi sebagai manusia paripurna.

Pertama, kata jihad berarti perjuangan yang dilakukan seseorang dengan mengandalkan unsur fisik atau otot meskipun perjuangan nonfisik juga masuk kategori jihad di tempat lain.

Jihad secara fisik tidak mesti harus diukur dengan kemampuan seseorang untuk mengangkat senjata melawan musuh-musuh Islam.

Melakukan berbagai usaha secara fisik demi terwujudnya keamanan, kese-lamatan, dan ketinggian martabat manusia juga termasuk jihad.

Bahkan, menyingkirkan batu kerikil di jalanan yang dapat membahayakan orang lain termasuk cabang dari jihad, kata Rasulullah SAW.

Unsur lain yang harus ada dalam jihad ialah motivasi kuat yang didorong oleh niat tulus hanya untuk Allah SWT. Tanpa niat dan motivasi ini jihad sulit mencapai tujuan yang diharapkan. Mungkin secara fisik berhasil, misalnya menaklukkan musuh, tetapi harus pula berhasil di sisi Tuhan yang diukur berdasarkan niat suci tadi.

Kedua, ijtihad berarti perjuangan secara intelektual seseorang. Tidak semua orang dapat melakukan ijtihad. Orang yang ahli di dalam berijtihad disebut mujtahid. Unsur-unsur yang harus dipenuhi seseorang baru dapat disebut mujtahid tergantung dalam berbagai konteks. Jika dalam konteks fikih, seorang mujtahid harus menguasai bahasa Arab, Ulumul Qur'an, Ulumul Hadits, muslim, dan praktisi muslim.

Dalam konteks sosiologi Islam, seorang mujtahid difigurkan sebagai seorang yang mampu memberikan sumbangan intelektual dalam membela dan mengangkat derajat umat Islam dalam berbagai segi.

Seorang ilmuwan muslim yang ahli dalam bidang ekonomi dapat menyumbangkan konsep-konsepnya dalam memberantas kemiskinan umat. Seorang fisikawan muslim dapat menyumbangkan teknologi perang untuk kejayaan umat manusia.

Seorang ahli obat-obatan dapat menyumbangkan ramuan dan resep untuk kesehatan manusia. Seorang dokter muslim dapat mengupayakan penyembuhan pasien dengan cara-cara islami dan seterusnya.

Ketiga, mujahadah berarti perjuangan secara batin atau spiritual. Kata mujahadah tidak lebih populer daripada kata jihad atau ijtihad. Padahal, beberapa riwayat menyebutkan bahwa ijtihad lebih utama daripada jihad, dan mujahadah lebih utama daripada ijtihad.

Au Kama Qala Rasulullah SAW, "Goresan tinta para ulama lebih utama daripada tumpahan darah para syuhada." Artinya, setetes tinta orang yang berjuang melalui logika para ulama (mujtahid) lebih utama daripada tumpahan darahnya para syuhada (yang lebih dominan menggunakan otot).

Dalam bahasa militer, seorang jenderal sebanding dengan seribu prajurit. Namun, masih ada yang lebih utama dari ijtihad, yakni mujahadah. Mujahadah ialah perjuangan yang mengandalkan unsur batin atau kalbu.
Jihad, ijtihad, dan mujahadah masing-ma sing memiliki kekhususan.

Unsur yang harus ada dalam jihad antara lain, adanya keterlibatan fisik di dalamnya, ada perhitungan dan perencanaan yang matang, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang, harus lebih banyak manfaat daripada mudaratnya menurut ukuran-ukuran universal tujuan syari'ah (maqashid al-syari'ah).

Ijtihad lebih bersifat strategis dan berjangka panjang. Sementara perjuangan melalui jihad lebih berjangka pendek.

Kesulitan yang dihadapi antara keduanya tergantung kondisi yang dihadapi. Boleh jadi tingkat kesulitan dan tantangan jihad lebih berat, terutama di waktu kekacauan dan peperangan. Namun, perjuangan ijtihad dituntut lebih banyak di masa damai terutama untuk memikirkan kualitas hidup umat yang lebih layak.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
  • Idul Fitri dan Keadilan Sosial

    12/4/2024 05:05

    KEADILAN sosial sebagai isu yang belakangan terkenal ialah tidak adanya ketimpangan yang sangat mencolok dalam berbagai bidang, minimal secara ekonomi.

  • Kembali Fitri Merajut Harmoni

    09/4/2024 05:05

    IDUL Fitri merupakan momen kemenangan bagi umat yang menunaikan ibadah Ramadan. Dalam ajaran Islam, secara fikih, Idul Fitri berarti kembali berbuka atau makan.

  • Ramadan dan Kalender Islam Pemersatu

    05/4/2024 05:05

    SETIAP mengakhiri puasa Ramadan, muncul pertanyaan kapan Lebaran dilaksanakan?

  • Iktikaf Politik Bangsa Indonesia

    02/4/2024 05:05

    SEKARANG ini kita memasuki malam 10 hari terakhir Ramadan. Pada masa ini, Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan agar kita memperbanyak melaksanakan ibadah dan bersedekah.

  • Sabar ketika Berjaya

    25/3/2024 05:15

    SECARA psikologis manusia memiliki sifat-sifat yang mendorongnya untuk berbuat baik atau jahat.

  • Ramadan dan Keadaban Demokrasi Kita (2)

    19/3/2024 05:05

    TURUNNYA kualitas demokrasi Indonesia tidak lepas dari rendahnya sikap saling percaya (trust) di kalangan komponen bangsa.

Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah