Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Teror di Makassar Merupakan Reaksi Teroris yang Kian Terjepit

Budi Ernanto
29/3/2021 22:29
Teror di Makassar Merupakan Reaksi Teroris yang Kian Terjepit
Tim Gegana berjalan usai mengamankan lokasi rumah terduga bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3).(ANTARA/SAHRUL MANDA TIKUPADANG)

DIREKTUR Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi mengatakan aksi bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3) merupakan reaksi atas tindakan aparat keamanan yang terus menangkap para pelaku teror.

Menurut catatan Islah, ada sekitar 400 terduga teroris ditangkap pada 2020. Tahun ini sudah hampir 100. Islah menilai teroris terpukul. Apalagi jalur pendanaan mereka dalam pengawasan PPATK dan Polri. Cukup menyulitkan karena teroris tidak bisa lepas dari pendanaan.

Ketika transaksi elektronik diendus PPATK, kelompok teroris menggunakan kotak amal untuk mengumpulkan dana. Teror bom di Makassar pun dinilai merupakan reaksi teroris terhadap penangkapan-penangkapan dan jalur pendanaan mereka yang terus terjepit.

Di sisi lain, masyarakat diminta tidak perlu merespons bom bunuh diri di Makassar dengan ketakutan. Polri melalui Densus 88, dipastikan akan terus bekerja, membongkar sel-sel teroris.

"Yang jelas pihak keamanan seperti Densus 88 itu tidak pernah berhenti. Ketika kita tidur, mereka bangun. Ketika kita diam, mereka bergerak," kata Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi dalam keterangannya, Senin (29/3).

Menurut Islah, sebagian masyarakat ada yang antipati menyikapi penangkapan terduga teroris. Penyebabnya antara lain karena masyarakat tidak curiga dengan keseharian orang-orang yang ditangkap. "Tapi pihak keamanan lebih tahu, intelijennya lebih bergerak," ujarnya.

Baca juga: Terduga Teroris Sebut Bahan Peledak Pakai Istilah Takjil

Islah mengatakan, tujuan teroris adalah menekan pemerintah dan masyarakat. Teroris ingin pemerintah bertekuk lutut, sehingga mereka bisa menguasai pemerintahan. Ketika semua menyerah, mereka berharap, akan lebih mendapat pengakuan dari masyarakat.

"Apapun tujuan teror mereka itu sebenarnya bukan hanya surga, tapi juga ingin menguasai negara ini, menguasai pemerintahan ini," imbuhnya.

Teroris selalu melawan pemerintahan dan akan berhenti sampai mereka berkuasa. Islah mengatakan sudah tepat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengimbau agar masyarakat tidak takut menyikapi teror bom.

"Ini bukan hanya soal menciptakan kepanikan dan ketakutan, tapi mereka ingin membuat semua orang bertekuk lutut terhadap mereka," ujar Islah. (R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya