Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Soal Cuitan Said Didu, Guru Besar Unair: Sudah Lama tidak Percaya

Thomas Harming Suwarta
29/4/2020 17:56
Soal Cuitan Said Didu, Guru Besar Unair: Sudah Lama tidak Percaya
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu(Antara)

MANTAN Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu memberikan kuis kepada teman semasa kuliah Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM.

"Kalau ada yg ngaku, hadiahnya sepeda atau kaos #ManusiaMerdeka ?" kata Said Didu di akun Twitter-nya @msaid_didu.

Cuitan Said Didu itu menanggapi akun Twitter @kandargalang yang mempertanyakan foto-foto teman-teman Jokowi saat kuliah di Fakultas Kehutanan UGM.

Baca juga : Hoaks Kaesang Pakai Kaos Berlogo Palu Arit, Ini Penelusurannya

"Ayo siapa yg Kuliah di Fak. Kehutanan UGM angkatan 1980 ato seangkatan Pak Jokowi, dan siapa di Fak.Kehutanan UGM yg barengan Wisuda bersama Jokowi, pasti kalian punya Photo barengan ramai2 saat Wisuda..tsbt. Jgn sampai ada prasangka negatif rakyat trhdp Pak Jokowi dlm hal ini," tulis @kandargalang.

Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya Henry Subiakto mengomentari kelakuan Said Didu.

Baca juga : Antisipasi Hoaks Jelang Pemilu 2024, Literasi Digital jadi Solusi

Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya Henry Subiakto. (MI/Pius Erlangga)

Henry yang adalah alumnus Fakultas Hukum UII dan Komunikasi Fisipol UGM.

"Saya walau kenal baik dia, tapi sudah lama tidak percaya model mantan pejabat yang berjiwa khianat," kata Henry yang mengaku diwisuda dari UGM setelah Presiden Jokowi dalam cuitan di akun Twitter @henrysubiakto.

Baca juga : Masyarakat Surabaya Harus Berani Lawan Hoax

Dia menambahkan, saat Presiden Jokowi diwisuda di UGM, tidak banyak yang memiliki kamera. Apalagi telepon seluler (ponsel).

"Kalaupun punya kamera, tidak bebas dipakai saat wisuda. Hanya juru foto yang boleh ambil gambar. Ratusan wisudawan belum tentu beruntung difoto oleh mereka," sambungnya.

Dia menyarankan siapapun yang menyangsikan fakta Presiden Jokowi lulus dari UGM untuk memberikan pembuktian sendiri sesuai prinsip hukum probandi necessitas incumbit illi cui aqit. "Bahwa dalam hukum, beban pembuktian ada pada penuduh, bukan pada yang dituduh atau orang lain. Jadi kalau nuduh-nuduh jangan minta orang lain yang suruh membuktikan," papar Henry.

Baca juga : Jaga Pemilu Tetap Damai, Kominfo Bentuk Satgas Anti Hoaks

DIa pun mengunggah sebuah foto wisudawan/i UGM pada tahun 1985 di mana salah satu dari wisudawan tersebut adalah Presiden Jokowi. "No 1. Johan Utama Perbatasari, 2. Andy Pramaria, 3 Saminudin Barory, 4. Joko Widodo, 5 & 6 lupa. No 7. Wayan Darma, 8. Harry Mulyono, 9 & 10 lupa, 11. Evi Julia Setiawani, 12. Sri Murtiningsih, 13. Frono Jiwo, 14. Sri Isniningsih, 15. Sigit Sarjuningtyas. (Fak Kehutanan 1980)," demikian ditulis Henry pada keterangan foto wisuda yang diunggah.

Pada akhir pernyataannya Henry menyampaikan keyakinan berdasarkan prasangka adalah rapuh. "Sikap dan keyakinan berdasar prasangka itu sebenarnya rapuh, tapi kadang nampak meyakinkan, hanya karena pelakunya terbiasa dan mampu memanipulasi perasaan dan kejujuran," pungkasnya.

Cuitan ini pun dikomentari banyak kalangan. Termasuk, politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaen yang meminta Said Didu tak boleh berbohong dengan janji memberikan hadiah jika ada yang bisa memberikan bukti berupa foto Presiden Jokowi saat wisuda. "Hadiahnya sudah dikasih atau belum? Atau hanya akan bohong? Manusia Merdeka ga boleh merdeka untuk bohong lho," cuit Ferdinand.

Baca juga : Ada Rekayasa dalam Video Pidato Jokowi Berbahasa Mandarin

Selebritas Olga Lydia pun meski tak persis menyoroti kasus ini tetapi memberikan komentar terkait kamera zaman dahulu yang masih memakai roll film. "Filmnya isi 12 jepret, 24, atau 36 kalau masangnya irit bisa dapat 37 atau 38! Kalau kurang beruntung 37,5 pas dikokang ke 38 eh ga dapet penuh," cicitnya mengomentari pernyataan Henry terkait jenis kamera pada era 80-an. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya