Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Penembak Misterius Gunakan Pistol Mungil

Ferdian Ananda Majni
09/7/2019 09:25
Penembak Misterius Gunakan Pistol Mungil
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo(ANTARA FOTO/Reno Esnir)

POLISI menyebut Harun Al Rasyid, salah satu korban dalam kerusuhan 22 Mei 2019, tewas tertembak dari peluru yang dilontarkan Glock 42. Pistol itu memiliki karakteristik mungil.

"Diduga dari hasil labfor (laboratorium forensik), pelakunya menggunakan Glock 42," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, kemarin.

Berdasarkan keterangan di Glock.com, Glock 42 atau G42 merupakan salah satu pistol terkecil yang dibuat produsen senjata asal Austria. Pistol itu hanya memiliki panjang 15 sentimeter (cm)dengan berat 390 gram (tanpa magasin).

Labfor menemukan peluru 9 x 17 mm yang bersarang di tubuh korban. Peluru tersebut tidak memiliki kesamaan dengan milik tim Gegana Satuan Brigade Mobil (Brimob) Polda Metro Jaya.

Mabes Polri telah mengetahui ciri-ciri pelaku penembakan tersebut. Pelaku diperkirakan memiliki tinggi 175 cm. "Dia menggunakan tangan kidal (tangan kiri). Itu semuanya sedang didalami," jelas Dedi.

Penyidik terus mendalami identitas penembak. Hal itu diperkuat analisis kamera pemantau dan dokumen yang ada. "Sedang menganalisis seluruh foto, video, tentang identifikasi rekam wajah (face recognition)," tuturnya.

Sementara itu, senjata yang digunakan untuk membunuh korban lainnya, Abdul Aziz, belum dapat diketahui jenisnya. Namun, labfor menemukan peluru 5,56 x 44 mm alur 4 yang tidak memiliki kesamaan dengan yang dimiliki tim Gegana Satuan Brimob Polda Metro Jaya.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Suyudi Ario Seto mengatakan Harun ditembak dari jarak sekitar 11 meter di sekitar flyover Slipi, Jakarta Barat.

"Karena (lokasi) arahnya miring, kemudian arahnya (dari lintasan peluru) lurus mendarat, karena posisinya ada trotoar agak tinggi. Jadi diduga pelaku juga agak tinggi," kata Suyudi, Jumat (5/7).

Polisi juga menduga penembak Harun berbadan kurus dan berambut lurus agak panjang. Pelaku diduga memiliki warna kulit wajah agak hitam. Selanjutnya, korban Abdul Aziz ditemukan kurang lebih 100 meter dari Asrama Brimob, tepatnya di depan RS Pelni.

Dia diduga ditembak orang tak dikenal (misterius) dengan jarak kurang lebih 30 meter dari arah belakang. "Terkena di punggung sebelah kiri, kemudian proyektilnya tersisa di dada sebelah kiri juga," beber Suyudi.

Kurang puas

Amnesty International Indonesia mengaku kurang puas dengan hasil investigasi kepolisian terkait dengan kerusuhan 21-22 Mei 2019. Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mempertanyakan nasib warga sipil yang tewas dalam kerusuhan itu.

Usman meminta polisi mengungkap seluruh fakta mengenai korban yang tertembak peluru tajam. Polisi baru mengungkap identitas dua dari 10 korban, yakni Harun Rasyid dan Abdul Aziz.

"Kami tentu ingin tahu apakah kepolisan sudah melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap delapan orang tewas lainya yang tidak terkover?" tanya Usman saat mendatangi Bareskrim Polri, Jakarta, kemarin.

Usman juga mendesak Polri mendalami penganiayaan warga sipil yang dilakukan oknum Brimob. Berdasarkan investigasi internal Amnesty, terdapat tiga lokasi kekerasan tersebut. (P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya