Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

LSI: Pertama Kali, Golput pada Pilpres Menurun

Rahmatul Fajri
02/5/2019 19:30
LSI: Pertama Kali, Golput pada Pilpres Menurun
PENELITI Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ardian Sopa( MI/Susanto)

PENELITI Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ardian Sopa mengatakan berdasarkan hitung cepat yang dilakukan lembaganya, angka golput pada Pilpres 2019 menurun. Ia mengatakan angka golput kali ini menjadi yang paling rendah sejak Pilpres 2004.

"Sejak 2004 hingga 2014, golput saat pilpres selalu meningkat. Namun, pada pilpres kali ini, untuk pertama kalinya golput diprediksi menurun," kata Ardian ketika konferensi pers di kantornya, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (2/5).

Ia merinci pada pilpres kali ini angka golput berada pada kisaran 19,24%. Angka ini jauh dibandingkan dengan pilpres 2004 sebesar 23,3%, pilpres 2009 sebesar 27,45%, dan pilpres 2014 sebesar 30,42%.

Ardian menjelaskan beberapa faktor penyebab turunnya angka golput pada pilpres kali ini. Pertama, adanya mobilisasi dan seruan untuk tidak golput yang dilakukan pendukung kedua kubu.

"Pendukung Jokowi dan Prabowo di akar rumput bekerja ekstra di hari-hari akhir kampanye," imbuhnya.

Baca juga: Masyarakat Diimbau tidak Golput demi Kemajuan Indonesia

Kemudian Ardian mencatat adanya gerakan antigolput dari beragam komunitas masyarakat yang menekankan pentingnya memilih presiden dan wakil presiden. Gerakan ini sebagai upaya untuk legitimasi pemimpin yang terpilih serta berkontribusi dalam jalannya demokrasi.

Selain itu, Ardian mengatakan adanya peningkatan partisipasi pemilih dari kalangan agama minoritas akibat kekhawatiran dari gerakan 212. Pihaknya mencatat aneka gerakan antigolput atau civil society mengungkap memilih untuk kemajuan demokrasi.

"Untuk legitimasi yang makin kuat kita harus datang ke tps, tentu tidak hanya disuarakan oleh satu dua civil society tapi juga semuanya yang peduli terhadap demokrasi," pungkasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya