Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Dinamika politik Indonesia menjelang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 memasuki babak baru. Setelah Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pada Senin (3/10) menyatakan mendukung Gubernur Jakarta yang menuju masa purnabakti Anies Rasyid Baswedan menjadi kandidat presiden yang diusung pada 2024.
Pencalonan Anies Baswedan yang secara langsung dinyatakan oleh Surya Paloh itu seakan memecah kebuntuan seiring semakin hangat persiapan politik menuju pilpres namun tidak kunjung ada penegasan secara resmi dari partai politik terkait calon kandidat yang didukung.
Salah satu isu hangat yang menyertai pencalonan Anies Baswedan dari NasDem adalah Partai NasDem telah ikut serta bermain dalam gendang politik identitas. Sesuatu yang hendak disudahi dalam perhelatan demokrasi elektoral Pilpres 2024. Benarkah demikian?
Bagi segenap warga negara yang masih menggunakan akal budi dan berpijak pada kewarasan publik tentu momen-momen politik identitas yang telah berlangsung beberapa tahun belakangan ini cukup meresahkan. Dan kita sama-sama berusaha memiliki harapan dan berusaha merealisasikan agar benturan dan polarisasi sosial berbalut politik identitas ini tidak berlanjut pada Pilpres 2024.
Pertanyaannya kemudian apa jalan paling tepat untuk menyudahi polarisasi identitas? Jawabannya sederhana, dengan mencairkan antagonisme politik identitas bukan dengan meneguhkan dan memperkuat polarisasi sosial di antara identitas-identitas yang saling berkonflik.
Untuk menyudahi antagonisme politik identitas dan mencairkan polarisasi sosial berbasis politik identitas maka harus ada yang berani mengambil inisiatif untuk mempertemukan elite-elite yang selama ini dipandang berada pada dua kutub diametral dalam antagonisme politik identitas dalam ruang bersama. Bahkan dalam proses kolaborasi politik untuk membangun orientasi politik baru menuju masa depan yang tidak lagi dibayang-bayangi oleh hantu antagonisme politik identitas.
Satu hal yang patut untuk dipertimbangkan dalam dinamika polarisasi sosial yang berlangsung selama ini bukanlah benturan moral pertarungan antara yang benar dan yang salah atau yang baik dan buruk. Yang terjadi selama beberapa tahun belakangan ini adalah pengerasan dari kubu masing-masing dengan klaim satu sama lain yang saling merasa. Baik merasa paling murni agama versus merasa paling Pancasila sebagai bangsa Indonesia.
Hal itu kemudian semakin mengeras dengan memudarnya kesadaran bahwa mereka yang berbeda pilihan politiknya tidak dipandang sebagai sesama warga negara yang memiliki orientasi politik berbeda, tapi sama-sama memiliki tujuan hidup berbangsa.
Apabila hal ini diteruskan, pengentalan antagonisme politik akan mengarah pada titik ekstrem. Di mana, satu sama lain memandang yang berbeda orientasi pilihan politik dianggap sebagai musuh, bukan kawan yang dipertemukan sebagai bagian dari saudara sebangsa Indonesia.
Pada titik inilah, inisiatif Surya Paloh perlu kita apresiasi secara konstruktif. Hal yang perlu diingat adalah bahwa saat Surya Paloh menyatakan Partai NasDem mendukung Anies Baswedan, beliau tidak mendukung tanpa syarat dan kontrak politik.
Surya Paloh menyerukan bahwa kandidasi tersebut diserukan dalam kerangka untuk membangun tatanan politik di mana orientasi kebangsaan berada di atas kepentingan partai politik. Prinsip-prinsip penting berbangsa seperti toleransi adalah prasyarat yang tidak bisa dikompromikan. Surya Paloh menyerukan dengan penegasan tidak ada toleransi terhadap mereka yang intoleran.
Perkerjaan politik selanjutnya bagi NasDem adalah menyandingkan Anies Baswedan dengan tokoh yang selama ini dibingkai dalam frame politik sebagai representasi dari kalangan yang mendukung gagasan toleransi, kebinekaan, dan moderasi beragama.
Ketika langkah tersebut berhasil diambil, satu langkah untuk menyudahi antagonisme politik identitas sudah diambil. Koalisi politik dapat terbentuk dalam langkah-langkah kolaborasi serta menyatukan berbagai artikulasi politik anak bangsa dalam semangat kolaborasi dan bela rasa. Bukan pertentangan, benturan, dan polarisasi antagonistik.
Satu hal yang perlu kita ingat dari kalimat Sunan Kalijaga yang menjadi pernyataan favorit dari Presiden Joko Widodo, sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti. Sebuah falsafah Jawa yang bermakna segala keberanian, kekuatan, kejayaan, dan kedudukan akan hancur dengan kebijaksanaan dan kasih sayang.
Jika calon gubernur Jakarta lainnya yang muncul seperti Ketum PSI Kaesang Pangarep, itu juga dinilai punya kualitas yang bagus
Peran partai politik dalam menjaga kualitas demokrasi pada pelaksanaan Pilgub Jakarta sangat penting.
BAKAL calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diramal menghadapi lawan tangguh di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta.
PARTAI Perindo menyebut belum mengumumkan dukungan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, meskipun mengundangnya dalam acara musyawarah kerja nasional (mukernas)
PARTAI-partai politik diminta tidak menciptakan polarisasi di Jakarta lewat kontestasi Pilgub 2024 yang digelar November mendatang.
POTENSI yang dimiliki figur Anies Baswedan dinilai akan mempersempit ruang kandidasi calon gubernur (cagub) DKI Jakarta pada Pemilihan Gubernur 2024.
DALAM dunia politik, hubungan persahabatan sering kali menjadi kompleks dan dinamis. Beberapa tokoh politik menunjukkan meskipun ada perbedaan pandangan, persahabatan tetap terjaga.
Saan Mustopa selaku Ketua DPW Partai NasDem Jawa Barat (Jabar), berhasil meraih gelar Doktor pada Program Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad).
DALAM sambutannya di Pra-Kongres III NasDem Simposium Bidang Perempuan, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyebut dirinya ingin ada sosok perempuan yang bisa memimpin partainya.
Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, sangat mengharapkan posisi perempuan bisa jauh lebih besar di dunia politik.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh memuji Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad sebagai tokoh politik the rising star.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh berharap kolaborasi dan sinergitas dengan Partai Gerindra dapat terjalin. Hal ini dapat terwujud melalui komunikasi yang cair.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved