Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DARI kejauhan terlihat sebuah kapal kecil yang bakal merapat ke Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng). Alih-alih melambat, kecepatan justru ditambah agar kapal bisa langsung ke pasir pinggiran pantai.
Tak lama, dua nelayan turun dari kapal yang bertuliskan nama Mina Semadar. Mereka membawa ember yang berisi hasil tangkapan hari itu. Lumayan hasilnya, ada beberapa jenis ikan dan udang dengan berat sekitar 50 kilogram (kg). Jika dirata-rata harga per kg Rp15 ribu, maka mereka mendapatkan hasil Rp750 ribu.
Sukirman, 52, nama nelayan itu. Ia berangkat melaut sekitar jam 06.00 WIB dan baru kembali pukul 12.00 WIB. Meski kapalnya hanya berukuran lebar 1,5 meter dengan panjang 9 meter, tetapi mampu menjangkau sekitar 8-9 mil laut.
Baca juga: Ganjar Ungkap Regulasi Kelautan Harus berpihak pada Nelayan
Selain hasil tangkapan, dia dibantu temannya membawa mesin kapal untuk dibawa pulang ke rumah. Mesinnya bersih. Tidak ceceran BBM dan oli. "Mesinnya agak berat, makanya dipikul dua orang. Memang mesin baru. Saya mendapatkan bantuan dari PLN pada Agustus lalu. Dan ini bukan mesin kapal dengan BBM, melainkan listrik. Jadi, mesinnya digerakkan dengan baterai. Nantinya, baterai mesin di-cas. Saya tidak lagi pakai mesin dengan bahan bakar pertalite dicampur dengan oli," jelasnya pekan lalu.
Sukirman yang berasal dari Kelompok Nelayan Pandanarang, Cilacap Selatan, mengungkapkan lebih hemat menggunakan mesin listrik bantuan dari PLN tersebut. Dibandingkan saat masih dengan BBM.
Baca juga: PLN Icon Plus Regional Jawa Bagian Tengah Gelar Apel Siaga Nataru 2023-2024
Sebelum menggunakan mesin saat ini, Sukirman mengaku harus membeli pertalite dan oli. Karena mesin dua tak yang dipakainya harus menggunakan campuran kedua bahan bakar itu. Untuk menjangkau perairan sejauh 8 mil laut dengan waktu sekitar 5-6 jam, maka membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
"Sekali melaut untuk biaya BBM dan oli mencapai Rp250 ribu, bahkan kadang-kadang Rp300 ribu. Nah, hasil laut kisaran Rp750 ribu atau Rp900 ribu. Dengan hasil itu, cukup lumayan uang yang dibawa pulang. Namun, tidak setiap hari mendapatkan hasil sebanyak itu. Apalagi jika musim paceklik, kadang saya tidak mendapatkan apa-apa, rugi buang-buang BBM," kata dia.
Namun, sejak Agustus lalu kondisi berubah. Begitu diberi kesempatan mencoba mesin listrik dari baterai, ternyata sangat berhemat. Awalnya, Sukirman mengaku ragu untuk mencoba. Apalagi, mesinnya beda, cukup berat karena ada aki cukup besar. "Namun demikian, setelah saya mencoba, tidak ada bedanya dengan mesin kapal BBM. Awalnya saya ragu apakah mesinnya sekuat kapal dengan BBM. Ternyata sama kuatnya dan tidak ada masalah sejauh ini," jelasnya.
Sukirman menghitung, dengan kapal dengan BBM, pengeluaran bahan bakar mencapai Rp300 ribu sekali melaut, maka dengan kapal bermesin listrik, hanya mengeluarkan dana Rp50 ribu untuk mengecas dengan lama delapan jam jika baterai hampir habis. Kalau belum habis, paling hanya dua jam. Penghematannya sangat besar, bisa sampai Rp250 ribu.
Ia kemudian membandingkan antara pendapatan dengan pengeluaran operasional melaut. "Misalnya saja, saya mendapatkan hasil tangkapan ikan dan udang dengan nilai Rp750 ribu, maka dengan BBM, saya hanya membawa pulang Rp450 ribu. Itu biasanya dibagi dua nelayan. Jika dikurangi makan dan lainnya paling hanya bawa Rp200 ribu per nelayan. Kalau dengan kapal listrik, saya bisa membawa pulang minimal Rp300 ribu per nelayan. Sehingga ada peningkatan pendapatan untuk nelayan," jelas dia.
Nelayan lain yang juga telah memakai kapal listrik, Andung, 43, nelayan asal Teluk Penyu, Cilacap Selatan, mengatakan soal penghematan memang luar biasa. Apalagi, dengan kapal listrik tidak ada asap yang dihasilkan dan tak berbau BBM.
"Hanya saja memang masih membutuhkan penyempurnaan-penyempurnaan. Saya telah mengusulkan kepada PLN, misalnya soal hidrolik. Kadang saat mendarat, baling-balingnya masih terkena pasir. Mudah-mudahan ke depan bisa dipikirkan," kata Andung.
Meski harus beradaptasi dengan kapal bermesin listrik, Adugn mengaku bahagia. Sebab, dengan menghemat pengeluaran berarti ada peningkatan pendapatan. "Semoga ke depan makin banyak nelayan yang beralih menggunakan mesin listrik, apalagi kalau bantuannya makin banyak," katanya seraya tertawa.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Sarjono mengapresiasi bantuan yang diberikan PLN kepada nelayan kecil di Cilacap. "Di Cilacap, ada 7 ribu nelayan yang melaut dengan menggunakan kapal kecil. Kalau saja semuanya berganti dengan mesin listrik, maka pendapatan bakal meningkat, nelayan makin sejahtera," ujar Sarjono.
Dia mendorong, nantinya PLN terus membangun ekosistemnya di kalangan nelayan. Sehingga para nelayan akan semakin dimudahkan. "Misalnya membangun stasiun pengisian kendaraan atau mesin kapal listrik. Kalau itu terbentuk, maka akan semakin banyak nelayan yang lebih sejahtera karena peningkatan pendapatan."
Ketika launching kapal listrik di Cilacap pada Agustus silam, Direktur Pemasaran dan Pengembangan Bisnis PLN Enjiniring Kurnia Rumdhony mengungkapkan harga per kilowatt jam (kWh) hanya Rp2.500. Sedangkan pengoperasian mesin kapal untuk melaut selama satu hari (one day fishing) rata-rata membutuhkan waktu dua jam yang diperkirakan menghabiskan energi listrik 10 kWh. Kapasitas itu sama dengan kapal 15 PK dengan BBM.
PLN mempersiapkan produksi mesin kapal listrik berbasis baterai serta membangun ekosistem kapal listrik di Cilacap. "Membangun ekosistem, bukan sekadar showcase, terus ditinggal. Kalau kita membangun ekosistem itu pasti terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir. Dengan ekosistem ini, maka akan berkumpul semua pabrikan dari power train ataupun motor listriknya, operator, termasuk juga nelayannya. PLN mendapatkan tugas untuk menyiapkan infrastruktur percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai," paparnya.
Dia mengakui saat sekarang harga mesin kapal listrik tersebut masih mahal, sehingga pihaknya bakal membangun dengan harga lebih murah. Ke depan, bakal ditargetkan harga sama dengan harga mesin tempel berbahan bakar fosil yang selama ini digunakan oleh nelayan. Harapannya, nanti mesin kapal listrik harganya pada kisaran Rp30 juta.
General Manager (GM) PLN Unit Induk Distribusi Jateng DIY Mochammad Suffin Hadi mengungkapkan program transformasi energi dengan program bertajuk Electric Vehicle Marine (EV Marine) akan mengembangkan sebuah ekosistem besar yang mendukung kendaraan kelautan berbasis listrik. Program EV Marine akan menyasar kapal nelayan penangkap ikan, namun juga kapal sebagai sarana perhubungan dan wisata.
"PLN Group yang terdiri dari PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan DIY, PLN Enjiniring, PLN Icon Plus, PLN Haleyora Power, serta Indonesia Battery Corporation (IBC) akan berkolaborasi bersama Pemprov Jateng dan Pemkab Cilacap dalam membangun lifestyle tersebut. Ada skema khusus yang tentunya menarik untuk para mitra pemilik Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU)," tambahnya.
Dalam perhitungan yang dilakukan PLN, kapal listrik tidak hanya menghemat operasional melaut semata, melainkan juga ikut peduli terhadap perubahan iklim. PLN menghitung bahwa emisi antara kendaraan BBM dan listrik yaitu, 1 liter BBM setara dengan 1,5 kWh listrik. Emisi karbon 1 liter BBM adalah 2,4 kg CO2 dan sedangkan emisi karbon 1,5 kWh listrik adalah 1,5 kg CO2 atau lebih rendah jika dibandingkan emisi karbon BBM. (Z-3)
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) terus gencar melakukan transformasi layanan dan bisnis
Dinas Sosial Kalimantan Selatan akan mengoperasikan kapal penyelamatan pada 14 Agustus mendatang untuk penanganan bencana di perairan.
Dengan kunjungan kapal ini memungkinkan para ilmuwan untuk melakukan kajian dan pemetaan laut dengan lebih efisien.
Tim Basarnas menevakuasi 13 orang yang terombang-ambing di laut karena kapal mereka mati mesin.
Diharapkan danya transfer teknologi untuk menunjang dan meng-upgrade kapal-kapal yang sekarang beroprasi di Indonesia.
PARA pengusaha di Batam terus mendesak pemerintah untuk segera mengeluarkan kebijakan yang dapat mengembalikan harga tiket feri Batam-Singapura ke level yang lebih terjangkau.
BPBD Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menyatakan jumlah warga yang terdampak kemarau di wilayah itu telah mencapai 2.027 keluarga yang terdiri atas 7.508 jiwa.
Distribusi air bersih ini merupakan langkah nyata yang dilakukan oleh Pemkab Cilacap untuk membantu warga yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih akibat kekeringan.
Desa yang mengalami krisis air bersih adalah Desa Kamulyan Kecamatan Tambak, Desa Randegan, Kecamatan Wangon dan Desa Kediri, Kecamatan Karanglewas.
Berdasarkan pantauan perkembangan musim, saat ini sebagian besar wilayah Jawa Tengah, termasuk daerah pesisir seperti Cilacap, sedang mengalami musim kemarau.
Krisis air bersih telah melanda 617 keluarga atau 2.261 jiwa di Cilacap.
Hutan kota yang diciptakan oleh SBI Pabrik Cilacap ini berlokasi di Jl. Ir. H Juanda, Kelurahan Karangtalun, Kecamatan Cilacap Utara,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved