Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Laksmi Dhewanthi menyebut, di Indonesia saat ini terjadi rata-rata kenaikan suhu mencapai 1,1 derajat celsius. Peningkatan suhu tersebut berisiko menimbulkan berbagai dampak buruk bagi masyarakat, termasuk potensi peningkatan angka bencana alam.
Peningkatan suhu rata-rata bumi sangat diantisipasi oleh dunia. Pasalnya, jika di akhir abad ini diprediksi suhu bumi akan naik lebih dari 2 derajat celsius. Padahal, jika naik 1,5 derajat saja, maka banyak ekosistem dan makhluk hidup yang rentan dan sensitif akan rusak dan musnah.
“Itu secara rata-rata, tapi berbeda di berbagai lokasi. Kalau kita tidak melakukan apapun dan melakukan pembangunan serta aktivitas secara business as usual, maka bencana pasti akan terjadi,” kata Laksmi dalam Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan dan Energi baru terbarukan (LIKE) KLHK di Indonesia Arena, Jakarta Pusat, Minggu (17/9).
Baca juga: 11 Kecamatan di Pacitan Dilanda Kekeringan
Karenanya, semua komunitas di muka bumi didorong untuk melakukan upaya mitigas dan adaptasi terkait dengan peningkatan suhu bumi, salah satunya ialah dengan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Indonesia sendiri, melalui dokumen enhanced nationally determined contribution (ENDC) menargetkan agar pada 2030 dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% di tahun 2 melalui kemampuan sendiri dan sebesar 43,2% dengan bantuan internasional pada 2030 mendatang.
Baca juga: 60 Hari tanpa Hujan Picu Kekeringan di Sebagian Jawa
“Itu gak cukup sebetulnya. Kita harus masih lebih tinggi lagi mencapai target-target atau meningkatkan target. Mudah-mudahan tahun depan kita tingkatkan target lagi,” ucap dia.
Secara global, diharapkan pada 2050 mendatang sudah banyak negara yang mencapai net zero emission, meskipun tidak bisa secara serempak. Kemampuan berbagai negara akan memungkinkan pencapaian target net zero emission secara lebih lambat atau bahkan lebih cepat. Indonesia sendiri menargetkan net zero emission pada 2060 mendatang. “Setiap negara punya kondisi berbeda-beda. Tapi itu tidak menjadi alasan untuk menunda kegiatannya,” imbuh Laksmi.
Salah satu yang didorong Indonesia ialah dengan mencapai net zero emission di sektor kehutanan melalui program forest and other land use (FOLU) pada 2030 mendatang. Ia menyatakan, diharapkan pada 2030 emisi gas rumah kaca i sektor kehutanan akan mencapai -140 giga ton CO2 ekuivalen.
“Kita harus menurunkan -160 juta ton CO2 ekuivalen. Dan tulang punggung penurunan emisi di bidang kehutanan adalah pengendalian karhutla. Jadi, kalau kita gagal bersinergi, kita gagal punya langkah terpadu. Kalau kita tidak bisa mengarusutamakan pengendalian karhutla, pasti target mencapai net sink di sektor kehutanan akan sulit tercapai,” pungkas Laksmi.
(Z-9)
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
GELOMBANG panas yang tak henti-hentinya melanda India utara telah menewaskan sedikitnya 52 orang di New Delhi. Times of India melaporkan hal itu pada Kamis, 20 Juni 2024.
Burung-burung berjatuhan dari langit karena panas yang ekstrim dan rumah sakit melaporkan masuknya pasien yang terkena dampak panas karena suhu siang dan malam mencapai puncaknya
Gelombang panas ekstrem di India menewaskan setidaknya 77 orang dalam 10 hari terakhir, termasuk puluhan petugas pemilu, saat pemungutan suara berakhir.
Guru Besar Geofisika Universitas Brawijaya, Adi Susilo, menyatakan Indonesia mengalami fenomena panas ekstrem akibat minimnya pertumbuhan awan.
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved