Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SUDAH beberapa tahun terakhir panen buah-buahan lokal dari kawasan hutan di Kalimantan Selatan semakin berkurang. Bukan hanya karena
pengaruh perubahan iklim dan cuaca, tetapi juga terus terdegradasinya
kawasan hutan Pegunungan Meratus.
Salah satu desa pemasok buah-buahan lokal khas hutan
Kalimantan adalah Desa Santuun di Kecamatan Muara Uya, Kabupaten Tabalong. Desa yang hanya berjarak lima kilometer dari perbatasan Kalimantan Timur ini berada di bagian utara atau kaki Pegunungan Meratus.
Beragam buah-buhan lokal khas Kalimantan seperti durian, cempedak, pempakin, lai, langsat, kalangkala, rambutan, rambai dan buah hutan lainnya dihasilkan dari kawasan hutan desa ini. Beberapa jenis buah
lokal masuk kategori buah langka.
"Sudah beberapa tahun ini produksi buah-buahan hutan terus berkurang. Sebelumnya produksi buah-buahan lokal banyak dihasilkan dari desa kami dan menjadi sumber penghasilan warga," ungkap Arbain, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Gunung Batuah, Desa Santuun.
Selain buah-buahan lokal, salah satu desa di ujung Provinsi
Kalsel ini juga dikenal sebagai sentra karet dan kopi lokal jenis robusta dan liberika, meski produksinya masih terbatas. "Kami banyak dibantu pihak KPH Tabalong untuk program hutan kemitraan, pariwisata dan perikanan guna meningkatkan ekonomi warga desa," kata Arbain.
Hutan kemitraan
M Saferiansyah, Staf Penyuluh Kehutanan dari Kesatuan Pengelolan Hutan (KPH) Tabalong, mengatakan KTH Gunung Batuah, Desa Santuun dibentuk pada 2017. Mereka mendapat izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2019 dengan skema hutan kemitraan seluas 100 hektare.
"Beberapa program pengembangan sempat gagal seperti komoditas kemiri (keminting). Kini kita mencoba pengembangan kopi dan mulai berjalan, termasuk buah-buahan lokal dan ekowisatanya," tutur Saferiansyah.
Senada, Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Muara
Uya, Unang Setyawan mengatakan Desa Santuun sangat cocok untuk dikembangkan sebagai sentra buah-buahan lokal dan kopi. "Geografi desa Santuun ini memang cocok untuk kopi dan buah-buahan lokal. Sekaligus upaya untuk pelestarian kawasan hutan Pegunungan Meratus," kata Unang.
Potret potensi Desa Santuun ini merupakan bagian dari kegiatan Ekspedisi Meratus 2023 yang digelar Pena Hijau Indonesia. (N-2)
Penanaman ribuan pohon dan karnaval Geopark Meratus di kawasan bandara Syamsudin Noor menjadi salah satu agenda kegiatan peringatan hari jadi ke 74 Provinsi Kalimantan Selatan.
TNI bagikan 200 bibit kopi kepada warga adat suku Dayak Meratus Desa Hinas Kiri, untuk tingkatkan ekonomi masyarakat di pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan.
JALAN lintas di kaki Pegunungan Meratus yang menghubungkan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Tanah Bumbu di Kalimantan Selatan (Kalsel) kembali longsor.
Kampung Anggrek di Desa Tumingki diharapkan meningkatkan daya tarik pariwisata alam di kawasan Pegunungan Meratus.
AMAN Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan (Kalsel) menentang rencana pemanfaatan nilai ekonomi karbon (perdagangan karbon) dari kawasan hutan Pegunungan Meratus.
Kawasan hutan tropis Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan memiliki potensi besar dalam perdagangan karbon.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved